WANDA WAYANG PURWA TOKOH PANDAWA GAYA SURAKARTA KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN PERTUNJUKAN
BAMBANG SUWARNO, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc.;Prof. Dr. R.M. Soedarsono; Prof. Dr. Soetarno, DEA
2015 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaDisertasi berjudul “Wanda Wayang Tokoh Pandawa Gaya Surakarta, Kajian Bentuk, Fungsi dan Pertunjukan†ini bertujuan untuk memahami wanda-wanda wayang tokoh Pandawa yang disajikan oleh lima dalang yang dipilih sebagai objek penelitian mewakili gaya pakeliran Karaton, Pedesaan (Klaten dan Sragen) serta Populer, yakni Ki M. Dm. Hali Djarwosularso, Ki H. Manteb Soedharsono, Ki R. Ng. Soenarno Dutodiprojo, Ki Gaib Widopandoyo dan Ki Sudirman Ronggodarsono, baik menyangkut ciri-ciri, fungsi maupun kaitannya dengan peristiwa lakon yang disajikan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Mengapa wanda wayang penting dalam pertunjukan wayang, bagaimanakah ciri-ciri dan perbedaan wanda wayang tradisi Karaton dan luar Karaton yang disajikan kelima dalang tersebut dalam pakeliran objek material dan bagaimana fungsi wanda wayang tokoh Pandawa gaya Surakarta dalam mendukung garap lakon yang telah dipilih sebagai objek material kelima dalang (Ki M. Dm. Hali Djarwosularso, Ki H. Manteb Soedharsono, Ki R. Ng. Soenarno Dutodiprojo, Ki Gaib Widopandoyo dan Ki Sudirman Ronggodarsono). Untuk membahas permasalahan ini digunakan pendekatan estetika pedalangan, di samping itu juga dilengkapi dengan pendekatan kreativitas, fisiognomi dan ikonografi, dalam kerangka berpikir holistik sebagai perangkat analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanda wayang tokoh Pandawa yang disajikan kelima dalang berfungsi memecahkan masalah, menjaga daya saing dan mendorong penemuan baru dalam dunia pakeliran. Wanda juga mengandung kode-kode yang membantu dalang mencapai pakeliran yang nuksma dan mungguh. Wanda-wanda Pandawa tradisi Karaton dikenali lewat keterangan tertulis, sementara dalam tradisi luar Karaton kebanyakan berupa interpretasi terhadap sumber-sumber visual. Fungsi wanda wayang tokoh Pandawa gaya Surakarta ialah mendukung garap lakon dengan mengikuti atau menyimpang dari konvensi pakeliran yang berlaku umum.
This dissertation entitled: “Wanda of Pandawa Figures in Surakarta Style Wayang Kulit Purwa: Studies of Form, Function, and Performance†aims to understand the Pandawa figures’ various wanda in the context of form characteristics (typology), function, and the correlation between interpretive aspects of wayang kulit purwa performances by five selected dalang representing the court, rural, and popular styles: Ki M. Dm. Hali Djarwosularso, Ki H. Manteb Soedharsono, Ki R. Ng. Soenarno Dutodiprojo, Ki Gaib Widopandoyo and Ki Sudirman Ronggodarsono. This thesis will answer three questions: Why do the wayang wandas become important in the performance, how are the characteristics and differences of court and out-court styles of wanda, also how do Pandawa figures’ wandas in Surakarta style functioned in supporting five puppeteers’ performance aspects. To analyze those questions, this thesis use puppetry aesthetic approaches, as well as creativity, iconography and physiognomy approaches, in holistic framework as a mean of data analysis. The results of this research show us that the various Pandawa figure wanda, as employed by the five dalang above, fell into three categories: Wandas of Pandawa puppet figures in five puppeteers’ performances are useful in solving problems, keeping the competition running well and also encouraging new discoveries in pakeliran. Wandas also contain codes which could help the puppeteers to achieve a successful nuksma and mungguh performances. Wandas of Court tradition could be recognized from written resources, in the other hand the out-court ones acknowledged by the means of interpreting visual resources. Functions of Surakarta style Pandawa figures’ wandas are supporting the plays, both according the general conventions or deviated from them.
Kata Kunci : wanda, Pandawa, bentuk, fungsi, pertunjukan