Laporkan Masalah

Pusat Pengomposan Sampah Kota Yogyakarta sebagai Sarana Rekreasi Edukatif dengan Pendekatan Biomimicry Architecture

DIAH KURNIAWATI, Ir. Soeleman Saragih, M.T, ; Alexander Rani S, S.T, M.Arch

2014 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Sampah merupakan masalah yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Setiap hari, manusia menghasilkan sampah. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan jumlah sampah terus meningkat. Seperti halnya di Yogyakarta, jumlah sampah yang terus meningkat menyebabkan beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan semakin berat. Kondisi TPA Piyungan saat ini sudah penuh oleh sampah dan sudah saatnya mencari lokasi pengganti. Namun, belum ditemukannya lokasi pengganti yang tepat, menyebabkan TPA Piyungan masih terus dioperasikan. Di lain pihak, kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah masih kurang. Melihat berbagai fakta tersebut, maka perlu adanya sebuah sarana pengolahan sampah serta tempat pembelajaran yang mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengolah sampah yang kemudian disebut sebagai Pusat Pengomposan Sampah. Pusat Pengomposan Sampah Kota Yogyakarta Sebagai Sarana Rekreasi Edukatif dipilih dengan pertimbangan banyaknya sampah organik yang mendominasi di TPA Piyungan dan Yogyakarta. Pusat Pengomposan Sampah adalah sebuah tempat pengolahan sampah organik menjadi kompos yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Kota Yogyakarta sebagai lokasi sumber sampah yang akan ditangani. Sarana Rekreasi Edukatif diartikan sebagai sebuah tempat rekreasi yang memiliki fungsi edukatif, dalam hal ini berarti mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengolah sampah. Lokasi Pusat Pengomposan Sampah yang dipilih adalah di Piyungan, Bantul, tepatnya di Jalan Piyungan-Pleret. Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan. Faktor yang paling penting adalah akses jalannya yang searah dengan TPA Piyungan serta lokasinya yang dekat dengan TPA Piyungan. Pendekatan yang digunakan adalah Biomimicry Architecture. Biomimicry adalah ilmu yang mempelajari bagaimana alam bekerja, mencari ide solusi atas berbagai masalah dalam kehidupan melalui alam, bukan hanya sekedar meniru bentuk alam, tetapi juga sistem kerja alam. Jadi, Biomimicry Architecture diartikan sebagai sebuah cara dalam arsitektur untuk mengambil ide-ide berdasarkan apa yang alam lakukan dan sistem kerja yang alam lakukan untuk selanjutnya diadaptasikan ke dalam desain arsitektur. Dari pendekatan konsep yang digunakan, yaitu Biomimicry Architecture, maka dipilih daun sebagai konsep dari bangunan Pusat Pengomposan Sampah. Alasan pemilihan daun adalah keterkaitan antara fungsi bangunan dengan fungsi daun dalam tumbuhan dan dalam kehidupan. Fungsi daun dalam tumbuhan adalah sebagai the food factory karena memproduksi makanan lewat proses fotosintesis yang dilakukannya. Sementara dalam kehidupan, daun adalah bagian dari tumbuhan yang berkaitan dengan siklus kehidupan (manusia-sampah-kompos-tumbuhan). Selain itu, daun merupakan sebuah contoh yang tepat bagaimana alam dapat bekerja, memproduksi makanan, tanpa merusak atau merugikan lingkungan.

Garbage is a problem that will never be separated from human life. Every day, humans produce garbage. Increasing population is causing the amount of waste continues to increase. As in Yogyakarta, increasing amount of waste that cause the load in the final disposal (landfill) Piyungan becomes heavier. Conditions of Piyungan landfill is now full of rubbish and it was time to look for a replacement location. However, not finding the right replacement location, causing Piyungan landfill continues to operate. On the other hand, public awareness to manage waste is still lacking. Looking at these facts, it is necessary for the existence of a waste treatment facilities as well as a place of learning that is able to raise public awareness about the importance of process waste which is then referred to as the Waste Composting Center. Yogyakarta Waste Composting Center as an Educative Recreation chosen with consideration of the amount of organic waste domination in the landfill Piyungan and Yogyakarta. Waste Composting Center is a place of processing organic waste into compost that can later be used by the community. Yogyakarta city is the location of the source of waste to be handled. Educative Recreation interpreted as a place of recreation that have educative function, in this case means being able to raise public awareness of the importance of waste processing. Chosen Waste Composting Center location is in Piyungan, Bantul, precisely on Jalan Piyungan-Pleret. These cities are based on various considerations. The most important factor is that the direction of the access road to the landfill Piyungan and proximity to the landfill Piyungan. The approach used is Biomimicry Architecture. Biomimicry is the study of how nature works, look for innovative solutions to various problems in life through nature, not merely mimic the natural shape, but also the work systems of nature. So, Biomimicry Architecture interpreted as a way of architecture to take ideas based on what nature does and natural system of work to do to further adapted into architectural design. From the used approach concepts, namely Biomimicry Architecture, then selected leaves as a concept of building of Waste Composting Center. The reason for choosing the leaf is the relationship between the function of the building with the function of leaf in plants and life. Leaf function in plants is as the food factory for producing food through photosynthesis process. While in life, the leaves are part of the plant related to the cycle of life (human-waste-compost-plant). Besides that, leaf is a good example of how nature works, producing food, without damaging or harming the environment.

Kata Kunci : Sampah Organik, TPA Piyungan, Rekreasi Edukatif, Pusat Pengomposan Sampah, Biomimicry


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.