Laporkan Masalah

PENDUGAAN SISTEM PERKAWINAN CENDANA DENGAN PENANDA ISOZIM DI DESA BLEBERAN, PLAYEN, GUNUNGKIDUL

SANDY AFRIDO DAMANIK , Dr.Sapto Indrioko,S.Hut., M.P. ; Yeni Widyana N.R.,S.Hut., M.Sc

2014 | Skripsi | BUDIDAYA HUTAN

PENDUGAAN SISTEM PERKAWINAN CENDANA DENGAN PENANDA ISOZIM DI DESA BLEBERAN, PLAYEN, GUNUNGKIDUL Oleh Sandy Afrido Damanik INTISARI Cendana (Santalum album Linn.) adalah tanaman bernilai ekonomi tinggi yang memiliki sebaran alami di India bagian selatan (Mysore) dan Indonesia (Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara, dan Maluku). Cendana memiliki status terancam punah, sehingga membutuhkan upaya konservasi. Berbagai pertimbangan menjadi faktor penentu keberhasilan konservasi cendana, salah satunya sistem perkawinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem perkawinan cendana di populasi Desa Bleberan Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode USS (Uniform Systematic Sampling) dengan intensitas sampling 15%. Luas PU 20m x 20m dan jarak antar PU 200m. Sampel yang diambil berupa daun dan biji, daun untuk analisis induk sedangkan biji dikecambahkan untuk analisis keturunan. Daun juvenil induk dan keturunan dianalisis secara biokimia dengan penanda isozim. Hasil dari analisis isozim tersebut diduga sistem perkawinannya dengan program MLTR (MultiLocus T and R atau sering disebut juga multilocus outcrossing rate). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perkawinan cendana di populasi alam Bleberan adalah cenderung kawin silang dengan nilai tm rata-rata 0,991 dan ts rata-rata 0,932. Tingkat penyerbukan sendiri (selfing) yang terjadi sangat rendah dengan nilai s rata-rata 0,009. Nilai tm-ts yang menunjukkan tingkat kawin kerabat dengan nilai yang sangat rendah yaitu 0,059. Nilai F (coeficient of inbreeding) diperoleh 0,001 atau sama dengan nol, mengindikasikan bahwa keturunan berasal dari hasil perkawinan random (random mating). Alel langka yang ditemukan di populasi Bleberan disebabkan oleh kemampuan reproduksi yang rendah dan banyak dijumpai individu yang berkerabat sebagai hasil perbanyakan vegetatif sehingga masih terjadi perkawinan inbreeding. Pada spesies yang secara alami cenderung kawin silang, inbreeding yang dibiarkan terus menerus akan memungkinkan hilangnya alel dan mengurangi variasi genetik di populasi Bleberan. Direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan reproduksi dengan stimulasi pembungaan, dan meningkatkan kemungkinan kawin silang dengan infusi genetik menggunakan individu-individu yang tidak berkerabat.

ESTIMATION ON MATING SYSTEM OF SANDALWOOD BY ISOZYME MARKER IN BLEBERAN, PLAYEN, GUNUNGKIDUL By : Sandy Afrido Damanik ABSTRACT Sandalwood (Santalum album Linn.) is a highly economic-important species which distributed naturally in South India (Mysore) and Indonesia (Central Sulawesi, Nusa Tenggara and the Moluccan Islands). The endangered status of sandalwood needs to be conserved. Various considerations become critical success factor for sandalwood conservation. One consideration for conservation is the information on mating system of sandalwood. This research aimed to estimate the mating system of sandalwood in Bleberan population located in Gunungkidul District, Yogyakarta. The sampling method was Uniform Systematic Sampling (USS) with 15% sampling intensity. The 20m x 20m plots were made with 200m distance between plots. Juvenile leaves were used for parental analysis while seeds were for progeny analysis using isozyme marker. The result was then estimeted for mating system analysis with MLTR (Multi Locus T and R or multi locus outcrossing rate) program. Results showed that sandalwood in Bleberan's natural population had tendency to outcrossing with mating parameter tm 0,991 and ts 0,932. Selfing rate (s) was observed to be very low with s 0,009. The value of tm-ts showed a very small value of biparental inbreeding (0,059). The value of F (coeficien of inbrreding) was 0,001 aproaching null, indicating that the progeny derived as a result of random mating. Rare alleles found in Bleberan population was predicted as the result of a low reproductive ability. High portion of genetically-identic individuals in population which derived from vegetative reproduction resulting to inbreeding. In naturally outcrossing species, a continuous inbreeding may lead to the missing alleles and reduction of genetic variability. It is recommended to enhance the reproductive ability by flowering stimulation, and to enhance the probability of outcrossing by genetic infusion.

Kata Kunci : cendana, sistem perkawinan, isozim, MLTR


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.