Humanisme Teosentris Dalam Sastra Islam Minangkabau: Kajian Atas Nazam-nazam Minangkabau
YERRI SATRIA PUTRA, S.S., Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil., Ph.D.
2015 | Tesis | S2 Ilmu SastraPenelitian ini merupakan kajian terhadap pandangan humanisme teosentris yang ada di dalam nazam-nazam Minangkabau. Di dalam terminologi Humanisme teosentris terdapat dua unsur kata, yakni pertama, humanisme dan kedua teosentris. Humanisme, dalam pengertian yang sederhana, adalah pandangan yang menganggap bahwa manusia adalah mahluk yang bebas dan mandiri dan memiliki hak penuh terhadap dirinya sendiri. Sedangkan teosentris adalah pandangan yang meletakkan Tuhan sebagai zat atau sumber tertinggi dalam semua ajaran moral dan etika bagi manusia. Dengan kata lain teosentris adalah suatu pemikiran yang mengakarkan keyakinan kepada Tuhan. Definis ini sesuai dengan etimologi teosentris itu, yang berasal bahasa Yunani, theo dan cetris. Theo artinya Tuhan sedangkan centris berarti pusat. Berdasarkan pengertian itu, maka, humanisme teosentris adalah gagasan kemanusiaan yang menilai bahwa manusia adalah mahluk yang bebas dan mandiri, yang memiliki otoritas penuh terhadap dirinya sendiri sesuai dengan nilai-nilai agama atau keyakinan terhadap Tuhan sang pencipta manusia. Dari definisi itu, tampak perbedaan yang mencolok dari kedua gagasan humanisme itu. Tetapi, gagasan humanisme teosentris pada dasarnya memang antitesis dari gagasan humanisme sekuler yang dinilai sebagai gagasan yang keliru dan menyesatkan. Nazam adalah salah satu genre dalam puisi yang sarat dengan muatan nilai humanisme teosentris. Nazam merupakan genre sastra yang kental dengan nuansa Islam. Dahulu, para sufi juga menggunakan karya sastra sebagai media dalam berdakwah, karena bagi mereka karya sastra adalah media yang paling baik untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat di Nusantara, termasuk di Minangkabau. Dalam penelitian ini, nilai-nilai humanisme teosentris yang terkandung di dalam nazam-nazam Minangkabau tersebut dianalisa dengan teknik hermeneutika Georg Gadamer. Berdasarkan proses kajian tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa nilai-nilai humanisme teosentris terutama humanisme dalam Islam adalah sebuah gerakan pembinaan dan pengajaran nilai-nilai akhlak. Terdapat tiga unsur akhlak yang diajarkan dalam humanisme teosentris/humanisme Islam, yakni pertama, akhlak terhadap Allah SWT., kedua, akhlak terhadap diri sendiri, serta ketiga, akhlak terhadap orang lain dan lingkunan sosialnya. Kata kunci: Humanisme, Humanisme Teosentris, Nazam Minangkabau, Akhlak.
This research is a study of humanism theocentric that be contained in the Minangkabau nazam. There are two words in the terminology of humanism theocentric first, humanism and second theocentric. Humanism, in simple terms, is the view that assumes that human beings are creatures of free and independent and have full rights to itself. While theocentric is the view that put the God as the source of the substance or the highest in all the moral and ethical teachings to humans. This definition is in accordance with the etimology of theocentric, which is derived Greek, theo and cetris. Theo means “Godâ€, while centric means “centerâ€. Based on that understanding, then, humanism theocentric is the idea that humanity is considered that human beings are free and independent, with full authority to itself in accordance with the values of religion or belief in God the creator of human. From the definition, it appears significant difference from the idea of that humanism. However, the idea of humanism theocentric basically is the antithesis of the idea secular humanism, which judged the false and misleading. Nazam is one of the genre in the poetry which is loaded with content of value humanis theocentric. Nazam is a literary genre whose thick with the feel Islam. In the past, the Sufis also use literature as a medium of preaching, because for them literature is the most good to teach Islam to the people in the Nusantara, including in Minangkabau. In this study, values of humanism theocentric contained in the Minangkabau nazam were analyzed by Georg Gadamer's hermeneutics technique. Based on the research process, it could be concluded that the values of humanism, especially humanism theocentric in Islam is a motion of coaching and teaching moral values. There are three elements of Akhlak are taught in humanism theocentric / Islamic humanism, namely the first, Akhlak against Allah., Second, Akhlak against human self, and third, the Akhlak of others social and environment. Key word: humanism, humanism theocentric, Minangkabau Nazam, Akhlak
Kata Kunci : Humanisme, Humanisme Teosentris, Nazam Minangkabau, Akhlak; humanism, humanism theocentric, Minangkabau Nazam, Akhlak