DETEKSI PENINGKATAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON-SPESIFIK PADA NYAMUK Aedes aegypti YANG BERASAL DARI DAERAH PLOSOKUNING, MINOMARTANI, DEPOK, SLEMAN

MICHAEL KEVIN ROBBY SETYANA, Dr. Budi Mulyaningsih, Apt., M.S.; Dr. drh. Sitti Rahmah Umniyati, SU

2014 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang. Demam dengue merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Plosokuning merupakan salah satu daerah endemis DBD di Yogyakarta. Pada daerah tersebut ditemukan adanya resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida sipermetrin. Resistensi insektisida akan mengganggu pengendalian nyamuk Ae. aegypti, sehingga dapat mengganggu pengendalian penyakit demam dengue. Salah satu mekanisme resistensi yang penting adalah dengan enzim detoksifikasi esterase non-spesifik. Pengukuran enzim ini diperlukan agar dapat diketahui penyebab dan mekanisme resistensi nyamuk pada daerah Plosokuning. Tujuan. Menentukan aktivitas enzim esterase non-spesifik dan status resistensi pada nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah Plosokuning, Minomartani, Depok, Sleman, Yogyakarta. Metode. Koleksi larva dan pupa nyamuk dilakukan di wilayah RW 5 - RT 24; 25; dan 26 daerah Plosokuning, Minomartani, Depok, Sleman, lalu dikolonisasi di Laboratorium Parasitologi FK UGM. Aktivitas enzim esterase non-spesifik pada larva nyamuk diukur dengan metode yang digunakan Lee et al. (1992) dengan substrat alpha-naftil asetat. Hasil. Rerata nilai AV larva Ae. aegypti dari RT 24 adalah 0,558 +- 0,180; RT 25 adalah 0,254 +- 0,128; dan RT 26 adalah 0,249 +- 0,069. Kesimpulan. Aktivitas enzim esterase tertinggi pada larva nyamuk dari RT 24. Frekuensi larva resisten dari RT 24 sebanyak 68%, sedangkan dari RT 25 hanya 4% dan dari RT 26 tidak ada larva resisten (0%).

Background. Dengue fever is one of the main health problem in Indonesia. Plosokuning is one of the dengue endemic areas in Yogyakarta. Resistance of Ae. aegypti to cypermethrine insecticide was found in that area. Resistance can interfere Ae. aegypti control, so dengue fever control will also be interfered. One of the resistance mechanism which is important is with detoxification enzyme non-specific esterase. Measurement of this enzyme is needed so the cause and mechanism of mosquito resistance at Plosokuning can be known. Aim. To determine non-specific esterase enzyme activity and resistance status of Ae. aegypti mosquito from Plosokuning, Minomartani, Depok, Sleman, Yogyakarta. Method. Larvae and pupae were collected at RW 5 - RT 24; 25; and 26, Plosokuning, Minomartani, Depok, Sleman, then colonized at Parasitology Laboratory Faculty of Medicine UGM. Non-specific esterase enzyme activity in larvae was measured with method that was used by Lee et al. (1992) with alpha-napthyl acetate. Result. Mean AV of Ae. aegypti larvae from RT 24 were 0,558 +- 0,180; RT 25 were 0,254 +- 0,128; and RT 26 were 0,249 +- 0,069. Conclusion. Highest esterase enzyme activity was found in larvae from RT 24. Frequency of resistant larvae from RT 24 were 68%, while from RT 25 were only 4% and from RT 26 were 0%.

Kata Kunci : Aedes aegypti, resistensi, esterase non-spesifik, Plosokuning, Minomartani