Faktor-faktor ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil Pilkades :: STudi kasus desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang

SUDJADI, Solechan Amayasa, Dr. Warsito Utomo

2002 | Tesis | Magister Administrasi Publik

Setiap desa dan setiap masyarakat mempunyai tokoh pimpinannya sendiri-sendiri. Mereka dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu dan mengingat aneka ragam latar belakang individu, organisasi, sosial dan politik bahkan historis dari para anggota masyarakat yang akan dipimpinnya. Maka yang terpilih menjadi pimpinan akhirnya merupakan hasil kompromi yang tentu saja tidak bisa memuaskan semua pihak. Dan apabila pihak yang tidak puas mampu mengendalikan diri karena adanya kedewasaan berpikir, maka tidaklah muncul bentuk-bentuk unjuk rasa, demonstrasi atau penuntutan ke pengadilan. Pergantian pimpinan desa diawal era reformasi dengan studi kasus di desa Wanurejo kecamatan Borobudur kabupaten. Magelang ini menggambarkan bagaimana proses Pilkades yang diwarnai adanya unjuk rasa tersebut terjadi dan menjelaskan mengapa bisa terjadi unjuk rasa serta apa yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul itu secara persuasif, serta mengurangi munculnya ketidakpuasan. Data-data penelitian difokuskan kepada manajemen, utamanya kepemimpinan Kepala Desa. Aspirasi dari masyarakat desa dipelajari dari rekaman-rekaman dokumen dan surat-surat, berita-berita di koran., aturan-aturan maupun hasil-hasil pengisian kuestioner serta wawancara dan observasi. Bahan-bahan yang sudah masuk tersebut dipilih-pilih, disistimatisir kemudian dilakukan analisa komparatif serta deshiptif, sehingga ditemukan faktor penyebab ketidakpuasan. Ternyata dari penelitian ini dapat diamati bahwa tuntutan reformasi sudah bergulir sampai di pedesaan. Masyarakat desa menghendaki Kades yang jujur, bersih dari penyelewengan, reponsive tanggap atas perubahan situasi dan terbuka serta bertanggung jawab. Anggota masyarakat yang menjadi pengikut Cakades yang kalah memunculkan permasalahan setelah hari H usai, yaitu setelah proses perhitungan suara berakhir, dengan melakukan protes-protes dan upaya-upaya menggagalkan proses selanjutnya lewat penyampaian tuntutan-tuntutan dengan cara unjuk rasa. Telpilihnya Kades barn di era reformasi dan demokratisasi ini perlu memperhatikan gaya kepemimpinan agar bisa diterima oleh seluruh masyarakat, sebab saat ini sudah tidak tepat lagi gaya instruksi dan bergeser pada gaya konsultasi ataupun delegasi sebagai alternatif yang lebih sesuai dengan tuntutan adanya partisipasi masyarakat.

Every country-village and every society have their own characteristic leaders. They were chosen in concordance with the situation and condition at that time and considered various back ground of individual organization, social politics and also history of the society members which will be lead. That's why ones that are elected to be the leaders, finally being the product of compromise who can not make all of them-satisfied. If the opponent who are not satisfied with the result of Pilkades (Rural Head Election) are able to control themselves because of their positive thinking so there won't be any demonstration or claim to the court. In the beginning of reformation era, the succession of the Rural Head in Wanurejo village of Borobudur Sub District as the part of Magelang District in Central Java Region which become this case study, describes how the process of Pilkades in which there occurred demonstration with pressure and clarify why the demonstration can be happened as well as what is done by the Government of Magelang District to solve the rising problem persuasively and to minimize unsatisfiable. The research data is focused on management especially the leadership of the Rural Head. Aspiration' of the village society is identified through documents, letters, information from newspaper, literatures, questioner answers, interview and observation. The raw materials which have been collected are classified and arranged sistematically in order then to be analyzed comparatively and descriptively to find unsatisfiable factors. In fact this research shows that the request of reformation has been exist in rural society. The rural population want their Rural Head is honest, clean and uncon-upt, responsive against the alteration of situation, transparence and accountable. The society members that become followers of candidate who is lost then make any problem after the D-day, namely after the process of counting votes, they protest and try to fail the next process then raising request through demonstration. Even they accumulate of mass and then going to the office of Camat or Bupati and asking to carry out re-election and refuse the previous result. In reformation and democracy era, new Rural Head elected need to consider the proper style of leadership in order to be accepted by all society members, because nowadays the autocratic style is not proper anymore. It is now changed to consultative or representative mode as the alternative which more suitable to the request for dealing participation of society member.

Kata Kunci : Pemilihan kepala Desa,Ketidakpuasan Masyarakat,Rural Head Election,Unsatisfiable