Laporkan Masalah

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG DALAM MENGHADAPI BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI

ZAKIA ULFAH, Dr. Ir. Ahmad Sarwadi. M.Arch,; Ir. Gunung Radjiman, M.Sc

2015 | Tesis | S2 Perencanaan Kota dan Daerah

Indonesia adalah negara rawan bencana disebabkan oleh letak geografisnya. Kabupaten Magelang sebagai salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah juga tidak terlepas dari ancaman berbagai bencana alam. Salah satu ancaman bencana di Kabupaten Magelang adalah erupsi Gunung Merapi. Kecamatan Dukun adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang dengan jumlah penduduk terdampak bencana erupsi Gunung Merapi terbanyak di Kabupaten Magelang dengan 8 dari 15 Desa terletak di KRB III. Oleh karena itu diperlukan sebuah kajian terhadap tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan Dukun dalam menghadapi ancaman erupsi Gunung Merapi yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kecamatan Dukun serta faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif dengan analisa data secara deduktif. Metode kerja yang digunakan meliputi : survei, wawancara, kuesioner dan observasi. Teknik sampling yang digunakan adalah quota accidental random sampling dengan responden sebanyak 488 kepala keluarga. Kuesioner disebarkan pada bulan Agustus-September 2014. Metode pengukuran indeks kesiapsiagaan bencana menggunakan metode LIPI-UNESCO/ISDR (2006) yang terdiri dari empat parameter yaitu : (1) Pengetahuan dan Sikap; (2) Rencana Kesiapsiagaan (3) Sistem Peringatan Dini; dan (4) Mobilisasi Sumber Daya. Secara umum Kecamatan Dukun sudah termasuk dalam kategori SIAP dengan Indeks Kesiapsiagaan Bencana yaitu 70,20. Semua Kawasan Rawan Bencana/KRB juga termasuk dalam kategori siap. Parameter rencana kesiapsiagaan dan mobilisasi sumber daya masih lemah di KRB II. Dua dari 15 desa di Kecamatan Dukun yang termasuk ke dalam kategori hampir siap yaitu Banyudono dan Ngadipuro terletak di KRB II. Parameter pengetahuan dan sikap serta peringatan dini di seluruh desa berada dalam kondisi siap. Ada lima desa dengan indeks rencana kesiapsiagaan masih dalam kategori Hampir Siap. Kelima desa tersebut terletak di KRB III yaitu desa Mangunsoko, dan KRB II yaitu desa: Wates, Banyudono, Banyubiru, dan Ngadipuro. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran dari masyarakat di kelima desa itu untuk merencanakan tindakan kesiapsiagaan. Parameter Mobilisasi Sumber Daya, seluruh desa termasuk tidak siap. Artinya kemampuan mobilisasi sumber daya masih rendah yang disebabkan oleh rendahnya kapasitas dalam keterampilan menghadapi bencana dan rendahnya dana cadangan untuk menghadapi bencana. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan dibedakan menjadi dua: (1) faktor internal yaitu: Pendidikan, Pendapatan dan Pengalaman Bencana di masa lalu serta (2) faktor eksternal yaitu: Jarak terhadap sumber bencana, ketokohan dan modal sosial berupa gotong royong. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat kesiapsiagaan. Pengalaman bencana di masa lalu menyebabkan masyarakat Kecamatan Dukun menjadi lebih siap siaga. Selain itu adanya tokoh panutan dalam masyarakat dan nilai-nilai gotong royong juga meningkatkan kesiapsiagaan saat bencana.

Indonesia is a disaster vulnareble country due to its geographical location. Nor Magelang Regency of Central Java province free from the threat of natural disasters. Eruption of Mount Merapi is one of hazards in Magelang Regency. Dukun District is one of the districts in Magelang Regency which most of its population is affected by Mount Merapi Eruption. Eigth of 15 villages located on Hazard Area III. Therefore, assesment of the level Community Preparedness Index is needed. This study aims to determine the level of community preparedness in Dukun District and the factors influence it. This is descriptive quantitativequalitative research. The data obtained are analyzed deductively. The methods were used include: surveys, interviews, questionnaires and observation. The accidental quota random sampling was used as sampling technique with 488 households as the respondents. Questionnaires were distributed on August-September 2014. The Community Preparedness Index was measured by method of LIPI-UNESCO / ISDR (2006) which consists of four parameters, namely: (1) Knowledge and Attitudes; (2) Preparedness Plan (3) Early Warning System; and (4) Resource Mobilization. Generally, Dukun District is ready with level of Community Preparedness Index is 70.20. So do all of diasater prone areas. Meanwhile, two of the 15 villages located in Hazard Areas II in the Dukun District are almost ready namely: Banyudono and Ngadipuro. Knowledge and attitude parameters and early warning system are in a ready condition among all of villages. There are five villages with index of preparedness plans that are still in the almost ready category. The five villages located in Hazard Area III namely Mangunsoko, and which are located in Hazard Area II namely: Wates, Banyudono, Banyubiru, and Ngadipuro. It shows there are low awareness in order to be ready and prepared among community of those villages. The whole of villages were in the category not ready yet for Resources Mobilization parameter. It means the low of skills to face disaster and the low of disaster reserved funds. Factors that affect community preparedness in Dukun District are: (1) internal factors, namely: Education, Income and Disaster Experiences, while (2) external factors, namely: Distance to the hazard, personal leadership, and social capital named Gotong Royong. The higher the level of education and income, the higher the level of preparedness. Disaster experience has made Dukun distrct’s community become much ready. Leadership and the values of gotong royong also improve their disaster preparedness.

Kata Kunci : Indeks, Kesiapsiagaan, Bencana, Merapi, Dukun


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.