Laporkan Masalah

BUNDO KANDUANG NAN GADANG BASA BATUAH: KAJIAN TALEMPONG BUNDO DALAM UPACARA MAANTA PADI SARATUIH DI NAGARI SINGKARAK, MINANGKABAU

WILMA SRI WULAN, S.SN. M.HUM., Prof. Dr. H. Timbul Haryono, M.Sc.; Prof. Dr. Victor Ganap, M.Ed.

2014 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Talempong bundo (talempong bunda/ibu) adalah istilah yang dipergunakan untuk permainan musik talempong oleh sekelompok musisi perempuan di Nagari Singkarak Minangkabau. Permainan musik yang khas dan unik ini hanya dipertunjukkan dalam upacara maanta padi saratuih (mengantar padi seratus), yaitu upacara persembahan hasil panen yang dilakukan oleh induak bako dan perempuan-perempuan bako (saudara-saudara perempuan ayah) dalam rangkaian tradisi perkawinan anak pisangnya (anak saudara laki-laki dari seorang perempuan). Dalam upacara ini induak bako menjemput anak pisang, membawanya ke rumah bako (rumah keluarga matrilineal ayah), kemudian mengantarkan kembali dengan arak-arakan maanta padi saratuih. Menariknya, talempong bundo merupakan satu-satunya musik yang dihadirkan dalam upacara itu, dan hingga saat ini kehadirannya masih dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Atas dasar fenomena tersebut maka pertanyaan dalam penelitian ini berfokus pada tiga hal sebagai berikut: Mengapa talempong bundo mampu bertahan hidup hingga saat ini di Nagari Singkarak? Apa fungsi dan makna kehadiran talempong bundo dalam upacara maanta padi saratuih di Nagari Singkarak? Bagaimana fungsi dan makna tersebut terwujud dalam struktur musikal dan pertunjukan talempong bundo? Analisis fungsionalisme struktural A.R. Radcliffe-Brown, dibantu dengan teori simbol dan teori ritual dari Victor Turner dan R.M. Soedarsono digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan tersebut. Kesimpulan yang diperoleh adalah: Talempong bundo merupakan unsur yang penting di dalam upacara maanta padi saratuih, karena upacara tersebut tidak akan dilaksanakan tanpa kehadiran talempong bundo; Talempong bundo berfungsi sebagai perekat hubungan silaturrahim antara induak bako dan anak pisang, dan antara sesama individu pelaku upacara; Upacara maanta padi saratuih yang didukung oleh bunyibunyian talempong bundo mengumandangkan kepada masyarakat Nagari Singkarak khususnya bahwa eksistensi induak bako masih fenomenal di daerah tersebut; Struktur gua (lagu) talempong bundo yang dimainkan oleh pemain talempong anak, pemain talempong tangah, dan pemain talempong induak terbentuk berdasarkan sistem musik yang bapilin atau interlocking. Struktur yang demikian merepresentasikan sistem kekerabatan matrilineal dalam masyarakat Minangkabau. Upacara maanta padi saratuih dikuasakan kepada induak bako, dan ini mewujudkan arti penting perempuan sebagai induak bako, bukan hanya sekedar simbol, tetapi arti penting sebagai wujud nyata perempuan sebagai bundo kanduang nan gadang basa batuah (bundo kanduang yang agung besar bertuah).

Talempong bundo (talempong bunda/mother) is a term which used for music performance of talempong by some female musicians in Nagari Singkarak, Minangkabau. The typical and unique music performance is played only in ceremony of maanta padi saratuih (bringing a hundred rice), namely an offering ceremony of harvest that made by induak bako and bako women (father‟s sister) in series of wedding tradition of her anak pisang (her brother‟s child of a woman). In this ceremony, induak bako picks up her anak pisang, taking him to rumah bako (father‟s matrilineal‟s house), later bringing him again to the troupe of manta padi saratuih. Interestingly, talempong bundo is the only procession of music that presented in the ceremony and until now, its performance is still respected by a local community. Based on the phenomenon, the question in this research is focused in three problems: Why does talempong bundo still maintain itself to the present in Nagari Singkarak?; What is function and meaning of talempong bundo performance in the ceremony of manta padi saratuih in Nagari Singkarak Kubuang Tigo Baleh, Minangkabau? How is the function and the meaning realized in musical structure and performance of talempong bundo? A.R. Radcliffe-Brown‟s structural functionalism analysis, backed up by symbol theory and ritual theory of Victor Turner and R.M. Soedarsono, is used to answer three problems. The conclusion is: Ceremony of manta padi saratuih that supported by a soundness of talempong bundo publishes to public that induak bako’s existence is a phenomenon in the local area; Talempong bundo is induak bako’s symbol of existence in the context of legitimation toward her anak pisang; Talempong bundo performance in the ceremony of manta padi saratuih is a representative of matrilineal kinship in Minangkabau society in Nagari Singkarak; Ceremony of maanta padi saratuih is authorized to induak bako, and it realizes a woman‟s significance as induak bako, not only as a symbol, but her role as a woman‟s real function as bundo kanduang nan gadang basa batuah (the great, majestic, and powerfull Minangkabau motherhood).

Kata Kunci : Talempong bundo, fungsionalisme struktural, induak bako, anak pisang, matrilineal.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.