EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DAN STRATEGI PERBAIKAN DENGAN BASIC PRIORITY RATING (BPR) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PRINGSEWU - LAMPUNG
ASTERIA WORO INDAH S, Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt.; Dr. Satibi, M.Si., Apt.
2015 | Tesis | S2 Ilmu FarmasiKabupaten Pringsewu merupakan sebuah daerah otonomi baru yang memiliki beberapa masalah di bidang kesehatan, salah satunya adalah pengelolaan obat di Dinas Kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pengelolaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu tahun 2013 sudah dilakukan secara efektif dan efisien dan mengetahui gambaran solusi manajerial pengelolaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu melalui upaya perbaikan pengelolaan obat dengan Basic Priority Rating (BPR). Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Data pengelolaan obat tahun anggaran 2013 diambil secara retrospektif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung masingmasing indikator dan kemudian dibandingkan dengan standar Departemen Kesehatan RI. Data kualitatif dianalisis dengan menafsirkan hasil wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan obat yang digunakan untuk memperkuat data kuantitatif. Selanjutnya data ini diolah serta dideskripsikan berdasarkan analisis prioritas rencana tindakan dengan Basic Priority Rating (BPR). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu kesesuaian item obat yang tersedia dalam DOEN 2013 71,96%, kesesuaian dana pengadaan obat 100%, biaya obat per penduduk Rp 4.478,43 , ketepatan perencanaan 18,72%, penyimpangan perencanaan 15,24%, tingkat ketersediaan obat 39 bulan, kecocokan jadwal barang diterima dengan kesepakatan yang telah dibuat 71,43%, frekuensi kesalahan faktur 0%, kecocokan antara obat dengan kartu stok 100%, sistem penataan obat sesuai FIFO dan FEFO, persentase nilai obat yang kadaluwarsa/rusak sebesar 0,82% (dari nilai total persediaan obat dalam Rupiah), persentase stok obat mati sebesar 3,56% (dari nilai total persediaan obat dalam Rupiah), ketepatan distribusi obat 100%, persentase penyimpangan jumlah obat yang didistribusikan sebesar 8,9%, rata-rata waktu kekosongan obat sebesar 9,3 hari, jumlah item obat per lembar resep sebesar 2,71 item, persentase penggunaan antibiotika pada diare non spesifik sebesar 51,47%, persentase penggunaan antibiotika pada ISPA non pneumonia sebesar 52,53%. Strategi perbaikan dalam pengelolaan obat yaitu perlu adanya sosialisasi mengenai pedoman penggunaan obat yang rasional bagi penulis resep (prescriber) sehingga penggunaan obat menjadi lebih efektif dan efisien, perlu dilakukan koordinasi dengan lintas sektor dan unit kerja lain yang terkait dengan program Penggunaan Obat Rasional (POR) sehingga program ini dapat terintegrasi dengan program di unit kerja yang lain, perlu dilakukan efisiensi pengelolaan persediaan obat yang ada sehingga dapat meningkatkan keefektifan penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.
Pringsewu Regency is a new autonomous regions which has some health problems, one of which is the drug management in the Department of Health. The purpose of this study was to determine whether the drug in the management of the District Health Office Pringsewu year 2013 has been carried out effectively and efficiently and find managerial solutions drug management in the District Health Office of Pringsewu Regency through efforts to improve the management of drugs with Basic Priority Rating (BPR). The study was conducted by using descriptive research design. Data of drug management were obtained retrospectively. Quantitative data analysis done by calculating each indicator and then compared to the Ministry of Health standard. The qualitative data were analyzed by interpreting the results of in-depth interviews with related parties in the management of drugs used to strengthen the quantitative data. Furthermore, the data is processed and described based on the analysis of the priority action plan with Basic Priority Rating (BPR). The results obtained are the suitability of drug items available for inclusion in DOEN 2013 71,96% , the suitability of drug procurement funds 100% , the cost of drugs per inhabitant Rp 4478,43 , precision planning 18,72% , 15,24% deviation planning, levels of availability medicine 39 months, received the goods match schedule with the agreement that was made 71,43% , the frequency of errors invoice 0% , the match between the drug card stock with 100%, corresponding drug structuring system FIFO and FEFO, the percentage value of expired drugs / damaged by 0,82% (from value of total drug inventory in Rupiah) , the percentage of dead drug stocks by 3,56% (from value of total drug inventory in Rupiah), 100% accuracy of drug distribution, the percentage deviation of the number of drugs distributed by 8,9% , the average time of 9,3 days vacancy drugs, number of drugs per prescription item 2,71 item, the percentage use of antibiotics in non-specific diarrhea by 51,47% , the percentage of non-use of antibiotics in respiratory pneumonia at 52,53%. Improvements in medication management strategy is the socialization of rational drug usage guidelines for prescribers, and cross-sectoral coordination with other work units associated with the Rational Drug Use program, necessary inventory management efficiency of existing drugs that can increase the effectiveness of the use of drugs in health.
Kata Kunci : Pengelolaan obat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, Basic Priority Rating (BPR)