Laporkan Masalah

Ketimpangan di Balik Penerimaan REDD Plus Sebuah Etnografi tentang Basis dan Hubungan Ekonomi Masyarakat Buntoi

YETTY OKTAYANTY, Dr. Laksmi Savitri, M.A

2015 | Tesis | S2 ILMU ANTROPOLOGI

Tesis ini menjelaskan fenomena REDD plus di tingkat lokal. REDD plus di tingkat provinsi ditandai dengan dipilihnya Kalimantan Tengah menjadi provinsi percontohan. Terdapat tiga program utama REDD plus di Kalimantan Tengah. Saya akan memfokuskan khususnya pada program khusus di kawasan eks PLG. Berbagai wacana global menyebutkan kawasan gambut sebagai kawasan yang dianggap menyimpan karbon sekaligus berpotensi mengeluarkan karbon ketika terbakar. Namun, pada kenyataannya program-program di kawasan gambut eks-PLG malah menjadi pusat peningkatan mata pencarian alternatif dan peningkatan perekonomian yang mengatasnamakan program REDD plus. Kontradiksi logika besar REDD plus untuk menyelamatkan hutan dan pengurangan emisi karbon sama sekali berbeda dengan logika program-program non-karbon di area eks PLG. Adalah Buntoi sebagai salah satu desa implementasi REDD plus di area eks PLG. Program utama yang didanai REDD plus adalah pembangunan Gedung Pusat Informasi Lestari dan program Hutan Desa. Implikasi dari program tersebut adalah munculnya berbagai program pengembangan mata pencarian yang bertujuan untuk penguatan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Namun, sebagai program tersebut menitikberatkan pada proyek bukan pada kondisi basis dan struktur ekonomi masyarakat yang terbentuk sehari-hari. Aktivitas yang dilakukan NGO faktanya hanya mempengaruhi area kecil dari kehidupan sosial.Sebagai upaya memahami implikasi proyek melalui mata pencarian ini, saya menggunakan basis dan hubungan ekonomi dalam masyarakat. Melalui konsep tersebut perubahan fokus REDD plus dari mengurangi emisi menjadi program non-karbon merupakan sebuah strategi penerimaan REDD plus di tingkat lokal. Dimana program-program didesain berdasarkan prioritas dan penggunaan teknologi barat yang pada akhirnya membuat pemaknaan-pemaknaan tertentu oleh masyarakat. Gambaran manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat yang menjadi cara pikir yang memudahkan REDD plus diterima di Buntoi, namun resikonya penerimaan tidak didasarkan pada gerakan masyarakat atas kesadaran lingkungan melainkan motif ekonomi. Terbatasnya program REDD plus melalui pengembangan mata pencarian membuat distribusi manfaat dan keuntungan tidak dapat diakses oleh kelompok lain yang pada akhirnya menyebabkan kesenjangan antar penduduk.

This thesis explains about the phenomenon of REDD+ at the local level. REDD+ at the provincial level is characterized when Central Kalimantan was elected as pilot province. There are three main programs of REDD+ in Central Kalimantan. In this topic explained the specific program especially in ex-PLG area. Global discourse mentioned that peatland consider to store carbon and to emit carbon. However, in fact the REDD+ in ex-PLG area consist of alternative livelihood enhancement and improvement of the economic programs. So there are contradiction and strategy of REDD+. Except protect the forests and reduce carbon emissions folowing with non-carbon activities.Buntoi was a village of REDD+ implementation in ex-PLG area. The main REDD+ program was constructed the Comunity Learning Center (PIL) building and Forest Village program (Program Hutan Desa). The program aimed to strengthening forest communities especially economy. Programs are designed based on the priorities and used western-technology. But the programs implication only focuses on projects rather than on the base of society's economic structure. In fact NGO activities conducted to small area of social life.Detail implications of the REDD+ project through livelihood program researched by concept of base and economic relations in society. REDD+ of change from reducing emissions into non-carbon programs is acceptance strategy in planning. The Acceptance consist of different respond at local level. Overview about the benefits and advantages becomes the way of thinking that facilitates of REDD+ Buntoi acceptance. The risk of acceptance is not based on the society movement on environmental awareness but economic motives. Limitations of REDD+ programs through the development of livelihoods makes the distribution of benefits and advantages can not be accessed by other groups that ultimately causes the gap between communities.

Kata Kunci : REDD Plus,Program Non karbon,Basis,Hubungan Ekonomi,PIL,Mata Pencarian

  1. S2-2015-337686-abstract.pdf  
  2. S2-2015-337686-bibliography.pdf  
  3. S2-2015-337686-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2015-337686-title.pdf