PENENTUAN POSISI STASIUN PENGAMATAN GNSS EPISODIK DI KAWASAN SESAR OPAK YOGYAKARTA TAHUN 2013 DENGAN DIIKATKAN PADA TITIK GLOBAL DAN STASIUN AKTIF BPN
NIKMA FISTA SAFRINA, Dr.,Ir.,T.Aris Sunantyo,M.Sc
2014 | Skripsi | TEKNIK GEODESISesar Opak yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai tingkat seismik tinggi. Pada tanggal 26 Mei 2006, Sesar Opak mengalami pergerakan yang mengakibatkan gempa di wilayah provinsi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan pada stasiun sesar secara periodik untuk mengetahui pergerakannya. Stasiun pengamatan Opak diukur menggunakan teknologi GNSS dan diolah dengan perangkat lunak ilmiah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketelitian posisi stasiun pengamatan yaitu jumlah, distribusi, dan ketelitian titik ikat. Berdasarkan cakupan area, titik ikatdibedakan menjadi titik ikat lokal, titik ikat regional, dan titik ikat global. BPN memiliki stasiun aktif yang tersebar di wilayah Indonesia. Stasiun aktif tersebut termasuk dalam kategori titik ikat regional. Pada penelitian ini koordinat stasiun pengamatan Opak ditentukan dengan titik ikat regional dan global. Penelitian ini menggunakan data pengukuran GNSS dari enam stasiun pengamatan Opak pada tanggal 18 November 2013 dengan lama pengamatan 10 jam. Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah GPS double frequency dengan sampling rate 30 detik. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak GAMIT/GLOBK 10.5. Proses pengolahan dibagi menjadi dua project, yaitu project pengikatan terhadap titik global dan pengikatan terhadap titik ikat regional. Titik ikat global yang digunakan adalah 12 buah stasiun pengamatan IGS yaitu COCO, DARW, DGAR, PIMO, GUAM, BAKO, BTNG, KARR, TOW2, PERT, PARK dan NTUS. Titik ikat regional yang digunakan adalah12 stasiun aktif BPN yang tersebar di Pulau Jawa, yaitu BYL1, KRY1, SLM1, GKL1, WNG1, KPG1, SMG1, KDL1, PKLG, MGL1, PATI dan SRGN. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi stasiun pengamatan Opak lebih teliti jika diikatkan pada 12 buah titik global yang terdistribusi secara merata di sekelilingnya. Koordinat dan simpangan baku keenam titik stasiun pengamatan Opak pada project global adalah OPK3 (-2217784,340 m ± 10,33 mm; 591623,292 ± 24,15 mm; -870038,266 m ± 6,25 mm); OPK4 (-2211299,076 m ± 29,93 mm; 5918156,733 m ± 54,93 mm; -873771,691 m ± 13,09 mm); OPK6 (-2217103,057 m ± 11,31 mm; 5915419,197 m ± 24,43 mm; -877635,358 m ± 6,53 mm); OPK7 (-2207433,434 ± 9,10 mm; 5917913,759 ± 19,82 mm; -885836,222 ± 5,39 mm); OPK8 (-2202552,704 m ± 14,87 mm; 5920939,457 m ± 32,89 mm; -877457,369 m ± 8,90 mm); TGD2 (-2207877,292 m ± 10,96 mm; 5920387,977 m ± 24,13 mm; -868879,324 m ± 7,06 mm). Hasil uji perbandingan varian terhadap kedua project dengan kepercayaan 95%, terdapat perbedaan ketelitian yang signifikan pada komponen X, Y, dan Z.
Opak fault that located on Daerah Istimewa Yogyakarta has high seismic level. Opak fault moved on 26th May 2006 which caused an earthquake in that area. Therefore, it is required to monitor Opak fault movement periodicallyusing Opak stations. It measured using GNSS technology and processedwith scientific software. There were several factors that influence the position accuracy such as quantity, distribution, and accuracy of reference station. Based on coverage area, reference station can be devided into local reference station, regional reference station, and global reference station. BPN has active stations that distributed around Indonesia, thatincluded in regional reference category. This research used GNSS observation from six Opak stations on 18th November 2013 with 10 hours of observation time. This observation used double frequency GPS with 30 seconds sampling rate and processed by GAMIT/GLOBK 10.5 software. Data processing divided into two different projects, referencing to global reference station and referencing to regional reference point. The global reference point were 12 IGS observation stations namely COCO, DARW, DGAR, PIMO, GUAM, BAKO, BTNG, KARR, TOW2, PERT, NTUS and PARK. Regional reference points used were 12 active BPN stations spreading across Java island, namely BYL1, KRY1, SLM1, GKL1, WNG1, KPG1, SMG1, KDL1, PKLG, MGL1, PATI and SRGN. The result of this research show that the accuracy of Opak observation stations increased rapidly when using 12 global reference stations which was distributed around Opak stations. The number of coordinate and standard deviation were OPK3 (-2217784,340 m ± 10,33 mm; 591623,292 ± 24,15 mm; -870038,266 m ± 6,25 mm); OPK4 (-2211299,076 m ± 29,93 mm; 5918156,733 m ± 54,93 mm; -873771,691 m ± 13,09 mm); OPK6 (-2217103,057 m ± 11,31 mm; 5915419,197 m ± 24,43 mm; -877635,358 m ± 6,53 mm); OPK7 (-2207433,434 ± 9,10 mm; 5917913,759 m ± 19,82 mm; -885836,222 m ± 5,39 mm); OPK8 (-2202552,704 m ± 14,87 mm; 5920939,457 m ± 32,89 mm; -877457,369 m ± 8,90 mm); TGD2 (-2207877,292 m ± 10,96 mm; 5920387,977 m ± 24,13 mm; -868879,324 m ± 7,06 mm). Based on the statistical test using fisher distribution, and 95% level of confidence shows that whether the precision are significantly different.
Kata Kunci : penentuanposisi, titikikat global dan regional, GAMIT/GLOBK, GNSS