NEGOSIASI BUDAYA BATAK TOBA DI YOGYAKARTA
ANDREAS M PARDEDE, Dr. Najib Azca, MA
2015 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIOrang Batak dikenal dengan kebudayaan yang selalu dijunjung tinggi. Hal ini terjadi karena orang Batak tetap mempertahankan nilai-nilai dan sistem sosial yang ada hingga menjadi kebiasaan dimana pun mereka berada. Pada akhirnya, kebiasaan tersebut menjadi sebuah identitas sosial dimasyarakat. Nilai falsafah hidup yang hadir dari kebudayaan juga membuat masyarakat Batak Toba menjadi salah satu suku perantau di Indonesia. Salah satu kota yang dipilih perantau Batak Toba untuk merantau adalah Yogyakarta. Walaupun terkenal dengan kota yang nyaman dan masyarakat yang sopan santun, orang Batak mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan masyarakat Yogyakarta di awal merantau. Nilai sosial dan kultur yang berbeda tersebut mengharuskan orang Batak harus beradaptasi dan merubah kebiasaan yang dimiliki agar dapat diterima dan mencapai berbagai macam tujuan yang dimiliki. Hal inilah menjadi awal dari negosiasi kebudayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan bentuk negosiasi budaya yang terjadi pada masyarakat Batak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode biografikal, wawancara mendalam terhadap subjek serta studi literatur. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang tersebar di seluruh kota Yogyakarta. Ketiga narasumber tersebut dipilih dengan berbagai macam kriteria antara lain lama menetap di Yogyakarta, latar belakang pendidikan, bentuk perkawinan, pemahaman kebudayaan sendiri dan kebudayaan Yogyakarta. Analisis data diawali dengan deskripsi tekstural terhadap kebiasaan ketiga informan, kemudian analisis mikro tersebut digabungkan dan dianalisis kembali hingga ditarik kesimpulan yang akhirnya menjawab tujuan dari penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat faktor terjadinya negosiasi budaya yaitu keluarga bagi yang memiliki sifat keluarga yang heterogen, pekerjaan dan kesempatan dalam berinteraksi. Ketiga faktor tersebut juga mempengaruhi bentuk dan proses dari negosiasi budaya yang terjadi di masyarakat Batak Toba di Yogyakarta. Adapun bentuk negosiasi tersebut adalah akulturasi kebudayaan dimana bentuk akulturasi ini bersifat kuat dan lemah dan proses negosiasi kebudayaan dapat berjalan secara cepat dan lambat.
Batak people are well-known for their highly respected culture. It occurs because Batak people, no matter where they are, are constantly preserving the existence of values and social system until it becomes a custom. These customs eventually develop into a social identity in the society. The philosophical values that appear from the culture also make the Batak Toba society becomes one of the migrant communities in Indonesia. Yogyakarta is one of the cities which are chosen by the migrants of Batak Toba. Even though Yogyakarta is famous for its pleasant state and affable people, in their early days, Batak people find it difficult to interact with the people of Yogyakarta. The different cultures and social values require them to adapt and adjust their behavior so that they can be accepted in society and every matter can be solved. These are the beginning of a Negotiation of Batak Toba Culture. This research aimed to discover the process and form of culture negotiation that occurred in Batak society. This research employed a descriptive method. The methods of data collection were biographical method, up close interview, and library research. There were three respondents in this research settled throughout Yogyakarta. There were three critherias in determining the respondents, such as the amount of time that they stay in Yogyakarta, educational background, marriage type, and the understanding of culture of both their own (Batak) and Yogyakarta. The data analysis began with the textural description concerning the respondents habits. The micro analysis was then combined and being analyzed again until it constructed the conclusions which become the answer of the research objectives. The result of the research indicates that there are factors which affect the occurrence of negotiation of culture, such as family for the heterogeneous family, occupation, and interaction opportunity. These are three factors also influence the form and process negotiation of Batak Toba Culture following Batak Toba society in Yogyakarta. The form of negotiation in Batak Toba Culture is acculturation; whereas the type is strong and insubstantial, and the process of negotiations in Batak Toba Culture is able to happen both rapidly and gradually.
Kata Kunci : Perantau, Budaya, Negosiasi, Akulturasi / Migrant, Culture, Negotiation, Acculturation