Laporkan Masalah

DARI GELAP KE TERANG: Proses Reintegrasi Narapidana Ke Masyarakat di Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta

KENIA ANINDITYA PINT, Drs. Pande Made Kutanegara, M. Si.

2015 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya fenomena dalam dunia pemasyarakatan yaitu narapidana yang tidak bisa beradaptasi kembali ke masyarakat sehingga berakibat pada pengulangan tindak pidana. Fenomena tersebut bagi Pemerintah Pemasyarakatan dipandang sebagai masalah serius karena menunjukan kegagalan kebijakan dan kerja pemerintah dalam memasyarakatkan narapidana. Maka dari itu pemerintah membentuk sebuah unit pelaksana teknis bernama Balai Pemasyarakatan (BAPAS), yang tujuannya untuk memberikan pembinaan luar terhadap narapidana sebelum kembali ke masyarakat. BAPAS memiliki dua peran, yaitu sebagai agen pembaru penyampai kebijakan, dan sebagai lembaga penginisiasi atau inisiator yang membentuk dan membantu narapidana untuk mencapai sebuah ritus yaitu ritus reintegrasi. Melihat peran BAPAS tersebut, muncul tiga pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu pertama bagaimana sesungguhnya cara kerja BAPAS dalam masa transisi yang dialami narapidana, kedua bagaimana pandangan narapidana dan masyarakat tentang BAPAS, dan terakhir apa saja faktor pendukung dan penghambat keberhasilan BAPAS mengatasi masalah yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, dimana pengumpulan data diperoleh melalui observasi partisipasi dan wawancara mendalam terhadap enam informan. Waktu penelitian berlangsung selama sebelas bulan dari Oktober 2013 hingga September 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa BAPAS sebagai lembaga pemasyarakatan berperan besar dalam mengantarkan narapidana kembali ke masyarakat. Cara kerja BAPAS adalah dengan mencoba mengarahkan narapidana agar bisa diterima di masyarakat, juga sebaliknya, narapidana agar bisa menerima perubahan-perubahan yang ada dalam masyarakat sehingga narapidana tidak kembali mengulangi tindak pidananya. Dari cara kerja tersebut masyarakat memandang peran BAPAS tidak hanya sebagai agen pembaru dan lembaga penginisiasi, tetapi juga sebagai rekan kerja masyarakat dan orang tua asuh bagi narapidana. Berbagai upaya telah dilakukan oleh BAPAS melalui perannya tentu menemukan hambatan dan juga memiliki pendukung, namun seberapa besar peran dan keberhasilan kerja BAPAS kembali lagi kepada individu narapidana yang mau diajak untuk berubah menjadi lebih baik atau tidak. Pada kenyataannya tetap saja ada narapidana yang tidak mau diajak berubah dan kembali melakukan tindak pidananya.

This study was based by a new emerging phenomena in which inmates can't adapt back to the community and results in recurring violation of rules. It was seen as a serious problem by the governement as it showed government's policy failure in correcting the inmates. Because of that, government created an operational unit called Balai Pemasyarakatan (BAPAS), with the objectives to give education to inmates before they are released. BAPAS has two roles, as an agent of policy renewal, and as an initiator that helps inmates to reintegrate into community. After seeing the role of BAPAS, there were three questions asked in this study, first how BAPAS worked in the inmates transition period, second how inmates and community view about BAPAS, and the last is what factors both supporting and hindering that affects the success of BAPAS. The data for this qualitative study was obtained by parcitipative observation and in-depth interview with 6 informant. This study was conducted for eleven month from October 2013 to September 2014. Results showed that BAPAS as a correctional facility plays a big role in reintegrating prisoner back to the community. BAPAS works by directing inmates behavior so the inmates not only can be accepted in the community but also can accept changes in community too, so they will not do the same mistakes again. Community doesn't see BAPAS only as an agent of renewal and initiator, but from its works, community also sees BAPAS as partner and foster parents for the inmates. With all the works BAPAS has been doing, it is inevitable to find obstacles and supports but in the end, the success is determined by the inmates themselves, whether they want to change or not. There is still some inmates that didn't want to change and violate rules again.

Kata Kunci : Adaptasi Kembali, Balai Pemasyarakatan, Narapidana, Ritus Reintegrasi/ Re-adaptation, Balai Pemasyarakatan, Inmates, Reintegration Rite


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.