KOPERASI DI KEBUN SAWIT: STUDI KASUS PERUBAHAN FUNGSI DAN PERAN KOPERASI UNIT DESA SP II BHAKTI JAYA, KECAMATAN MELIAU, KABUPATEN SANGGAU, KALIMANTAN BARAT

NOURUZ ZAMAN OKTABY, Agus Indiyanto, S.Sos., M.Si.

2014 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

INTISARI Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi yang saat ini diberdayakan dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dalam proses mencapai tujuan tersebut koperasi menghadapi tantangan yang begitu besar. Perkembangan perekonomian Indonesia di sektor non migas, khususnya perkebunan, turut mendorong tumbuhnya koperasi di berbagai wilayah di Indonesia. Pertumbuhan jumlah koperasi secara kuantitas tidak diikuti dengan kualitas dari kinerja koperasi. Seperti yang terjadi di Koperasi Unit Desa SP II Bhakti Jaya, Meliau, Sanggau, Kalimantan Barat. Sejak periode tahun 1990an, saat dimulainya program perkebunan besar PIR-Trans di Meliau, khususnya Koperasi Unit Desa Bhakti Jaya saat ini seakan mati suri. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya kontribusi KUD di masyarakat khusunya petani plasma. Kebijakan KUD yang tidak tepat sasaran kepada petani plasma, dan di sisi lain koperasi tunduk kepada kebijakan yang turun dari perusahaan yang bertindak sebagai inti. Hal ini yang kemudian menyebabkan petani plasma tidak percaya lagi dengan keberadaan KUD. Berbagai persoalan dan dinamika yang terjadi antara perusahaan dan petani plasma, tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh KUD. Kondisi inilah yang kemudian memunculkan institusi maupun lembaga keuangan baru. Lembaga keuangan tersebut menjadi alternatif baru bagi petani. Hal tersebut dikarenakan KUD dianggap sudah tidak berpihak lagi pada petani. Kedudukan koperasi bahkan sudah mulai bergeser, dan digantikan dengan lembaga keuangan alternatif tersebut yang lebih mapan dan kuat.

ABSTRACT Cooperative is one of the economic institutions that are now empowered in improving the economic welfare of society. In the process of achieving the goal cooperative facing a great challenges. The development of the Indonesian economy in the non-oil sector, particularly plantations, helped encourage the growth of cooperatives in various regions in Indonesia. Growth in the number of cooperatives in quantity is not followed by the quality of the performance of the cooperative. As happened in the Village Unit Cooperative SP II Bhakti Jaya, Meliau, Sanggau, West Kalimantan. Since the period of the 1990s, when the start of a large estate in the PIR-Trans Meliau, especially the Village Unit Cooperative Bhakti Jaya today's as torpor. This is indicated by the lack of contribution of cooperatives in the community especially the farmers. KUD policy that are not well targeted to farmers, cooperatives and on the other hand are subject to policies that come down from the company that acts as the core. This then causes the farmers do not believe anymore in the presence of KUD. Various issues and dynamics that occur between companies and farmers, can not be solved properly by KUD. This condition has led to new institutional and financial institutions. The financial institution provides a new alternative for farmers. That is because cooperatives are considered no longer in favor of the farmers. The position of the cooperative even has begun to shift, and replaced with the alternative financial institutions are more established and powerful.

Kata Kunci : petani plasma, kelapa sawit, KUD, ekonomi/farmers, palm oil, cooperatives, economic