Taman Lalu Lintas Yogyakarta dengan Dekonstruksi: Traffic-Coaster
ANTYA RAHMANINGDYAH SULISTYO, Kurnia Widiastuti, ST.,MT.
2014 | Skripsi | S1 ARSITEKTURYogyakarta merupakansalahsatukotabesar di Indonesia yang pada September 2013 lalu mendapatkan predikat Kota Berbudaya Lalu Lintas se-Indonesia. Sayangnya, prestasi tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi di lapangan.Keadaan lalu lintas di Yogyakarta semakin padat, karena peningkatan jumlah kendaraan tidak berbanding lurus dengan peningkatan infrastruktur jalan sehingga meningkatkan resiko kecelakaan.Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah minimnya pendidikan lalu lintas.Peran pendidikan lalu lintas sangat penting untuk seseorang sebelum menjadi pengguna aktif. Pendidikan berlalu lintas menjadi latar belakang mendasar sebelum seseorang menjadi pengguna aktif di jalan dan berinteraksi dengan pengguna lain. Salah satu media penyampai pendidikan lalu lintas yang menyenangkan adalah melalui taman lalu lintas yang ditujukan kepada anak-anak. Pendidikan anak-anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Dimana pendidikan yang diberikan saat usia dini akan mempengaruhi perkembangannya ketika dewasa nanti. Dalam perancangan ini, beberapa masalah didapatkan dari analisis fungsi, konteks, dan teori yang digunakan. Masalah utama dari perancangan yang kemudian akan diselesaikan adalah (a) penggabungan dua program dari fungsi yang berbeda untuk dapat mewadahi lintasan/tantangan seoptimal mungkin. Mengingat taman lalu lintas membutuhkan fungsi dan fasilitas yang banyak sedangkan tapak memiliki luasan yang minim. Kegiatan yang dilakukan di dalamnya melibatkan pergerakan pengguna yang fleksibel. Masalah ke dua memfokuskan pada konteks tapak. Tapak terpilih merupakan lahan kosong yang dikelola Terminal Giwangan. Sehingga perlunya (b) akses menuju site yang merespon tapak karena dekat dengan terminal serta (c) kemudahan orientasi dari dan keluar tapak. Konsep yang digunakan di perancangan ini berdasarkan analisis masalah di atas adalah Traffic-coaster. Traffic-coaster adalah gabungan dari program utama taman lalu lintas dengan esensi permainan roller coaster. Roller coaster dipilih karena permainnya menyuguhkan fleksibilitas pengguna yang bergerak dinamis pada lintasan yang bermain secara vertikal dan horizontal. Permainanroller coaster memberikan kesan dan atraktif bagi pengunjung dari permainannya yang memicu adrenalin secara berubah-ubah. Hal ini menjadi program yang digabungkan dalam perancangan ini. Dalam perancangan ini, materi pembelajaran lalu lintas di klasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitan yang kemudian diolah pada lintasan tantangan yang menantang bagi anak-anak. Dalam setiap tantangan, anak akan berbagi peran dalam lalulintas dan berinteraksi dengan peran lain. Sehingga dalam sekali melakukan simulasi, anak akan berinteraksi dengan peran lain dalam lintasan yang variatif kesulitannya. Selain itu, keseluruhan Taman Lalu Lintas yang dekat dengan terminal ini juga menjadi elemen visual yang menjadi point of interest serta borrowed view kawasan Terminal Giwangan.
Yogyakarta was awarded as one of the traffic cultured city in Indonesia last September 2013. However, the reality shows the opposite of the achievement. The traffic condition in Yogyakarta is not as good as the expected. Statistic shows that the growth of the transportation mode is accelerating yet the infrastructure facility does not follow. Those worsen the possibility of traffic accident happen in Yogyakarta. Besides the inadequate facility supports, the lack of traffic education causes another problem. In fact, traffic is human daily needs, in the function of mobilization from one place to another. Therefore, having sufficient knowledge in traffic education is merely important before taking part in the street as traffic user. Traffic education can be varied in many ways. One of possible fun ways is the traffic theme park that mainly proposed for children. The early education for children mainly aims the development of all aspects in their growth, including cognitive, linguistic, physical (motoric), social and emotional as well. Early education is important since it will give the indirect influence from the childhood to adulthood. In designing the plan, there are some problems that found from function, context, and theory analysis used in the design. Three main problems that become a focus in this design plan are: (a) combining two different programs with different functionality to get the most optimum way to solve the challenge. Traffic theme park design requires a lot of functional facilities that needs vast areas yet the chosen site at Giwangan itself is rather small. Hence, it needs to be compact yet entertaining and educating in other ways. From the design plan in Giwangan, it needs (b) an access that responsive to the existing building and (c) a relatifly orientation friendly for user to the place and from the place. The concept used in this design based on the problem is Traffic-coaster. Traffic-coaster is the combining concept of roller coaster game and the traffic park itself. Roller coaster is chosen because it has the point of entertaining in flexibility and dynamicity for user movement. They will play on the track course in circle and go around, exploring horizontal and vertical aspects. This game will drive the adrenalin rush and sense of excitement. This essential program of roller coaster will become the design combination point of the current traffic park program package. In this design, the learning materials about traffic education are categorized by degree of difficulty which applied in the track course challenge. In every part of the challenge, every child will play a role (in the traffic system) and interact with the other who plays different roles. So, they will get the experience of being a traffic user that interacts with another user in the traffic challenge that accommodates traffic education materials. Besides, the location of Taman Lalu Lintas Yogyakarta is in the area of bus terminal, it has become the visual element thatact as point of interest as well as the borrowed view of Terminal Giwangan.
Kata Kunci : Dekonstruksi, Roller coaster, Traffic-coaster