Laporkan Masalah

Perbandingan Harga Lahan Di Pasaran Dengan Harga Lahan NJOP Secara Spasial Di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman

URAI RIDHO ABDUSSYAHIID MAARIJ, Dr. Noorhadi Rahardjo, M.Si., P.M.

2014 | Skripsi | S1 KARTOGRAFI DAN PENGINDRAAN JAUH

PERBANDINGAN HARGA LAHAN DI PASARAN DENGAN HARGA LAHAN NJOP SECARA SPASIAL DI KECAMATAN MLATI, KABUPATEN SLEMAN Oleh : Urai Ridho Abdussyahiid Ma'aarij Fitrah Banarsyadhimi 10/301574/GE/06872 INTISARI Perkembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Sleman kian pesat dari waktu ke waktu. Berbagai aspek mengikuti perkembangan yang terjadi di kawasan perkotaan termasuk aspek perkembangan harga lahan. Harga lahan pasaran bersifat sangat dinamis serta berkembang jauh lebih cepat dan lebih tinggi dibanding NJOP yang relatif statis. Fenomena ini kemudian diteliti secara spasial di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan memetakan perbedaan harga lahan pasaran dengan NJOP serta mengkaji faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan tersebut secara spasial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik survei dengan pengamatan populasi dilakukan secara sampling dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dalam konteks spasial. Data primer yang digunakan berupa harga lahan pasaran, bentuk penggunaan lahan dan sebaran fasilitas umum, sebagian diambil dari data lapangan dan sebagian dari Citra GeoEye-1. Data sekunder berupa peta NJOP struktur raster dan data jaringan jalan. Penentuan sampel lapangan menggunakan metode stratified random sampling yang kemudian dilakukan wawancara ke pemilik lahan sekitar dan pengamatan di lapangan. Tujuan pertama dan kedua dilakukan dengan analisis kuantitatif operasi aritmatik, sementara tujuan ketiga dilakukan dengan analisis kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan beberapa fakta, antara lain NJOP yang mendominasi di Kecamatan Mlati adalah klas sangat rendah (Rp 27.000,00 - Rp 103.000,00) dan paling minoritas adalah kelas sangat tinggi (Rp 1.722.000,00 - Rp 2.640.000,00). Harga lahan pasaran yang mendominasi adalah kelas sangat rendah (Rp 300.000,00 - Rp 600.000,00) dan paling minoritas adalah kelas sangat tinggi (Rp 2.900.000,00 - Rp 6.250.00,00). Perbedaan harga lahan pasaran dengan NJOP yang mendominasi adalah kelas rendah (Rp 343.000,00 - Rp 586.000,00) dengan luasan 1503,94 Ha atau 52,9 %. Perbedaan kelas rendah ini mayoritas berada di Desa Sumberadi, Tirtoadi dan Tlogoadi yang berasosiasi keruangan dengan bentuk penggunaan lahan sawah dan jaringan jalan hirarki jalan lain. Sementara perbedaan harga lahan pasaran dengan NJOP tertinggi berupa kelas sangat tinggi (Rp 3.148.000,00 hingga Rp 4.213.000,00) namun hanya memiliki luasan 79,23 Ha atau 2,79 %). Perbedaan harga lahan kelas sangat tinggi ini tersebar di sebagian Desa Sinduadi dan Sendangadi, yang berasosiasi keruangan dengan bentuk penggunaan lahan bangunan/gedung serta jaringan jalan hirarki jalan arteri dan kolektor.

SPATIAL COMPARISON BETWEEN MARKET-BASED LAND PRICE TO GOVERNMENT-BASED LAND PRICE (NJOP) IN MLATI DISTRICT, SLEMAN REGENCY By : Urai Ridho Abdussyahiid Maa'arij Fitrah Banarsyadhimi 10/301574/GE/06872 ABSTRACT Development of urban area in Sleman Regency grows quicker time by time. Several aspects follows the development happened in urban area including land price development aspect. Market-based land price is very dynamic and develops much quicker and higher than government-based land price (NJOP) which is relatively static. This phenomena is researched within spatial context in Mlati District, Sleman Regency. The research aims are assessing and mapping the difference between market-based land price and government-based land price (NJOP), then examine factors which influence the difference itself. Method of research is fieldwork technique, population observation done by sampling then analyzed quantitatively and qualitatively in spatial context. Primary data used are market-based land price, land use, and public facility distribution. Secondary data used are government-based land price (NJOP) map in raster structure and street network data. Field samples are determined by stratified random sampling method, then being done by interview to land owner and field observation. First and second aim is achieved by quantitative analysis aritmatic operation, and the third aim is achieved by qualitative descriptive analysis. The result shows several facts, that is government-based land price map is dominated by very low class (Rp 27.000,00 - Rp103.000,00), while the minority part belongs to very high class (Rp 1.722.000,00 - Rp 2.640.000,00). Market-based land price map is dominated by very low class (Rp 300.000,00 - Rp 600.000,00) and the minority part belongs to very high class (Rp 2.900.000,00 - Rp 6.250.000,00). Difference between market-based land price and government-based land price (NJOP) is dominated by low class (Rp 343.000,00 - Rp 586.000,00) which is cover area of 1503,94 hectares or 52,9 %. This low class difference is mostly located in Sumberadi, Tlogoadi and Tirtoadi Village, which spatially associate to agriculture field land use and residential road network. While the highest difference between market-based land price and government-based land price (NJOP) is the very high class difference (Rp 3.148.000,00 - Rp 4.213.000,00), yet only covers area of 79,23 hectares or 2,79 %. This very high class difference is mostly located in some part of Sinduadi and Sendangadi Village, which spatially associate to building land use and also arterial street and collector street.

Kata Kunci : Pemetaan, NJOP, Harga Lahan Pasaran, Perbedaan Harga Lahan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.