Dari Griya Hingga Losmen, Sejarah Sosromenduran : 1970'an-1990'an
KURNIADI YOGA P, Baha'uddin, S.S., M.Hum.
2015 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAHSkripsi ini meneliti tentang perubahan sosial yang terjadi di Sosromenduran. Sosromenduran sendiri merupakan sebuah kelurahan yang menjadi bagian dari wilayah kecamatan Gedongtengen, selain Pringgokusuman. Salah satu peletak dasar dari perubahan yang terjadi di wilayah ini merupakan hasil atau dampak dari perkembangan (pertumbuhan) sektor pariwisata yang terjadi di Yogyakarta, khususnya wilayah kota Yogyakarta, mengingat bahwa Yogyakarta adalah daerah yang masuk dalam program REPELITA dalam hal pariwisata. Perkembangan sektor pariwisata berdampak pula pada munculnya sektor-sektor usaha lain, salah satu diantaranya adalah usaha penginapan, kondisi ini terjadi pula di wilayah Sosromenduran. Pertumbuhan usaha penginapan di wilayah ini tidak lepas dari posisi Sosromenduran sendiri yang berada tepat disebelah stasiun Tugu dan jantung perekonomian rakyat Yogyakarta, Malioboro. Penelitian ini diharapkan akan memperkaya historiografi Indonesia yang belum banyak mengangkat tema tentang pariwisata. Tahap-tahap penelitian umumnya terdiri atas lima tahapan ; mulai dari pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, hingga penulisan. Penelitian ini banyak menyinggung mengenai perkembangan usaha penginapan serta perubahan sosial yang terjadi di Sosromenduran, dengan membaca beberapa literatur, utamanya buku, surat kabar, serta laporan pemerintah. Mengenai konten utama, hampir berkutat pada sumber lisan melalui metode wawancara, khususnya para pengusaha penginapan yang telah turun temurun melakukan usaha tersebut. Sehingga karya ini setidaknya berusaha menunjukkan peran arsip ingatan dalam memahami perubahan sosial dari sebuah kampung. Terkait dengan pertumbuhan usaha penginapan yang begitu signifikan, hal ini kemudian memunculkan kelas-kelas ekonomi baru di wilayah Sosromenduran. Pola-pola perubahan tata ruang, kepemilikan tanah, perubahan/pergeseran budaya kental terasa di wilayah ini. Hal ini pula yang kemudian memunculkan perubahan sosial di Sosromenduran, bahkan dalam kurun tiga dekade yakni sejak medio 1970-an hingga 1990-an. Kampung-kampung penopang Sosromenduran lain, semisal Siti Sewu, Sosrodipuran, Sosromenduran, Jogonegaran, serta Pajeksan, hampir tidak terjadi perubahan yang ketara, seperti halnya perubahan-perubahan yang terjadi dikampung Sosrowijayan.
This undergraduate thesis is aiming to see social changes that happen in Sosromenduran. Sosromenduran is a village, one of the parts of Gedongtengen sub district. The other one is Pringgokusuman. One of the basic principles from this changes that happen in this area was a result or the effect from the growing or increasing tourism sectors happens in Yogyakarta, especially in the region of Yogyakarta City. Yogyakarta is one of the regions which involved in the tourism aspect of REPELITA. This increasing tourism sector affected other several economic sectors. One of them is hostel business. This condition also happens in the region of Sosromenduran. The growing of the hostel in this area could not separate from the position of the Sosromenduran itself in which located near the Tugu Station and the Yogyakarta economic centre, Malioboro. Hopefully, this research will enrich Indonesian historigraphy in tourism, a subject that oftenly missed by other historian. The phases of historical research usuallny involves five phases. Those phases are choose a topic, gathering documents, verification, interpretation, and writing. This research is trying to explain about the growing sectors of hostel and social changes in Sosromenduran. Those explanations are gotten from reading literature works, especially books, newspapers and government reports. The main source in this research is using oral through interview method. The owners of the hostel business, usually hereditary from their elders, are primary source in this research. This research trying to show the role of memory archive to understood social changes of a kampong. In relate to the significant growing of hostel business, it brings new economy classes in Sosromenduran. The pattern of social changes, land ownership, and cultural changes are often happens in this region. These important things trigger social changes in three decades since 1970s until 1990s. Supportive kampongs such as Siti Sewu, Sosrodipuran, Sosromenduran, Jogonegaran, and Pajeksan doesnt experienced vast social changes. A different condition, if compares to, Sosrowijayan.
Kata Kunci : Pariwisata, Sosromenduran, Perubahan Sosial