INTERAKSI SOSIAL KOMUNITAS PENDAKI GUNUNG: STUDI TENTANG TINDAKAN ALTRUISME PADA KOMUNITAS PENDAKI GUNUNG
KOKO WIJAYANTO, DR. MUHAMMAD SUPRAJA M.SI.
2015 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIFenomena tindakan altruisme bukanlah gejala baru dalam kehidupan masyarakat atau dapat dikatakan bahwa fenomena tersebut sejatinya umum ditengah masyarakat. Di mana seseorang dalam interaksi sosial memiliki naluri atau hasrat menghantarkan rasa simpati dan empati pada orang lain yang membutuhkan sebuah bantuan atau pertolongan.Ditengah masyarakat modern pun tradisional, masih dapat dijumpai fenomena kultural (altruisme) yang dipandang menarik dan otentik pada seseorang dalam komunitas pendaki gunung. Fenomena tindakan altruisme coba diketengahkan dalam penelitian ini diarahkan pada komunitas pendaki gunung. Seorang pendaki gunung anggota komunitas yang aktif-intensif dalam kegiatan pendakian gunung menjadi subyek penting dalam kajian. Individu tersebut diasumsikan mampu memaknai tindakan altruisme dan menaruhminat atau perhatian khusus pada kegiatan pendakian gunung. Sehingga, rumusan pertanyaan penelitian sebagai pijakan analisa berusaha menjawab, pertama, bagaimana para pendaki gunung memaknai tindakan altruisme dalam kegiatan pendakian gunung? Kedua, bagaimana pemaknaan tindakan altruisme dipahami kembali para pendaki gunung dalam konteks kehidupan sosial sehari-hari? Melalui metode kualitatif perspektif fenomenologis Edmund Hursserl dan Alfred Schutz,diharapkan dapat memaparkan kontruksi pemaknaan tindakan altruisme seseorang pada kegiatan pendakian gunung. Proses pengamatan dan wawancara mendalam dengan sejumlah pendaki gunung anggota komunitas bertujuan memaparkan pemaknaan atas fenomena altruisme dalam kegiatan pendakian gunung di Indonesia. Kajian yang dilakukan mendapatkan dua kesimpulan khusus dan umum, dalam kesimpulan khusus: (1) seorang pendaki gunung memiliki alasan internal memaknai tindakan altruisme yang dilakukannya. (2) Makna intersubyektif ditemukan pada praksis kehidupan sosial keseharian para pendaki. Adapaun salahsatu makna yang diketemukan yaitu, keberadaan orang lain merupakan bagian dari keberadaan dirinya. (3)Bentuk kontruksi pemaknaan bahwa orang lain berarti, diimplementasikan menjadi tindakanaltruisme. (4) Konseptualisasi diri sebagai seorang pendaki gunung membentuk atmosfer kebersamaan (solidarity). Dalam kesimpulan umum, (1) diakuinya tindakan altruisme dapat terjadi oleh karena keterlibatan orang lain dalam interaksi sosial di pendakian gunung. (2)Pemaknaan berikut pengalaman altruisme yang dijumpai atau dilakukan para pendaki gunung tidak semerta-merta pengalaman pribadi, akan tetapi pengalaman tersebut telah dibagikan pada orang lain, dapat dirasakan, dapat dialami oleh pendaki gunung lain tatkala dihadapkan kondisi atau situasi tertentu di daerah yang berbeda. (3) Tindakan altruisme pada individu (intersubjektif) bukanlah milik individu secara pribadi, melainkan produk tindakan yang sama atau bersama (commonsubjektif).
The phenomenon of altruism action is not a new phenomenon in the life of society or it can be said that the phenomenon is actually common in the community. Where a person in social interaction has an instinct or desire to deliver a sense of sympathy and empathy for others who need help or even traditional. In the modern society, can still be found cultural phenomenon (altruism) that are considered attractive and authentic at someone in the community mountaineer . The phenomenon of altruism action try presented in this study is directed at the community mountaineer. A mountain climber active member of the community-intensive in mountain climbing activities become an important subject in the study. Individuals are assumed to be able to interpret the act of altruism and interested or special attention mountain. Until climbing activities, formulation of research questions as the basis of analysis seeks to answer, first, how to interpret the act of altruism mountaineer mountaineering activities? Second, how to understand the meaning of altruism action back of the mountaineers in the context of everyday social life? Through qualitative methods Edmund Hursserl phenomenological perspective and Alfred Schutz, construction is expected to explain the meaning of a person's act of altruism on mountain climbing activities. The process of observation and in-depth interviews with a number of mountain climbers aiming community members explained "meaning" of the phenomenon of altruism in mountaineering activities in Indonesia. Studies were carried out to get two special and general conclusions, in particular conclusions: (1) a mountain climber has an internal reason to interpret the actions of altruism does. (2) The meaning of intersubjective found in everyday social life praxis of the climbers. Any one of the main meaning is found that the presence of others is part of his being. (3) The form of construction of meaning that someone else mean, implemented into altruism action. (4) The conceptualization of self as a mountain climber to form the atmosphere of togetherness (solidarity). In general conclusion, (1) the recognition of acts of altruism can occur because of the involvement of others in social interactions in mountaineering. (2) Making of the following experiences encountered altruism or do mountain climbers not necessarily personal experience, but the experience has been shared with others, it can be felt, can be experienced by other mountain climbers when faced with a particular condition or situation in different areas. (3) The act of altruism on individuals (intersubjective) do not belong to private individuals, but the same product or a joint action (commonsubjektif).
Kata Kunci : INTERAKSI SOSIAL, ALTRUISME, KOMUNITAS, PENDAKI GUNUNG