AMBLIOPIA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KUNTADI WAHYU WIDADI, Prof. dr. Suhardjo, SU, Sp.M(K)

2015 | Tesis | S2 KEDOKTERAN KLINIK/MS-PPDS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi ambliopia dan peranan faktor risiko jenis kelainan refraksi dengan kejadian ambliopia pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian bersifat deskriptif analitik menggunakan potong lintang sebagai metode pengambilan sampel pada siswa salah satu SMP di masing-masing kabupaten/kota di DIY. Seluruh siswa menjalani pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pemeriksaan segmen anterior dan posterior bola mata. Koreksi kaca mata dikerjakan pada siswa yang mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Pemeriksaan crowding phenomena, neutral density filter, dan kesejajaran bola mata dikerjakan pada siswa dengan kecurigaan ambliopia. Ambliopia didefinisikan sebagai penurunan ketajaman penglihatan yang dibuktikan dengan pemeriksaan ketajaman penglihatan menggunakan optotipe Snellen dengan koreksi terbaik ≤ 6/12, dan atau terdapat paling sedikit perbedaan pembacaan 2 baris optotipe Snellen antara mata kanan dan kiri tanpa kelainan organik. Sebanyak 1.664 siswa SMP di DIY diperiksa, 1.590 siswa yang dianalisis terdiri dari 773 (48,6%) laki-laki dan 817 (51,4%) perempuan. Terdapat 1.272 (80%) siswa dengan emetropia, 308 (19,4%) siswa dengan kelainan refraksi, 1 (0,1%) siswa dengan kelainan segmen anterior, dan 9 (0,6%) siswa dengan kelainan segmen posterior. Pada siswa yang mengalami kelainan refraksi didapatkan 359 (62,4%) mata miopia, 2 (0,3%) mata hiperopia, dan 214 (37,2%) mata astigmatisme. Prevalensi ambliopia 1,07% (95% CI: 0,006 – 0,017) pada 17 siswa dari 1.590 siswa, 8 (47,0%) laki-laki dan 9 (53,0%) perempuan. Tidak ada perbedaan proporsi kejadian ambliopia pada masing-masing kelompok usia dan jenis kelamin (p > 0,05). Astigmatisme secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian ambliopia dengan odds ratio 10,959 (95% CI: 3,189-37,667). Letak aksis silinder astigmatisme tidak berpengaruh terhadap kejadian ambliopia astigmatisme. Anisometropia secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian ambliopia dengan odds ratio 13,109 (95% CI: 4,618-37,208). Dari hasil penelitian di atas, diambil kesimpulan bahwa prevalensi ambliopia pada siswa SMP di DIY sebesar 1,07% dengan faktor astigmatisme dan anisometropia berpengaruh terhadap kejadiannya. Kata kunci: ambliopia, prevalensi, kelainan refraksi, astigmatisme, anisometropia

The aim of this study was to determine the prevalence of amblyopia and role of the type of refractive disturbance with the incidence of amblyopia on junior high school students in Yogyakarta Special Province. A cross-sectional analytical descriptive study was conducted on one school in each district/municipality in Yogyakarta Special Province. All students underwent visual acuity, anterior segment and fundus examinations. Best corrected visual acuity test was done on students with decreased visual acuity. Crowding phenomenon, neutral density filter, and eyeball alignment tests were done on suspected amblyopic students. Amblyopia was defined if best corrected visual acuity ≤ 6/12 in one or both eyes, or the difference of at least two best corrected visual acuity lines between the fellow eyes, without organic pathology. The result showed a total of 1,664 students were examined, 1,590 were analyzed, consisted of 773 (48.6%) boys and 817 (51.4%) girls. There were 1,272 (80%) emetropia, 308 (19.4%) refractive errors, 1 (0.1%) anterior segment abnormality, 9 (0.6%) posterior segment disorders. On refractive error students obtained 359 (62.4%) eyes myopia, 2 (0.3%) eyes hyperopia, and 214 (37.2%) eyes astigmatism. Amblyopia prevalence was 1.07% (95% CI: 0,006 – 0,017) in 17 of 1,590 students, 8 (47.0%) boys and 9 (53.0%) girls. There were no differences of amblyopia proportion in each age and sex groups. Astigmatism significantly affect the incidence of amblyopia, odds ratio 10.959 (95% CI: 3.189 to 37.667). The axis of astigmatism cylinder has no effect on the incidence of amblyopia. Anisometropia significantly affect the incidence of amblyopia with the odds ratio of 13.109 (95% CI: 4.618 to 37.208). From the result above, it can be concluded that amblyopia prevalence on junior high school students in Yogyakarta Special Province was 1.07% with astigmatism and anisometropia influenced the occurrence. Key words: amblyopia, prevalence, refractive error, astigmatism, anisometropia.

Kata Kunci : ambliopia, prevalensi, kelainan refraksi, astigmatisme, anisometropia; amblyopia, prevalence, refractive error, astigmatism, anisometropia