JURNALISME ISU EKSPLORASI MIGAS DI MADURA ANALISIS DENGAN PENDEKATAN EKONOMI - POLITIK MEDIA

YAYAN SAKTI SURYANDARU, Dr. Wening Udasmoro, DEA, M.Hum

2015 | Tesis | S3 Kajian Budaya dan Media

Fokus penelitian ini mengambil studi kasus peliputan eksplorasi minyak dan gas (migas) di Madura. Praksis jurnalisme lingkungan di Madura khususnya dalam peliputan ekplorasi minyak dan gas (migas) menjadi locus yang sangat menarik, bukan hanya lantaran dibingkai oleh peristiwa eksplorasi migas besar-besaran, melainkan karena konfigurasi aktornya yang unik. Untuk melihat secara komprehensif bagaimana konstruksi media berkaitan dengan isu-isu pertambangan migas dalam riset ini, peneliti menggunakan pendekatan ekonomi-politik media. Peneliti menyimpulkan bahwa kapasitas jurnalis Radar Madura dalam memberitakan isu eksplorasi migas masih sebatas deskripsi peristiwa secara kronologis. Disamping itu, pemberitaan selalu berkutat hanya tentang konsekuensi langsung dari peristiwa yang diberitakan, daripada analisis atas akibat dan komplikasinya dalam jangka panjang. Penajaman semata pada konflik, menjadikan berita hanya berisikan nuansa konfrontasi, tetapi miskin data dan elaborasi. Masih sedikit jurnalis Radar Madura yang memiliki latar belakang pengetahuan ilmiah, baik level dasar maupun mendetil, atas isu eksplorasi migas. Selain itu, jurnalis Radar Madura masih jarang secara formal mendapatkan pelatihan jurnalisme lingkungan, baik yang diadakan oleh manajemen Radar Madura, atau organisasi profesi jurnalis (AJI atau PWI). Masih menjadi kebiasan jurnalis yang dominan menjadikan pejabat pemerintah daerah, humas industri migas, atau anggota DPRD sebagai narasumber berita. Padahal penggunaan narasumber alternatif dari komunitas ilmiah akan membantu keterbatasan pengetahuan wartawan atas persoalan yang sifatnya sangat khas, khusus, dan teknis. Sedangkan interplay (pertarungan) antar aktor yang mempengaruhi konstruksi media pada isu migas antara lain adalah : Konvergensi Radar Madura. Keberagaman cara mengakses isi media ini, ternyata tidak berkorelasi dengan keberagaman angle atau sudut pandang obyek berita yang ditampilkan oleh Radar Madura (diversity of content). Radar Madura lebih safe jika mengangkat kiai kharismatik, kiai sepuh (terlebih lagi jika masuk ke dalam BASSRA) dan kiai advokatif dibandingkan dengan kiai politik dalam kasus isu ekplorasi migas. Selain alasan massa pendukung kiai sepuh lebih banyak, juga alasan suara mayoritas kiai bersama warga yang muncul ke permukaan adalah menolak adanya eksplorasi migas di Madura. Kerjasama pemuatan iklan atau advertorial perusahaan migas, budaya amplop merupakan strategi humas industri migas untuk menjalin media relations. Munculnya interplay yang dilakukan oleh jurnalis (sebagai agency) melalui tulisan opininya di media sosial (blog, twitter, atau group facebook), ketika struktur yang dihadapinya (institusi media tempatnya bekerja), tidak memberikan ruang untuk melakukan kritisi atas persoalan dampak lingkungan akibat eksplorasi migas.

The focus of this research is the case study of the coverage on oil and gas exploration in Madura. Praxis of environmental journalism in Madura, especially in covering oil and gas exploration becomes an interesting locus, not only because the event framework is the massive oil and gas exploration, but also because of the unique configuration of characters. To view comprehensively at how the media construction is related to the mining issues of oil and gas in this research, researchers used a political economy of media approach. The researcher concluded that the journalistic capacity of Radar Madura in reporting the oil and gas exploration is only limited to the description of the events in chronological order. Moreover, the news always dwells only on the direct consequences of the reported events rather than an analysis of the effects and complications in the long term. It only focused on conflict, causing the news to cover only the confrontation, but lacking data and elaboration. Only a few Radar Madura journalists that acquire scientific background on the oil and gas exploration issues, both at a basic level and at a detailed level. Furthermore, Radar Madura journalists are rarely involved in formal environmental journalism training, both held by the Radar Madura management and by the journalism organization such as AJI or PWI. The journalists dominantly used regional state officials, oil and gas industry public relations, or the regional senate members to become their news source. While actually, the usage of alternative news source from the scientific community will help the journalists’ limited knowledge, especially technical and specified terms. Interplay between actor which influence the media construction on oil and gas exploration is : The convergence of Radar Madura. The variety of ways to access this media is uncorrelated to the variety of the news object viewpoint presented by Radar Madura (diversity of content). Radar Madura chose the safe way in covering charismatic kiai. They chose older kiai (from BASSRA) and advocating kiai, rather than political kiai in this oil and gas exploration case. Moreover, older kiai has more supporters and currently most kiai and local community deny the oil and gas exploration in Madura. The cooperation in creating advertising or advertorial from the oil and gas company and bribing are the strategy of the oil and gas industry public relations to establish media relations. Interplay by journalists (as an agency) arises through their opinions in social medias (such as blog, twitter, or facebook groups) when structures (such as where the journalist is employed) does not provide space to be critical on these oil and gas exploration issues.

Kata Kunci : Jurnalisme Lingkungan, Ekonomi Politik Media