REPERTOIRE DALAM GINGA TETSUDOU NO YORU KARYA ADAPTASI FUJISHIRO SEIJI: KAJIAN ESTETIK WOLFGANG ISER
ATRI FITRIATI, Drs. Deddy Hernandy Oekon, M.Hum
2015 | Skripsi | S1 SASTRA JEPANGKarya fiksi yang populer hampir dapat dipastikan berakar pada karya fiksi yang telah hadir sebelumnya, dan ia hadir karena adanya ideologi, budaya, dan kepercayaan tertentu. Salah satu karya fiksi yang populer ialah Ginga Tetsudou no Yoru (GTY) karya adaptasi Fujishiro Seiji. Oleh karena itu, penelitian berjudul Repertoire dalam Ginga Tetsudou no Yoru Karya Adaptasi Fujishiro Seiji: Kajian Estetik Wolfgang Iser ini bertujuan untuk mengetahui perwujudan repertoire dalam Ginga Tetsudou no Yoru yang dijadikan latar belakang penciptaan, sehingga latar depan yang dituju pengarang dapat diungkapkan. Dengan menggunakan teori Repertoire Wolfgang Iser, penelitian ini menggunakan seluruh teks yang dapat dikenali dalam Ginga Tetsudou no Yoru sebagai objek kajian. Selanjutnya, objek kajian dikaitkan dengan segala sesuatu yang menjadi latar belakang penciptaan, meliputi norma sosial-budaya, norma historis, dan norma agama yang dimunculkan dalam teks. Setelah menjalankan pembacaan, pelacakan, dan analisis data, dapat diketahui bahwa norma sosial yang ada dalam GTY ialah norma sosial masyarakat yang menghadapi kesenjangan sosial. Hal ini mengakibatkan sebuah masalah sosial berupa tindakan intimidasi terhadap anggota yang tidak mampu memenuhi standar lingkungan masyarakatnya. Foreground (latar depan) yang dituju dari penggunaan background (latar belakang) tersebut ialah sebuah kritik sosial terhadap kasus-kasus serupa yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang riil. Kultur yang dominan dalam GTY ialah matsuri, atau festifal khas Jepang. Festival yang menjadi latar budaya dalam GTY ialah Festival Bintang. Selain itu terdapat norma budaya lain berupa kesenian musik Simfoni Dunia Baru. Norma historis yang menjadi landasan penciptaan GTY ialah peristiwa seputar tenggelamnya kapal RMS Titanic pada tahun 1912. Repertoire tersebut dipilih untuk mencapai latar depan berupa perjalanan spiritual yang sarat dengan nilai agama Kristen. Selanjutnya, norma agama yang menjadi repertoire ialah norma agama Budha dan Kristen. Bila dibandingkan dengan versi orisinal GTY karya Kenji, di dalam GTY Seiji penggunaan alusi-alusi yang bernuansa Kristen adalah lebih banyak, bahkan sanggup memutarbalikkan norma agama Budha yang ada sehingga norma agama Budha sebagai jejak dari GTY Kenji hampir tidak terbaca lagi dan menciptakan latar depan yang serupa dengan yang dihasilkan oleh norma historis yang ada, yakni sebuah perjalanan spiritual yang sarat dengan nilai-nilai agama Kristen.
Fiction that popular almost certainly has roots in the existing fiction and it presents because of the existing of ideology, culture, and certain belief. Likewise the fiction titled Ginga Tetsudou no Yoru (GTY) by Fujishiro Seiji. Therefore, the objective of this research with title Repertoire dalam Ginga Tetsudou no Yoru Karya Adaptasi Fujishiro Seiji: Kajian Estetik Wolfgang Iser is to know the embodiment of repertoire in the Ginga Tetsudou no Yoru that used to base of background so the foreground that is intended can be revealed. By using repertoire Wolfgang Iser theory, this research use overall text that could be known from Ginga Tetsudou no Yoru as research object. Further, research object will be associated with everything that is a base of background (repertoire), including social-cultural norm, historic norm, and religion norm that is showed in the text. After reading, tracking, and analyzing the data, social norm that exist in GTY can be explained as societys social norm that facing a social gap. This causing a social problem such as intimidation toward the member that do not meet the society prestige standard. Foreground that is intended from the use of background is social critics toward similar cases that could happen in daily life. Cultural norm that dominant in GTY is matsuri, or typical Japanese festival. The festival that becomes background in GTY is Star Festival. Besides, there are another cultural background be in the shape of New World Symphony music. Historical norm that become a base of the creation of GTY is the occurrence related the sinking of RMS Titanic on 1912. This repertoire chosen to carry out background that form spiritual journey that full of Christian value. Religion norm that become repertoire in GTY is Buddhism norm and Christian, but in GTY Seiji the use of allusions that nuanced Christian is more than Buddhism. Moreover, Christian nuance creating kind of twist for Buddhism that exist, so that those norm as a trace from GTY by Kenji almost could not be read and creating foreground that similar to existed historical norm, a spiritual journey that full of Christian value.
Kata Kunci : repertoire, background, foreground