PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEGAR DAN LIMBAH PENGALENGAN NENAS SEBAGAI BAHAN PEMBENAH TANAH UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN C PADA PERKEBUNAN NENAS

SUSILA HERLAMBANG, Prof. Dr. Ir. Azwar Maas, M.Sc; Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, MP., M.Sc.; Dr. Ir. Jaka Widada, MP.

2014 | Disertasi | S3 Ilmu Tanah

Pengelolaan berbagai limbah segar oganik dan limbah pengalengan nenas merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan kesuburan tanah dan mengatasi produksi limbah yang berlebihan pada perkebunan nenas. Bahan limbah dapat berperanan sebagai bahan amelioran yang berfungsi sebagai bahan pembenah tanah, salah satu fungsinya sebagai sumber C-organik dan nutrisi tanaman. Penelitian bertujuan untuk: (1). Mengetahui pengaruh komposisi dan ketebalan penempatan limbah organik terhadap kandungan C pada Ultisol perkebunan nenas (2). Mendapatkan teknologi aplikasi bahan organik dengan dekomposisi tanpa melalui proses pengomposan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Bahan limbah yang digunakan dalam penelitian adalah limbah organik segar: seresah tanaman nenas (chopper), kotoran ternak sapi (cattle manure), dan limbah tapioka, serta limbah pengalengan nenas: seresah bonggol (bromelin), dan mill juice nenas. Bahan limbah sebagai amelioran diberikan tanpa melewati proses pengomposan yaitu dengan teknik mencampurkan dari berbagai kombinasi bahan limbah organik segar, yang di perlakukan pada ketebalan tanah dengan tehnik mencampurkan secara merata pada berbagai ketebalan tanah (0–15 cm, 0–30 cm dan 0–45 cm). Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahap pertama adalah karakterisasi tanah, limbah organik segar dan limbah pengalengan nenas; tahap kedua adalah pengujian kualitas kombinasi limbah organik segar dan limbah pengalengan nenas pada petak pot berukuran 165 cm x 165 cm, tinggi 55 cm dengan sistem lysimeter terbuka dan tertutup, menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 faktor; tahap ketiga adalah pengujian perlakuan terpilih pada petak pot dan dilakukan pengujian perlakuan pada skala perkebunan (demfarm), dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan bahan limbah organik segar dengan teknik mencampurkan secara merata pada berbagai ketebalan tanah (0–15 cm, 0–30 cm dan 0–45 cm) pada sistem lysimeter merupakan metode yang efektif dalam dekomposisi bahan limbah organik segar dan meningkatkan kesuburan tanah. Perlakuan seresah tanaman nenas 200 ton/ha + limbah tapioka terdekomposisi 40 ton/ha + seresah bonggol (bromelin) 40 ton/ha + mill juice nenas 2 ton/ha + kotoran sapi cair 2 ton/ha, dengan teknik mencampurkan dengan tanah pada ketebalan 0–30 cm dan didekomposisikan selama 3 bulan merupakan perlakuan terpilih dan dapat menghasilkan kandungan C–organik 1,67 %, C/N 10,94, pH tanah 5,60 dan KPK tanah 10,57 cmol(+) kg–1. Penerapan bahan limbah organik segar dan pengalengan nenas dengan teknik mencampurkan dengan ketebalan tanah pada dekomposisi 3 bulan menjadikan lahan siap untuk ditanami nenas. Teknologi pemberian limbah segar organik dan pengalengan nenas dengan mencampurkan pada ketebalan tanah 0–30 cm, merupakan teknik yang baik dalam pengelolaan masalah limbah yang berlebihan

The management of fresh organic waste and pineapple canning waste is an alternative in improving soil fertility and overcoming the problem of overproduction of waste in pineapple plantations. Waste materials as ameliorant as soil ameliorants function as a source of organic-C and plant nutrients. The aims of the study are: (1) To investigate the effect of the composition and the depht of the placement of organic waste on the carbon content in the Ultisol of pineapple plantations. (2) To find technology of application on organic matter with decomposition without a composting process and to produce soil nutrients. The materials used in the research are fresh organic waste products: chopper pineapple crops, cattle manure, and cassava waste, and pineapple canning waste products: pineapple pump waste (bromelin) and pineapple mill juice. The waste material as an ameliorant is given without composting process but by using the technique of mixing a composite of various fresh organic waste products, which are treated by mixing then evenly at varying thickness in the soil (0–15 cm, 0–30 cm and 0–45 cm). The study was conducted in three stages: (1) Characterization of soil, fresh organic waste and pineapple canning waste. (2) Testing of the quality of the combination of fresh organic waste and pineapple canning waste on the pots measuring 165 cm x 165 cm, 55 cm in height with a lysimeter system (open and closed), using a complete randomized design of three factors. (3) Testing of the application of the best treatment on the demplot farming using a complete randomized block design of two factors. The results showed that the application of fresh organic waste material with the techniques of mixing them evenly at the thickness of 0–15 cm, 0–30 cm, and 0–45 cm in the lysimeter system is an effective method in the decomposition of fresh organic waste and the improvement of soil fertility. The treatment with chopper of pineapple crops of 200 ton ha-1 + decomposed cassava waste of 40 ton ha-1 + pineapple pump waste (bromelin) of 40 ton ha-1 + pineapple mill juice of 2 ton ha-1 + fluid cattle manure of 2 ton ha-1 using the technique of mixing them in the soil at a thickness of 0-30 cm and decomosing them for three months was the best treatment and able to organic provide C content of 1.67%, C/N ratio of 10.94, soil pH 5.60 and cation exchange capasity (CEC) of 10.57 cmol(+) kg-1. The application of fresh organic waste and pineapples canning waste by mixing them in the soil was able to provide sufficient nutrition after decomposition for three months so that the soil was ready to be planted with pineapple. The technology of applying a composite of fresh organic waste products by mixing them at a thickness of 0–30 cm in the soil was the best technique of speeding up the decomposition process and overcoming the problem of excessive waste production.

Kata Kunci : C-organik, dekomposisi, kesuburan tanah, limbah segar organik, dan Ultisol.