Laporkan Masalah

BERINDUK SEMANG, KISAH LAKI-LAKI DAN POLITIK REPRESENTASI: Etnografi Adat Berinduk Semang di Orang Rimba Pengelaworon, Makekal Hulu, Jambi

YUDA RASYADIAN, Prof. Dr. P.M. Laksono, M.A.

2015 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Adat berinduk semang adalah praktik yang dilakukan oleh para bujang (anak muda) Orang Rimba untuk memperoleh istri. Praktik adat ini memiliki berbagai tahapan tertentu yang mengarah pada pembentukan seorang laki-laki untuk 'menjadi dewasa', yaitu dengan membuktikan bahwa dia mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari keluarga si perempuan yang dituju. Proses pembuktian tersebut dilakukan dengan "pengabdian"; yaitu bekerja untuk calon mertuanya, memberikan makanan-makanan yang dipunya serta memberikan penghasilan kepada keluarga calon mertua dalam berbagai bentuknya (uang atau barang). Ini menjadikan adat berinduk semang sangat lekat dengan aspek ekonomi-produksi Orang Rimba, yaitu aktivitas berburu dan aktivitas ekonomi ladang karet. Bagi mereka, konsep pengabdian itu selalu diasosiasikan dengan "kepintaran" atau "kecakapan" laki-laki Rimba dalam bekerja. Satu hal yang menggugah penulis adalah saat muncul ungkapan dari diri mereka sendiri yang menyatakan bahwa cara orang dalam berinduk semang itu sudah berubah. Observasi awal penulis menunjukkan bahwa tahap-tahap yang dilakukan dalam berinduk semang itu tidak berubah sejak dulu hingga sekarang. Jika pola yang ada dalam adat berinduk semang itu tidak berubah, mengapa ada dari mereka yang menyatakan bahwa berinduk semang itu telah berubah? Jika ia memang berubah, maka aspek apa yang berubah darinya, dan hal apa yang mendorong atau mempengaruhi terbentuknya perubahan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang adat berinduk semang dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi dalam adat berinduk semang adalah pembentukan wacana baru atas 'nilai laki-laki'; yang mana "kecakapan" dan "kepintaran" bujang Rimba itu diukur dari kemampuannya melibatkan diri dengan sektor ekonomi-produksi yang stabil. Pembentukan wacana baru ini didasarkan atas pemahaman Orang Rimba Pengelaworon terhadap ketidakstabilan sumber daya ekonomi-produksi mereka karena perubahan lingkungan, interaksi dengan dunia luar, dan kondisi material. Dengan kata lain, strategi dan tindakan yang dilakukan oleh bujang pelamar demi keberhasilannya dalam berinduk semang selalu ditentukan oleh wacana atas 'nilai laki-laki' yang dibentuk oleh masyarakatnya; yang mana wacana tersebut dikonstruksi berlandaskan pada persepsi Orang Rimba Pengelaworon terhadap situasi sosial dan material yang terjadi dalam kehidupan mereka. Tesis dari etnografi ini juga berusaha untuk menunjukkan bahwa berbagai aspek perubahan yang ada dalam diri Orang Rimba tidak terjadi sebagai 'yang terberi'. Perubahan itu dibentuk, direncanakan dan dikonstruksi atas pertimbangan mereka sendiri. Proses tersebut adalah strategi yang dilakukan untuk mengontrol kestabilan sosial dan ekonomi Orang Rimba Pengelaworon, yang diakomodir sekaligus diwacanakan melalui praktik adat berinduk semang.

Adat berinduk semang is a practice performed by Orang Rimba's bachelor to get a wife. The adat practices have some of specific stage which leads to the turning of a man to become adults, with the 'act' to prove that he's able to meet the daily needs of the family of the woman who addressed. Such process carried out with "service"; i.e. giving his labor power for the future-parents-in-law, giving the foods that he have as well as giving an income which owned by him to the family of the future-parents-in-law in its various forms (money or goods). This makes berinduk semang custom are very closely to the aspect of Orang Rimba economic-productions, namely hunting activity and economic-activity of rubber fields. Because, the concept of service for them is always associated with "cleverness" or "prowess" of Orang Rimba's male in terms of labor activity. Something that evokes the author arise when a kind of utterance which come by themselves states that the way of people do the berinduk semang has changed. The preliminary observation and interviews from the author shows that the stages within berinduk semang has never change since the beginning until the present. If the patterns that exist within berinduk semang was not changed, why there are among them were claims that berinduk semang has changed? If it does change, what aspect from berinduk semang has changed, and what things whose either drove or affected such configuration? Those are the questions which prompted the author to conduct an in-depth research of adat berinduk semang with ethnographic approaches. The result shows that the transformation which occur within adat berinduk semang is the forming of new discourse on "the male's value"; i.e. the "cleverness" and "prowess" of Orang Rimba's bachelor measured from they competencies to integrating-themselves into the economic-productions sector which are stable. This new forming of discourse based on their understanding towards the instability of their economic-productions resource which affected by environmental changes, the interaction with an outside-world, and the changes of material condition existence. In other words, strategies and actions taken by the bachelors for it success within the process of berinduk semang determined by the discourse of "male's value" who shaped by their own society; where the discourse constructed based on Orang Rimba Pengelaworon's perception towards their social and material situation that exist in their life. The thesis of this ethnography, besides, also attempted to show that the various aspects of the transformation within themselves is not happen as 'a given'. These transformation be shaped, planned as well as constructed over their own consideration. Such process is the strategy to control the social and economic stability, which are accomodated at the same time through discourse of the adat berinduk semang's practice.

Kata Kunci : Orang Rimba, Adat Berinduk Semang, Politik, Wacana, dan Perubahan

  1. S1-2015-198615-abstract.pdf  
  2. S1-2015-198615-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-198615-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-198615-title.pdf