ANALISIS NILAI TAMBAH DAN KONTRIBUSI INDUSTRI KERAJINAN BAMBU PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN
NURUL TRYA WULANDARI, Prof. Dr. Ir. Dwidjono Hadi D., M.S.; Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc.
2014 | Skripsi | SOS.EK. PERTANIAN (AGROBISNIS)Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui besarnya nilai tambah bambu pada berbagai jenis produk kerajinan bambu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, (2) mengetahui kontribusi industri kerajinan bambu (IKB) pada distribusi pendapatan masyarakat, dan (3) memformulasikan strategi pengembangan IKB di Kabupaten Sleman. Sampel dipilih secara simple random sampling sebanyak 40. Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami menunjukkan pengolahan bambu menjadi produk besek, gedek aten, serta meja dan kursi bambu masing-masing nilai tambahnya sebesar Rp 12.935,47/batang, Rp 9.945,07/batang, dan Rp 35.326,29/batang. Jumlah output tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah sedangkan harga bahan baku berpengaruh signifikan dan negatif terhadap nilai tambah. Analisis indeks Gini menunjukkan adanya pemerataan pada distribusi pendapatan masyarakat di semua kecamatan. Hasil analisis SWOT dan matriks IFAS-EFAS menunjukkan IKB di Kabupaten Sleman berada di kuadran I dengan faktor peluang lebih besar dari kekuatan internal, artinya kekuatan internal yang dimiliki masih kurang untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, nilai tambah paling tinggi ada pada meja dan kursi bambu. Harga bahan baku dan dummy jenis produk berpengaruh signifikan terhadap nilai tambah bambu. Pendapatan dari usaha IKB mampu memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga pengrajin yang ditunjukkan dengan penurunan indeks Gini di semua kecamatan. Strategi pengembangan usaha IKB di Kabupaten Sleman yang dapat dilakukan: peningkatan kualitas dan diversifikasi produk, perluasan jaringan distribusi pemasaran, memanfaatkan fasilitas pinjaman modal untuk pengembangan usaha, meningkatkan promosi di dalam dan luar negeri, pengembangan sistem kelembagaan dan kemitraan usaha, serta meningkatkan ketersediaan bambu lokal.
The objectives of this research are: (1) to analyze added value of bamboo in any kind of bamboo craft products and the determinant factors; (2) to know contribution of bamboo craft industry to society's income distribution; and (3) to formulate development strategy of bamboo craft industry in Sleman District. There are 40 samples selected by implementing simple random sampling method. Analysis of added value by Hayami method shows that the processing of bamboo into besek, gedek aten, and bamboo chair and table given added value at Rp 12.935,47/unit, Rp 9.945,07/unit, and Rp 35.326,29/unit, respectively. Amount of output is not significantly influences added value while price of raw material (bamboo) negatively significant influences added value. Analysis of Gini Index shows equity in income distribution for society in all Sub-districts. SWOT analysis and IFAS-EFAS matrix shows that bamboo craft industry in Sleman is in quadrant I with opportunities are greater than internal strengths. That can be concluded that the greatest added value is in bamboo chair and table. The price of raw material and dummy of product are significantly influence added value of bamboo. The income gained from bamboo craft industry is able to equalize craftmen's income which had proven by the decrease of Gini index in all Sub-districts. The strategies to develop bamboo craft industry in Sleman are quality improvement and product diversification, market distribution network expansion, utilize loan capital for business development, increase both domestic and overseas promotion, social institution and business partnership development,and increase local stock of bamboos.
Kata Kunci : analisis SWOT, distribusi pendapatan, industri kerajinan bambu Sleman, matriks IFAS-EFAS, nilai tambah