Laporkan Masalah

PENGEMBANGAN SKENARIO KOTA HEMAT ENERGI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TRANUS

ZEJI MANDALA, M. Sani Roychansyah, ST, M.Eng, D.Eng.

2015 | Tesis | S2 Perencanaan Kota dan Daerah

Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota wisata dan kota budaya menjadi tujuan masyarakat untuk melakukan pergerakan (mobilitas). Adapun permasalahan Kota Yogyakarta adalah kemacetan di ruas jalan utama mencapai 7 %/hari (Munawar, 2007). Adapun penyebabnya adalah meningkatnya jumlah kendaraan pribadi, penempatan aktivitas yang tidak bisa dijangkau dengan berjalan kaki dan belum optimalnya pengkonsentrasian kegiatan utama. Selain itu, belum memadainya ketersediaan transportasi publik bagi masyarakat sehingga ketergantungan kendaraan pribadi semakin tinggi yang menimbulkan pemborosan energi BBM. Sementara itu, sumber daya energi non terbarukan seperti minyak bumi, gas dan batubara semakin terbatas sehingga diperlukan adanya penghematan energi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan skenario kota hemat energi dengan menggunakan Model TRANUS di Kota Yogyakarta. Pendekatan penelitian ini adalah deduktif kuantitatif model simulasi TRANUS. Simulasi Model TRANUS Kota Yogyakarta dilakukan melalui kebijakan rekayasa penggunaan lahan dan transportasi. Skenario ini dikembangkan selama 20 tahun perencanaan. Model simulasi ini bersifat preskriptif yang mana digunakan untuk mencari pola kondisi masa depan terbaik, diterima oleh semua pihak dan bersifat umum dalam lokasi dan kondisi tertentu. Simulasi ini dilakukan dengan perbandingan skenario do nothing dan skenario do something. Skenario do-nothing melalui skenario Trend sedangkan skenario sistem do-something melalui skenario compact city, aglomerasi dan Rencana Tata Ruang Wlayah (RTRW). Unit analisis penelitian ini adalah sistem pemodelan keterpaduan guna lahan dan transportasi. Unit pengamatannya adalah Kota Yogyakarta sebagai zona pengembangan skenario kota hemat energi. Unit pengumpulan informasi adalah kegiatan, lahan, penduduk, moda transportasi publik dan pribadi dan jaringan jalan. Penelitian ini mengumpulkan data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi data statistik sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dan observasi lapangan. Penelitian ini menemukan bahwa, skenario compact merupakan skenario yang mengkonsumsi energi BBM paling sedikit dibandingkan dengan skenario lainnya yaitu 333. 857 liter/hari pada tahun 2026. Hal ini dikarenakan skenario compact jarak tempuhnya semakin pendek. Begitu pula, jumlah orang yang melakukan perjalanan mengunakan moda transportasi pribadi semakin sedikit karena berpindah ke transportasi publik/masal dan pejalan kaki. Walaupun kepadatan penduduknya semakin pesat namun terkonsentrasi dengan aktivitas yang ada. Selain itu, skenario compact city dapat melakukan penghematan biaya BBM sebesar 52% setara Rp 5,11 Milyard/hari. Begitu pula dengan penurunan gas buang CO yaitu skenario compact city dan aglomerasi yang masing-masing dapat menurunkan gas CO sebesar 72% (5.804.883.456 Ig/m3) dan 15% (1.079.300.571 Ig/m3). Adapun kebijakan transportasi yang disimulasikan dalam skenario kota kompak melalui pembangunan transportasi massal dan umum seperti bus rapid transit, monorel, dan aerobus. Selain itu, membangun taman parkir (park and ride), jalur sepeda dan pejalan kaki. Sementara itu, kebijakan penggunaan lahan melalui penentuan daerah intensitas tinggi/rendah dan peningkatan aktivitas kegiatan masing-masing zona. Dengan demikian, skenario compact city merupakan salah satu alternatif dalam mengembangkan kota hemat energi di Kota Yogyakarta. Kata Kunci: Simulasi Model TRANUS, Kebijakan Transportasi dan Guna Lahan, Kota Kompak dan Kota Hemat Energi

Yogyakarta city as a student, tourist and cultural city into destination a community for doing movement (mobility). The problem of the city of Yogyakarta is congestion on the main road reach out 7%/day (Munawar, 2007). The cause is increasing number of private vehicles, the placement activities that inaccessible by walking and not yet optimal concentration of the main activities. In addition, the availability of public transportation for the community is not adequate, causing higher dependence of private vehicles. This raises energy wastage of fuel. Meanwhile, non renewable energy resources increasingly limited such as oil, gas and coal so that it is necessary to save energy. Therefore, the research objectives of this study were developing scenario of energy efficient city using Model TRANUS in Yogyakarta City. The research approach was method deductive quantitative simulation model TRANUS. Simulation model TRANUS of the city Yogyakarta conducted through engineering polices of land use and transport. This scenario are developed within 20 years of planning. The simulation model is prescriptive in which to look for the best pattern of future conditions. The simulation was conducted by comparison of do-nothing and do-something scenario. Do-nothing scenario through Trend scenario whereas do-something scenario through compact city, agglomeration and RTRW scenario. The unit of analysis of this research was integrated land use and transport modeling system. The unit of observation was Yogyakarta City as zona developing scenario of energy efficient city. The unit of information collection was activities, land, population, public and private transportation modes and road network. This research collected secondary and primary data. The secondary data were obtained from the statistical data documentation and archival documents whereas the primary data were obtained from interviews and direct observation. This research found that compact city scenario is a scenario that consumes smallest fuel energy if compared to the other scenarios. Compact city scenario only consumes 333.857 liters/day in 2026. This is due to compact scenario shorten the distance. In addition, the number of community who travel using private transport modes is getting fewer because community is moving to public or mass transportation and pedestrians. Although, the population density increases but community doesn’t get more trips. In addition, compact city scenario can save fuel costs by 52%, or 5.11 billion/day. As well as, reduction of exhaust CO, compact city and agglomeration scenario, each of which can lower CO by 72% (5,804,883,456 ig/m3) and 15% (1,079,300,571 ig/m3). As for the transport policy simulated in compact city scenario through constructing of mass and public transportation such as bus rapid transit, monorail, and aerobus. In addition, constructing of park and ride (P&R), bike lanes and pedestrian. Meanwhile, land use policies through a determination of area with high/low intensity and increase in activities each zone. Thus, compact city is one alternative in developing an energy efficient city in Yogyakarta. Keywords: Simulation Model TRANUS, Land Use and Transportation Policy, Compact City, and Energy Efficient City

Kata Kunci : Simulasi Model TRANUS, Kebijakan Transportasi dan Guna Lahan, Kota Kompak dan Kota Hemat Energi; Simulation Model TRANUS, Land Use and Transportation Policy, Compact City, and Energy Efficient City


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.