Laporkan Masalah

BATAKO RINGAN DENGAN CAMPURAN LIMBAH AMPAS SAGU

MOH. HUSAIN L, Prof. Ir. Iman Satyarno, M.E., Ph.D.

2015 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Limbah ampas sagu adalah salah satu jenis bahan yang bersifat organik, merupakan sisa dari hasil pengolahan tepung sagu oleh para petani di daerah Maluku, proses pengolahan ini biasanya menghasilkan 25% tepung sagu dan 75% adalah limbah. Masalah limbah sampai saat ini belum tertangani secara baik sehingga menimbulkan dampak negatif pada lingkungan sekitar pengolahan dan sepanjang aliran sungai. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan memanfaatkan limbah bahan organik, salah satunya adalah limbah serbuk kayu untuk pembuatan bataton. Penelitian batako ringan dengan campuran limbah ampas sagu ini bertujuan untuk membuat bahan bangunan berupa batako agar menjadi lebih ringan dan ekonomis sekaligus meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Pembuatan benda uji batako ringan dengan perbandingan 1 semen : 6 pasir, dimana volume pasir terhadap ampas sagu dari 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Proses pembuatan benda uji dimulai dari pengujian bahan dasar pasir dan ampas sagu, kemudian ditimbang sesuai kebutuhan benda uji yang akan dibuat, bahanbahan tersebut dicampurkan dan dicetak berbentuk batako dan dilakukan perawatan dengan direndam di dalam air. Batako yang telah berumur 28 hari kemudian dilakukan serangkaian pengujian meliputi berat jenis, kuat tekan dan serapan air. Hasil penelitian didapat nilai kuat tekan batako ringan dari masing-masing komposisi campuran dihasilkan secara berturut-turut adalah 67,003 kg/cm2; 46,533 kg/cm2; 19,556 kg/cm2; 7,248 kg/cm2; dan 2,669 kg/cm2. Pada komposisi campuran 25% ampas sagu dengan nilai uji tekan batako 46,533 kg/cm2 memenuhi standar kuat tekan minimum mutu batako III menurut standar SNI 03-0349-1989. Berat jenis dari masing-masing komposisi campuran dihasilkan secara berturut-turut adalah 1,986 gr/cm3; 1,876 gr/cm3; 1,635 gr/cm3; 1,334 gr/cm3; dan 1,097 gr/cm3. Nilai serapan air dari masing-masing komposisi campuran dihasilkan secara berturut-turut adalah 10,652%; 13,371%; 14,960%; 22,972%; dan 32,421%.

Sago waste is an organic materials, which is derived from industrial processing of sago flour in Maluku that consist of 25% sago flour, and the 75% is waste. The waste of sago industry has not been completely resolved, thus it causes negative impact to the environment, also along the river in vicinity. Some researches have been conducted using organic waste, one of the research is wood sawdust for concrete brick. Study on lightweight concrete brick using sago waste aims to create building material that is lighter and economist, also to minimize negative impact of the waste to the environment. Test object of lightweight concrete brick uses ratio of 1 part of cement and 6 parts of sand (1:6), where the volume of sand to sago waste is 0%, 25%, 50%, 75% and 100%. The process of test object making starts from basic material testing of sand and sago waste, and then it is weighed according to the test object needed for the study. These materials are mixed and molded in the form of bricks and treated in the water submersion. The 28 days brick will be performed in a series of tests including density, compressive strength and water absorption. The research result shows that compressive strength of lightweight brock of each compositions are 67,003 kg/cm2; 46,533 kg/cm2; 19,556 kg/cm2; 7,248 kg/cm2; and 2,669 kg/cm2. The mixture composition of 25% sago waste with compressive strength value of 46,533 kg/cm2 meets the minimum quality standard of concrete block compressive strength type III according to SNI standard No. 03-0349-1989. Density of each mixture compositions are 1,986 g/cm3; 1,876 g/cm3; 1,635 g/cm3; 1,334 g/cm3; and 1,097 g/cm3. Water absorption value of each mixture compositions are 10,652%; 13,371%; 14,960%; 22,972%; and 32,421%.

Kata Kunci : limbah ampas sagu, beton ringan, batako.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.