Laporkan Masalah

KEKUATAN KEHADIRAN DAN KEBERTAHANAN (EKSISTENSI) KAMPUNG SRI RAHAYU SEBAGAI HUNIAN PARA PENGEMIS, PENGAMEN, DAN PSK DI KOTA PURWOKERTO

ERGY PRAMADIPTA R.N, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng.,Ph.D.

2015 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kampung kota merupakan tatanan permukiman berkarakter kampung yang berada di perkotaan (Handayani, 2009). Kampung Sri Rahayu merupakan salah satu kampung kota di Kota Purwokerto. Sebagai dampak dari urbanisasi, munculnya kampung Sri Rahayu berawal dari didirikannya hunian-hunian informal oleh para migran yang bekerja pada aktifitas informal terminal. Perkembangan kota Purwokerto menuntut terminal dipindahkan ke lokasi baru dan kampung Sri Rahayu kini dikelilingi oleh perumahan modern. Kawasan yang dikembangkan sebagai kota baru bagi Kota Purwokerto ini selanjutnya memberi dampak terhadap fisik, sosial dan ekonomi masyarakat kampung Sri Rahayu. Terbukanya akses membuat Kampung Sri Rahayu tidak lagi terisolasi seperti dulu. Meskipun terletak di kawasan kota yang berkembang pesat, fenomena menarik yang terjadi adalah Kampung Sri Rahayu mampu hadir dan bertahan sebagai hunian para pengemis, pengamen dan PSK di Kota Purwokerto. Hingga saat ini masyarakatnya tetap silih berganti datang dan kondisi kampung semakin padat. Kondisi tersebut menimbulkan dilematis bagi pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kekuatan-kekuatan yang menjadi latar belakang kehadiran dan kebertahanan kampung Sri Rahayu sebagai hunian para pengemis, pengamen dan PSK di Kota Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif dengan paradigma fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, serta rekaman lapangan untuk memperkuat analisis penelitian. Penelitian ini menghasilkan teori bahwa kekuatan kehadiran dan kebertahanan Kampung Sri Rahayu sebagai hunian pengemis, pengamen dan PSK dilatar belakangi oleh nilai historis, nilai sosial, dan nilai kemudahan. Dalam konteks perjalanan kampung, nilai historis menjadi belenggu dalam perbaikan karakter fisik dan sosial masyarakat Kampung Sri Rahayu. Nilai historis juga mampu menjadi sekat imajiner sebagai pembatas masuknya pengaruh dari luar. Sedangkan nilai sosial berupa pengakuan, serta nilai kemudahan dalam memanfaatkan ruang, kian menyuburkan kebertahanan masyarakat yang berprofesi sebagai pengemis, pengamen dan PSK untuk tetap tinggal dan silih berganti datang. Meskipun kampung Sri Rahayu kini tidak lagi dekat dengan tempat mereka bekerja.

Kampong is a settlement arrangement which has village characters located in a urban area (Handayani, 2009). Sri Rahayu is one of kampong in Purwokerto. As a result of urbanization, the emergence of Sri Rahayu originated from the establishment of informal dwellings my migrants who work in bus station informal activities. The development of Purwokerto requires the bus station moved to the new location and Sri Rahayu now surrounded by modern housing. The area which has developed as new city for Purwokerto impacts the physical, social, and the economic for Sri Rahayu society. The opening of access makes Sri Rahayu no longer isolated like in the past. Although located in the rapidly developed city, an interesting phenomenon that occurs is Sri Rahayu able to establish and survive as a residential for beggars, street performers, and sex workers in Purwokerto. Until now, people still come and the kampong condition becomes crowded. The government faces a dilemma with these conditions. The purpose of this study is to describe the powers which become the background presence and viability of Sri Rahayu as a residential for beggars, street performers, and sex workers in Purwokerto. This research used an inductive-qualitative phenomenological paradigm. The data collected through observation, in-deep interviews, and field recordings to strengthen the research analysis. This research resulted a theory that stated the powers of presence and viability of kampong Sri Rahayu as a residential for beggars, street performers, and sex workers motivated by historical values, social values, and the values of convenience. In the context of kampong trips, historical values can be a barrier in the improvement of physical and social characters of Sri Rahayu people. Historical values can also be a imaginary wall to limit the influence from the outside. While the social values in the form of recognition, as well as convenience values of the ease of use of space, fertilize the survival of beggars, street performers, and sex workers to stay and turns to come. Although kampong Sri Rahayu is no longer close to where they work.

Kata Kunci : eksistensi, kampung kota, hunian, pengemis, PMKS

  1. S1-2015-305221-abstract.pdf  
  2. S1-2015-305221-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-305221-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-305221-title.pdf