KONSTRUKSI IDENTITAS AGAMA DAN SENI ORANG BALI KRISTEN
DRS. I GEDE OKA SUBAGIA, M.HUM, Prof. Dr. C. Soebakdi Soemanto, SU.
2015 | Disertasi | S3 Kajian Budaya dan MediaKonstruksi identitas agama dan seni orang Bali Kristen, tidak lepas dari desakan kuasa mayoritas yang tidak mengakui orang Bali Kristen sebagai orang Bali. Tekanan kuasa mayoritas melalui diskriminasi terhadap hak-hak kepemilikan termasuk hak waris, awig-awig di desa pakraman yang hanya berlaku untuk orang Bali Hindu dan munculnya gerakan ajeg Bali yang disamakan artinya dengan ajeg Hindu. Orang yang menyebut dirinya orang Bali Kristen adalah orang Bali Kristen yang berada di Bali dan yang berada di luar Bali. Kesenian orang Bali Kristen adalah kesenian yang sama dengan kesenian Bali pada umumnya. Rumusan permasalahan terfokus pada siasat identitas orang Bali Kristen sebagai upaya terhadap pengakuan sebagai orang Bali yang beragama Kristen. Teori yang dipergunakan pada penelitian ini adalahteori “liminalitas†dari Homi K. Bhabha yang mempertemukan dan mengubah konflikmenjadi negosiasi budaya di ruang ketiga. Penelitian kualitatif dengan fokus pada makna kultural ini dilakukan terfokus di Desa Blimbingsari, ditunjang dengan data dari beberapa desa di sekitar Blimbingsari dan di beberapa tempat di Bali serta dari diaspora Blimbingsari, terealisasi di tahun 2011 sampai awal 2014. Pengumpulan data melalui studi kepustakaan, studi observasi, wawancara, teknik dokumentasi, dengan menekankan pada validitas data sertadianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif analitis. Orang Bali Kristen sejak awal masuk di Blimbingsari sudah mengalami diskriminasi terkucilkan (cultural enclave), tidak mendapatkan hak-haknya sebagai orang Bali. Tekanan fisik dan mentaldialamisaat sebelum dan setelah tinggal di Blimbingsari. Diskriminasi yang dialami mendorong tumbuhnya komunitas diaspora Bali Kristen Blimbingsari, yang turut mendukung memperjuangkan hak-haknya sebagai orang Bali. Kontribusi diaspora Blimbingsari menunjukkan keadaan dan problimatika secara ekonomi, pendidikan, dan sosial politik. Sikap ambigu orang Bali Hindu tentang ke-Bali-an dan ke-Hindu-an, dimanfaatkan oleh orang Bali Kristen untuk masuk di ruang ketiganya Bhabha. Dengan meminjam istilah yang digunakan Chang-Yau Hoon “By race I am Balinese; and by grace, I am Christianâ€. Orang Bali Kristen dapat mempertemukan dan mengubah konflik menjadi negosiasi budaya. Hubungan saling memberi dan menerima antara ke-Bali-an dan ke-Kristen-an terwujud pada perayaan Natal, Paskah, ibadah Kontekstual dan upacara baptis, sidi, pernikahan serta pemakaman jenazah yang sangat kental dengan nuansa Bali. Menggunakan bahasa Bali, kesenian rupa dan pertunjukan Bali, pakaian Bali termasuk makanan yang disajikan berupa masakan Bali. Sebagaimana dipahami Olivier Roy (2010) yang menjelaskan hubungan budaya dan agama pada inkulturasi yaitu agama memposisikan dirinya di tengah-tengah budaya, dan terdapat hubungan saling memberi dan menerima di antara budaya dan agama (Roy, 2010:33). Kata kunci: Siasat identitas, agama,seni, diaspora, Bali Kristen, Blimbingsari
The identity construction of Christian Balinese religion and arts involves the oppression by the majority of Bali inhabitants who do not recognize Christian Balinese as natives of Bali. The oppressive treatment occurs in the discrimination against Christian Balinese on the basis of the rights of ownership including inheritance, awig-awig in desa pakraman which is applicable only for Hindu Balinese, and the emergence of ajeg Bali movement regarded exactly the same as ajeg Hindu. People identifying themselves as Christian Balinese are those who live either in Bali or in some other places outside Bali.By and large, Christian Balinese arts are the same as Balinese arts. Problem formulation of the current research focuses on Christian Balinese identity strategy or tactic considered as the attempts of this group of people to be recognized as natives of Bali whose religion is Christian. The current research employs “liminalitas†theory promoted by Homi K. Bhabha which unites and alters conflict into cultural negotiation in the third space. The study focusing on cultural meanings took place in Desa Blimbingsari from 2011 to early 2014. Supporting data were also collected from some neighboring villages in Bali and from Christian Balinese diaspora. Literature review, observation, interview and documentation were included in the data collection techniques to achieve data validity which were subsequently analyzed using descriptive analytical techniques. Research results demonstrate that Christian Balinese have been undergoing cultural enclave since the early days of their living in Blimbingsari. They have not obtained their rights as natives of Bali. What is more, they also have been going through enduring physical and mental repression before and after they live in Blimbingsari. In the course of time, discrimination has brought about the birth of Blimbingsari Christian Balinese diaspora community taking part in the struggle of getting their human rights as natives of Bali. The contribution of Blimbingsari diaspora in this matter results in a number of problematic conditions in economics, education and politics as well. The ambiguous attitude of Hindu Balinese about “being Balinese†and “being Hindu†has been made use by Christian Balinese to enter the third space of Bhabha. Borrowing Chang-Yau Hoon’s citation, by race I am Balinese, and by grace I am Christian. Balinese Christians can unite and change the conflict become culture negotiation. Giving and taking relationship can be seen when there are Christmas and Easter celebrations, wedding and funeral ceremonies. They wear Balinese costumes, speak Balinese language, perform Balinese arts and performances and even eat Balinese foods. As Olivier Roy (2010) explains that religion puts itself in the culture and there is give and take relationship between both. (Roy, 2010:33). Key words: identity strategy or tactic, religion, arts, diaspora, Christian Balinese, Blimbingsari.
Kata Kunci : Siasat identitas, agama,seni, diaspora, Bali Kristen, Blimbingsari; identity strategy or tactic, religion, arts, diaspora, Christian Balinese, Blimbingsari