Diskursus Arisan Buka Kurung Analisis Diskursus Michel Foucault tentang Arisan di Desa Hargomulyo Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tutup Kurung

IRENE TANTRI, Danang Arif Darmawan, S.Sos, M.Si

2014 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Arisan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Mulai dari kelas bawah hingga kalangan sosialita telah akrab dengan praktik arisan. Selama ini dalam banyak penelitian, arisan lebih dilihat sebagai lembaga keuangan informal yang dapat menjadi tanda petik satu katup penyelamat tanda petik satu dalam masyarakat terutama saat menghadapi masa krisis. Namun, hal-hal yang menyebabkan arisan telah diamini dan tidak lagi dipersoalkan oleh masyarakat belum pernah didiskusikan. Maka, penelitian ini hadir untuk menjawab hal itu. Penelitian ini dilakukan di Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan konstruktivis. Metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivis menekankan bahwa realitas adalah hasil praktik-praktik diskursif yang rumit, efek ideologis, hasil perspektif. Dengan demikian, penelitian ini berpijak pada sebuah asumsi dasar bahwa praktik arisan tanda hubung sebagai sebuah realitas tanda hubung sesungguhnya adalah hasil dari sebuah konstruksi. Penelitian ini berpendapat bahwa praktik arisan dapat dilihat melalui teori diskursus yang dikemukakan oleh Michel Foucault. Penelitian ini mencoba menjabarkan relasi antara pengetahuan, kuasa dan subjek yang membentuk diskursus arisan. Pengetahuan yang dimaksud dalam hal ini berupa konsep kerukunan dan konsep uang yang direfleksikan oleh masyarakat di Desa Hargomulyo dalam praktik arisan. Sementara, kekuasaan dalam penelitian ini bukan dilihat sebagai kuasa yang represif seperti pandangan strukturalis, tapi kekuasaan yang masif dan produktif hingga banyak orang kemudian menerima praktik arisan. Sama halnya dengan kuasa, subjek juga dilihat bukan sebagai subjek yang otonom seperti penjelasan kaum strukturalis selama ini. Dalam teori diskursus Foucault, subjek justru dipahami sebagai efek dari diskursus. Diskursus mendisiplinkan subjek. Imbasnya, masyarakat menjadi subjek yang patuh (docile bodies). Pendisiplinan subjek muncul melalui aturan atau normalisasi yang ada dalam praktik arisan. Diskursus arisan yang terjadi di Desa Hargomulyo terbentuk melalui relasi pengetahuan, kuasa dan subjek dengan cara-cara yang tanda petik satu halus tanda petik satu, bukan melalui kekerasan, hingga akhirnya semua orang tak lagi mempersoalkan kebenaran dari praktik arisan. Arisan di desa ini mampu mendekonstruksi konsep arisan yang selama ini banyak dikenal orang. Dekonstruksi tersebut tampak ketika salah satu anggota tanda petik satu menang tanda petik satu dan mendapatkan uang, justru ketika ada anggota lain yang lebih membutuhkan, uang tersebut bisa dipinjam oleh anggota tersebut. Hal ini jarang sekali terjadi dalam banyak arisan yang kita lihat selama ini. Akhirnya, Semua orang telah menerimanya sebagai sesuatu yang telah melekat dengan kehidupan masyarakat. Kata kunci: Arisan, Diskursus, Pengetahuan, Kuasa, Subjek

Arisan (a practice of social gathering whose members regularly contribute and take turns in winning an aggregate sum of money) has become an integral part of Indonesian society. People--starting from the lower class to the socialite-- has been familiar with the practice of arisan. So far, in most studies/research arisan is usually interpreted as a financial institution which can be functioned as a apostrophe safety valve apostrophe for society, especially in the time of crisis. However, many things that cause arisan has been agreed and integrated into our social life. These things no longer questioned or discussed by the public. This study was present to answer it, to find and search why can arisan agreed, accepted, and integrated into our social life in the society. This study was conducted in the village of Hargomulyo, Gedangsari District, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta. The method used in this study is qualitative constructivist approach. Qualitative constructivist approach method emphasizes that reality is the result of complex discursive pratices, ideological effect, and the result of perspective. Thus, this research rests on a basic assumption that the practice of arisan dash as a reality dash in fact is the result of a social construction. This study argues that arisan and the practice of it, can be analyzed by using discourse theory, put forward by Michel Foucault. This study tried to explain the relation between knowledge, power, and subject that form the discourse of arisan. Knowledge, in this study, is narrowed down to two things: concept of harmony and the concept of money. These two concepts is integrated and implemented in the arisan and/or the practice of arisan conducted by people in Hargomulyo. Meanwhile, the Power in this study is not seen as a repressive power as the structuralist view, but the massive and productive power that makes a lot of people then agreed and implemented this practice of arisan in their social life. Similarly, subjects were also seen not as an autonomous subject, as the structuralist view. Subject, in the Foucault apostrophe theory of discourse, in fact is understood as an effect of the discursive process itself. Subject is disciplined by the discursive process. Society is constructed and changed, by the discursive process, then become what Foucault says the docile bodies. Subject is disciplined by rules/regulation, and/or the normalization process in arisan. Discursive process of arisan that took place in Hargomulyo, is formed through a synergistic relation between power, knowledge, and subject, in apostrophe smooth apostrophe ways not through violence. So then people in the society no longer need to question the truth of this practice of arisan. Arisan in the village is able to deconstruct the concept of arisan that has been widely known. Deconstruction is apparent when one of the members of 'win' and get the money, even when there are other members who are more in need, money can be borrowed by members. This is rarely the case in many arisan that we have seen so far. Finally, every member of the society have accepted it as something that has been attached to people apostrophe lives. Keyword: Arisan, Discourse, Knowledge, Power, Subject.

Kata Kunci : Arisan, Discourse, Knowledge, Power, Subject.