ANTARA KARET DAN KELAPA SAWIT: Perhitungan untung rugi di kalangan petani Landau, Kalimantan Barat
RAKHMAT NURDIANSYAH, Dr. Pujo Semedi Hargoyuwono, M.A.
2014 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYALandau adalah salah satu dusun yang berada di desa Melawi Makmur, kecamatan Meliau, Kalimantan Barat. Lokasinya cukup jauh dari sungai kapuas dan merupakan daerah yang belum dijadikan perkebunan kelapa sawit. Sebenarnya perusahaan kelapa sawit sudah melakukan penawaran untuk membuka lahan disana, namun masyarakat menolak. Mereka mengaku tidak memiliki sejumlah tanah yang diminta oleh perusahaan. Penolakan tersebut membuat petani di Landau masih membudidayakan tanaman karet sebagai penghasilan pokok. Mereka juga masih memanfaatkan sistem ladang yang dibuat setahun sekali guna memenuhi kebutuhan pangan. Penelitian dilakukan di Dusun Landau, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat selama dua bulan yaitu Juli 2011 dan Desember 2012. Metode yang digunakan selama penelitian adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam agar mendapatkan data yang bersifat kualitatif. Beberapa foto dokumentasi juga dilampirkan untuk memperkuat data. Tulisan ini akan membahas mengenai keadaan petani karet di Landau yang telah menolak perusahaan kelapa sawit. Perusahaan tidak berhasil membujuk warga Landau untuk menyerahkan tanah kepada mereka. Penolakan pada saat itu dilakukan warga karena mereka tidak mampu memenuhi syarat dari perusahaan dalam hal luas tanah yang diserahkan. Perusahaan menginginkan 7,5 hektar tanah dari setiap warga Landau, namun mereka mengaku rata-rata warga tidak memiliki tanah seluas itu. Untuk itulah warga Landau tetap mengandalkan ladang dan karet sebagai sumber penghidupan utama mereka. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Landau mulai menyesalkan keputusan mereka dulu saat menolak kelapa sawit. Satu per satu petani Landau mulai tertarik untuk menanam kelapa sawit. Mereka memang tidak menyerahkan tanah kepada perusahaan, namun mereka membeli kavling kelapa sawit dari petani lain di sekitar Landau. Perlahan, kelapa sawit menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan karet. Perubahan mulai terlihat di beberapa daerah sekitar Landau yang telah menjadi area kelapa sawit. Pola berladang mulai ditinggalkan, mereka juga tidak lagi harus bekerja di kebun karet setiap pagi. Warga Landau pun mulai tertarik dengan kelapa sawit. Mereka yang pernah menolak perusahaan menyatakan bahwa pada saat itu belum melihat hasilnya saja. Kini masyarakat mulai terbuka dengan perusahaan kelapa sawit. Mereka siap untuk melakukan negoisasi dan membuka lahan kelapa sawit jika memang itu yang diinginkan saat ini.
Landau is one hamlet located in the village Melawi Makmur, sub-district Meliau, West Kalimantan. The location is quite far from the kapuas river and it's an area that has not been used for oil palm plantations. Actually the oil palm companies has made an offer to open land there, but the people refused. They claimed not have several land which was requested by the company. The refusal was make farmers in Landau still cultivating plant rubber as the main income. They also still use swidden agriculture system to meet their food needs. This paper made by two months research in Landau hamlet, subdistrict of Meliau, Sanggau district, West Kalimantan namely July 2011 and December 2012. The research method is participation observation and depth open interview, to make a qualitatif data. Some photos of documentation also be attached to confirm the data. This paper will discuss about the farmers of rubber who has rejected the oil palm companies. The company had no succedeed in persuading people to turn over lands to them. Rejection by people at the time because they were unable to qualify in terms of the large area of land ceded. Company wanting 7.5 hectares of land from every people in Landau, but they claimed that average people don't have land area of it. Therefore Landau people still rely on swidden agriculture and rubber as their main source of life. As time went on, people began to regret their decisions first time reject oil palm. One by one the farmer Landau became interested in planting oil palm. They did not hand over the land to the company, but they bought palm oil kavling from other farmers around Landau. Slowly, palm oil showed better results when compared to rubber. The changes began to appear in some areas around Landau that has become a palm oil area. The pattern of swidden agriculture started left, they also no longer have to work in rubber garden every morning. Landau people began interested in palm oil. Those who had refused the company said that at the time not yet see the results. Now people begin to open with palm oil company. They are ready to do negotiation and open land for palm oil if it is desirable at this time.
Kata Kunci : karet, ladang, kelapa sawit, ekonomi / rubber, swidden, palm oil, economy