FUNGSI KAWASAN LINDUNG PARTIKELIR DALAM PEMENUHAN KESENJANGAN SISTEM KAWASAN KONSERVASI DI KABUPATEN BANYUWANGI, PROVINSI JAWA TIMUR
MUCH. TAUFIK TRI HERMAWAN, S.HUT.,M.SI., Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.
2015 | Disertasi | S3 Ilmu LingkunganKawasan konservasi tumpuan bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati. Kesenjangan dalam sistem kawasan konservasi membatasi perannya dalam konservasi keanekaragaman hayati. Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan strategi pemenuhan kesenjangan sistem kawasan konservasi yang ada pada suatu wilayah dengan memanfaatkan potensi kawasan lindung partikelir. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengevaluasi kesenjangan dalam sistem kawasan konservasi yang ada; (2) menyusun pemodelan spasial kawasan lindung partikelir dalam pemenuhan kesenjangan sistem kawasan konservasi; dan (3) mengkaji fungsi perlindungan keanekaragaman hayati dari kawasan lindung partikelir. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kesenjangan sistem kawasan konservasi dianalisis berdasarkan keterwakilan ekosistem, kecukupan perlindungan ekologis banteng dan koneksitas antar kawasan. Potensi kawasan lindung partikelir dalam memenuhi kesenjangan sistem kawasan konservasi dianalisis dengan pemodelan spasial. Fungsi perlindungan keanekaragaman hayati dari kawasan lindung partikelir dianalisis menggunakan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. Hasil penelitian menunjukkan sistem kawasan konservasi di Kabupaten Banyuwangi masih mengalami kekurangan perwakilan ekosistem mangrove seluas 11,8 ha dan ekosistem hutan dataran rendah seluas 4.247,58 ha; belum melindungi seluruh ruang jelajah banteng; serta saling terisolasi. Kesenjangan ini meski dapat dipenuhi dengan memasukkan ekosistem atau habitat potensial ke dalam sistem kawasan konservasi, namun berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar pihak. Alokasi kawasan lindung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat dimanfaatkan sebagai kompromi. Sebagian kawasan lindung tersebut dikelola pihak non pemerintah (partikelir). Pemodelan spasial menunjukkan kawasan lindung resapan air sebagai jejaring kawasan dilindungi berpotensi mampu memenuhi kesenjangan sistem kawasan konservasi di Kabupaten Banyuwangi. Hasil evaluasi fungsi terhadap beberapa kawasan lindung partikelir yang diamati menunjukkan kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati sedang menuju bagus. Perlindungan keanekaragaman hayati meski bukan merupakan tujuan utama pengelolaan, namun kawasan lindung partikelir bermanfaat bagi konservasi keanekaragaman hayati. Kawasan lindung partikelir dapat difungsikan untuk memenuhi kesenjangan sistem kawasan konservasi di Kabupaten Banyuwangi. Kata kunci: kawasan dilindungi, kawasan lindung, kawasan lindung partikelir, kesenjangan sistem kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, jejaring kawasan dilindungi.
Protected area has become a cornerstone of biodiversity conservation effort. However, gaps in the protected area system restrict its role in biodiversity conservation. This research intends to discover strategies on fulfilling protected area system gap that exist in a region by utilizing private-protected area. There are three objectives in this research (1) evaluate the protected area system gap; (2) construct a private-protected area spatial modeling in fulfilling the protected area system gap; (3) asses the biodiversity protection function of the private-protected area. The research was conducted in Banyuwangi District, East Java Province. Protected area system gap was analyzed by assessing the ecosystem representation, adequacy of the ecological protection for banteng (Bos javanicus) and connectivity between the areas. The potential of private-protected area in fulfilling protected area system gap was analyzed through spatial modeling. While the biodiversity protection function was analyzed through the Shannon-Wiener diversity index. Result of the research shows that the Banyuwangi protected area system gap existed in the form of the lack of mangrove ecosystem representation (11,8 ha) and low land forest ecosystem (4.247,58 ha); Banteng home range has not been fully protected; and were isolated among each other. Although these gaps could be fulfilled by including ecosystem or potential habitat in the protected area system, it may potentially generate conflict of interest between stakeholders. Protection area allocation in the Spatial Plan of Banyuwangi, could be optimized as compromise. Parts of the protection area were managed by non-government parties (private). Spatial modeling shows water catchment protection area as protected area network in Banyuwangi District. Function evaluation upon private-protected area showed that these areas have a decent-good biodiversity development. Even though biodiversity protection was not the main goal of this management, private-protected area are beneficial for biodiversity conservation. Therefore private-protected area could be function to fulfill the protected area system gap in Banyuwangi District. Keywords: protected area; protection area; private protected areas, conservation area system gaps; biodiversity protection; reserve network
Kata Kunci : kawasan dilindungi, kawasan lindung, kawasan lindung partikelir, kesenjangan sistem kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, jejaring kawasan dilindungi; protected area; protection area; private protected areas, conservation area system gap