Laporkan Masalah

PENGARUH TERAPI INJEKSI CEFTRIAKSON INTRAVENA TERHADAP KADAR KALSIUM URIN PADA PASIEN BATU SALURAN KENCING DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. SARDJITO YOGYAKARTA

SAKTI RONGGOWARDHANA BRODJONEGORO, Prof. dr. Prawito Singodimedjo, Sp.B, Sp.U.

2015 | Tesis | SP UROLOGI

Latar Belakang Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi. Penyebab pembentukan batu adalah multifaktorial, adapun faktor metabolik seperti hiperkalsiuria merupakan salah satu penyebab terjadinya batu saluran kemih akibat pemakaian obat-obatan sebagai terapi. Ceftriakson merupakan obat golongan sefalosporin generasi ketiga yang dieliminasi utama di ginjal (33 – 67%), dan sisanya lewat sistem bilier. Ceftriakson bisa mengikat ion kalsium dan membentuk presipitat yang tidak larut sehingga bisa terbentuk pseudolitiasis bilier. Diduga bahwa batu dapat terbentuk dengan proses yang sama pada sistem kolektifus ginjal. Analog dengan hal tersebut diatas maka dengan adanya hiperkalsiuria sebagai akibat pemakaian injeksi ceftriakson intravena bisa menjadi salah satu faktor predisposisi pada pembentukan batu saluran kemih akibat induksi ceftriakson. Tujuan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi injeksi ceftriakson kadar kalsium urin pada penderita batu saluran kemih dan penderita bukan batu saluran kemih. Metode dan Materi Penelitian ini merupakan satu uji klinis, melibatkan 60 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok (Kelompok A: pasien batu saluran kemih, kelompok B: pasien urologi bukan batu saluran kemih). Setiap kelompok terdiri dari 30 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta, Indonesia. Setiap pasien tersebut mendapat terapi injeksi intravena ceftriakson 1 g, tiap 12 jam selama tiga hari. Urinalisis dan kadar kalsium urin sebelum dan sesudah terapi diukur dan dievaluasi. Hasil yang ada dianalisis secara statistik dengan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Hasil Berdasarkan kadar kalsium urin awal, didapatkan kadar rata-rata 1.79 ± 0.85 mmol/L pada kelompok A dan median 1.99 mmol/L (0.42 – 8.02) pada kelompok B. Sedangkan berdasarkan kadar kalsium urin akhir, didapatkan kadar rata-rata 2.25 ± 0.99 mmol/L pada kelompok A dan median 2.05 mmol/L (0.23 – 7.9) pada kelompok B. Terjadi peningkatan kadar kalsium urin pada kedua kelompok setelah mendapat terapi injeksi ceftriakson 1 g/12 jam selama 3 hari, dengan nilai p = 0.007 (kelompok A) dan nilai p = 0.035 (kelompok B). Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok (nilai p = 0.506). Kesimpulan Terapi injeksi intravena ceftriakson 1 g/12 jam selama 3 hari meningkatkan kadar kalsium urin yang bermakna secara statistik, meskipun tidak sampai kadar hiperkalsiuria, baik pada kelompok batu saluran kemih maupun kelompok bukan batu saluran kemih.

Introduction Urinary calculi disease is the third most prevalence cases in urology. The causes of stone formation is multifactorial, which the metabolic factor like hypercalciuria can be the causes of drug-induced urinary calculi disease. Ceftriaxone, a third generation cephalosporin, is primarily eliminated via kidneys (33–67%), with the remainder eliminated via biliary system. Ceftriaxone may bind calcium ions and form insoluble precipitates leading to biliary pseudolithiasis. It appears that stones can form in the same way in the renal collecting system. Analog with that result, a hypercalciuria condition caused by ceftriaxon intravenous therapy could be speculated as predisposition factor on ceftriaxone-induced urinary calculi formation. Aim The aim of this study is to asses the effect of ceftriaxone intravenous therapy on urinary calcium level in both urinary calculi patient and non-urinary calculi patient. Methods and Material This was a clinical trial study, involving 60 patients which was divided into two groups (Group A: urinary calculi patient, Group B: non-urinary calculi patient). Each group consist of 30 patients which were hospitalized at Sardjito General Hospital Yogyakarta, Indonesia. All of these patients received 1 g ceftriaxone intravenous therapy, per 12 hours for three consecutive days. Urinalysis and urinary calcium were evaluated before and after treatment. The data results were statistically analyzed with Wilcoxon test and Mann-Whitney test. Results Based on pre-treatment urinary calcium, the mean was 1.79 + 0.85 mmol/L in group A, and the median was 1.99 mmol/L (0.42 – 8.02) in group B. Based on post-treatment urinary calcium, the mean was 2.25 + 0.99 mmol/L in group A, and the median was 2.05 mmol/L (0.23 – 7.9) in group B. Statistically, there were increasing of urinary calcium level on both groups after receiving the treatment, which were statistically significant with p = 0.007 (Group A) and p = 0.035 (Group B). There was no statistically difference of urinary calcium level between two groups (p = 0.506). Conclusion Ceftriaxone intravenous therapy increased the urinary calcium level, even not reached hypercalciuria condition, in both groups.

Kata Kunci : ceftriakson, batu saluran kemih, batu drug-induced, hiperkalsiuria


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.