Laporkan Masalah

PEMANFAATAN LIMBAH TEMBAGA (COPPER SLAG) SEBAGAI MATERIAL PENGGANTI AGREGAT HALUS LAPIS PERKERASAN ASPHALTIC CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC)

ADITA PERMATA SARI, Ir. Latif Budi Suparma, M. Sc., Ph. D.

2014 | Skripsi | TEKNIK SIPIL

Lapis pondasi atas merupakan lapisan perkerasan yang terdiri dari agregat bergradasi tertentu. Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapis permukaan sehingga bertugas untuk menerima beban yang disalurkan dari lapis permukaan (surface course). Dengan kata lain lapis pondasi atas harus mempunyai daya dukung yang kuat untuk dapat menahan beban kendaraan dari lapis permukaan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan bawahnya. Untuk beban lalu lintas yang tinggi, material lapis pondasi atas sering distabilisasi dengan aspal, semen, kapur, kalsium klorida, sodium klorida, dan abuterbang (flyash). Penelitian ini bertujuan untuk mengganti agregat halus dengan limbah tembaga (copper slag). Analisis yang digunakan mengacu pada metode Bina Marga dan AASHTO. Limbah tembaga yang memiliki karakteristik hampir sama dengan agregat biasa, dengan berat jenis yang relatif lebih besar dibandingkan dengan agregat biasa. Pemanfaatan limbah tembaga sebagai pengganti agregat halus dikarenakan banyaknya limbah tembaga yang ada di lapangan yang masih dapat digunakan dan memiliki kualitas yang bagus. Dari penelitian ini diketahui nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang dimiliki campuran menggunakan limbah tembaga lebih rendah dibandingkan dengan KAO campuran kontrol. Seluruh nilai VMA, VITM, MQ, Stabilitas, Flow, Densitas, dan VFWA dari masing-masing campuran sudah memenuhi batas yang disyaratkan. Dengan adanya penambahan limbah tembaga pada campuran maka nilai RMS yang didapat dari perendaman 24 jam dan perendaman 30 menit meningkat. Pada variasi 0% limbah tembaga adalah 94,95% dan pada variasi 100% limbah tembaga didapatkan nilai RMS sebesar 97,63%. Hasil tersebut dapat dikatakan aman untuk digunakan sebagai lapis perkerasan jalan raya.

Bearing course is pavement which consists of certain gradatet aggregate. Bearing course is located right under wearing course and its duty is to accept the load is distributed from the surface course. In another words, bearing course must have strong bearing capacity to be able to support the weight of the vehicle from the surface layer and spread the load to the layer below it. For the high-traffic loads, the materials of lapis pondasi atas is often stabilized with asphalt, cement, lime, calcium chloride, sodium chloride, and fly ash. This research is meant to change the fine agregate with copper slag. Analysis used refers to the Bina Marga and AASHTO method. The copper slag has an almost similar characteristic with the usual aggregate,with a specific gravity that is relatively larger than the usual aggregate. Utilization of copper slag as a substitute for fine aggregate is caused by the number of copper slag on the field that can still be used and has a good quality. From this research, it is figured out that the score of Kadar Aspal Optimum of a mixture using copper slag is lower than KAO of a controlized mixture. The entire score of VMA, VITM, MQ, Stability, Flow, Density, and VFWA of each mixture has met the limit. With the addition of copper slag to the mixture, then RMS score got from 24 hours of soaking and 30 minutes of soaking increased. In variations of 0% copper slag is 94.95% and in variation of 100% copper slag, the RMS score obtained at 97.63%. These results conclude that the copper slag is safe to use as lapis perkerasan in big streets.

Kata Kunci : copper slag, stability, flow, RMS, fine aggregat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.