EVALUASI KETERTINGGALAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN SUMBAWA (STUDI KASUS KECAMATAN BATULANTEH, LABANGKA, LANTUNG, DAN TARANO)
AINI FITRI MAULIDIANTI, Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP., Ph.D
2014 | Skripsi | PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAKetertinggalan merupakan sebuah kondisi yang di alami oleh suatu wilayah yang relatif kurang berkembang dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal ini juga turut di sampaikan oleh Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal. Tertinggalnya suatu wilayah juga tentunya di pengaruhi oleh beberapa faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari kondisi perekonomian, SDM, infrastruktur, aksesibilitas, celah fiscal, dan juga karakteristik daerah. 183 Kabupaten di Indonesia masih di kategorikan sebagai kabupaten tertinggal, dan Kabupaten Sumbawa termasuk salah satunya. 4 kecamatan yang termasuk didalam wilayah kabupaten ini dipilih menjadi lokasi penelitian berdasarkan tipologi wilayah yaitu termasuk dalam wilayah pantai dan pegunungan. 4 Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano. Penelitian yang berjudul Evaluasi Ketertinggalan Wilayah Kecamatan Di Kabupaten Sumbawa (Studi Kasus Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano) ini menggunakan metode evaluasi sebagai metode penelitian. Evaluasi ketertinggalan di keempat kecamatan menggunakan teknik komparasi untuk mengetahui persamaan dan juga perbedaan kondisi ketertinggalan dengan menggunakan indikator penentuan KPDT. Berdasarkan hasil evaluasi, dari enam indikator yang digunakan oleh KPDT, keempat kecamatan ini dapat dikatakan cukup tertinggal dari aspek ekonomi, infrastruktur, dan juga aksesibilitas. Akan tetapi, dari dua jenis tipologi yang ditentukan, wilayah kecamatan yang berada pada daerah pegunungan lebih tertinggal di banding dengan daerah pantai. Dalam hal ini, yaitu Kecamatan Batulanteh dan Lantung lebih tertinggal dibanding dengan Kecamatan Labangka dan Tarano. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan diluar kriteria penentuan KPDT di empat kecamatan tersebut diantaranya adalah topografi, kondisi sosial budaya, dan juga kebijakan pemerintahnya.
Being underdeveloped is a condition experienced by a relatively less developed area compared to other areas. It is presented by Ministry for development of underdeveloped region. The condition is influenced by some factors. The factors may be economic condition, human resource, infrastructure, accessibility, fiscal gap, and local characteristic. One hundred and eighty three regions in Indonesia are still categorized as underdeveloped region and Sumbawa region is one of them. Four districts in the region were selected as research location based on area typology of coastal and mountain area. The four districts are Batulanteh, Labangka, Lantung and Tarano. The research entitled Evaluation of district underdevelopment in Sumbawa Region (Case Study in Batulanteh, Labangka, Lantung and Tarano districts) used evaluation method. Evaluation of disadvantage in the four districts used comparison technique to identify similarity and difference of lagged condition using KPDT indicator. Based on result of evaluation, from six indicators used by KPDT, the four districts are left behind in economic aspect, infrastructure and accessibility. However, based on two typologies, district in mountain area (Batulanteh and Lantung) is more left behind than district in coastal area (Labangka and Tarano). Factors influencing being left behind beyond KPDT criteria in the four districts are topography, social culture condition and government policy.
Kata Kunci : Evaluasi, Konsep Ketertinggalan Wilayah, Faktor Penentu Ketertinggalan, Program Pengentasan Daerah Tertinggal. evaluation, concept of disadvantaged area, factor determining disadvantage, development program for disadvantaged area.