Perilaku Bullying Pelajar Perempuan (Studi Bentuk Kekerasan di SMA Homogen Yogyakarta)
DYAH RETNO AYUNINGTYAS, Drs. Soeprapto, SU
2015 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIPada saat ini, banyak kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah. Tidak sedikit siswa yang menjadi korban dari kekerasan tersebut. Penelitian ini dilakukan di SMA Santa Maria Yogyakarta. Sekolah tersebut memiliki siswi yang semuanya perempuan. Menurut Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, Bullying merupakan premanisme kecil-kecilan. Sedangkan menurut data Komisi Nasional Anti Kekerasan, 279.760 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi sepanjang 2013, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 216.156 kasus. Dari latar belakang yang ada, maka muncul dua rumusan masalah, yaitu bentuk-bentuk perilaku kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah homogen dan aspek-aspek seperti apa yang dapat mendorong terjadinya kekerasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, angket dan wawancara mendalam terhadap informan yang telah ditetapkan. Subjek penelitian ini ialah siswi-siswi SMA Santa Maria Yogyakarta yang duduk di kelas XI dan XII, yang memiliki potensi sebagai pelaku dan juga korban bullying. Data yang sudah diperoleh dinalisis dengan cara deskriptif, yaitu untuk menggambarkan situasi dan masalah secara detail. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 aspek yang mendorong terjadinya perilaku kekerasan di sekolah homogen perempuan, yaitu rasionalitas individu, eksistensi diri, dan persaingan yang terjadi antar siswi. Munculnya kekerasan justru disaat pelaku tidak sedang bersama teman-temannya. Bullying sebagian besar dilandasi oleh keinginan sendiri. Dalam hal ini, teman sepermainan justru bersifat positif. Sedangkan, kekerasan sebagian besar dalam bentuk verbal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat senioritas di sekolah homogen perempuan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan yang menunjukkan setiap siswi yang berada di kelas X ataupun XI dan berpapasan dengan siswi yang duduk di kelas yang lebih tinggi di lingkungan sekolah, maka siswi dengan kelas yang lebih rendah menyapa atau menganggukkan kepala kepada seniornya.
Nowadays, there are a lot of bullying happened in the school. There are big numbers of students who become the victims of this issue. This research was done in SMA Santa Maria Yogyakarta. This school is a girl homogeneous school. According to the mayor of Yogyakarta, Haryadi Suyuti, bullying is a small thuggery. Based on the data in Komisi Nasional Anti Kekerasan, 279.760, there were a lot of bullying cases towards women happened in 2013. This number is bigger than the previous year whose numbers were 216.156. From the background, there were two research problems, that is the type of bullying acts happened in the homogenous school and the reasons which cause those acts. This research used qualitative method. The data gathering technique was done by observation, questionnaire and deep interview with the specific informant. The participants of this research were the 11th and 12th grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta, who have potential to be the doers and the victims of bullying. The gathered data was analyzed using descriptive technique, by combining the situation and the problems in detail. The result shows that there are three reasons which motivate the students to bully others in the girl homogenous school, namely individual rationality, self-existence, and rivalry among students. The acts of bullying happened when the students were not with their peers. Bullying mostly happened by own desire. In this case, peer group has a role as the violent act controller. The act of bullying mostly happened in the verbal acts. The findings also found out that the seniority among students in the homogenous school was quite high. It is showed through the observation when the tenth or twelfth grade students met the higher grade students, they would firstly greet or bow to those senior students.
Kata Kunci : rasionalitas individu, eksistensi diri, kekerasan