Laporkan Masalah

AKULAH SEORANG KAPITEN: Dinamika Profesi Kapten Kapal Pengembara Saat Di Tanah Rantau

M ARIF RAFSANJANI, Dr. Pujo Semedi H.Y, M.A

2014 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Nelayan selalu melakukan invasi lokasi baru dalam sistem kerja penangkapannya. Mereka berpindah-pindah dalam kurun satu masa dan kondisi tertentu agar bisa mempertahankan kehidupannya. Perpindahan yang dilakukan nelayan tidak hanya mencakup perpindahan lokasi penangkapan saja, ada beberapa dari kelompok nelayan harus memboyong kapalnya untuk menetap di dermaga baru dengan kondisi lingkungan baru hingga kurun waktu yang cukup panjang untuk tidak kembali kerumah atau biasa disebut sebagai nelayan boro/pengembara. Kelompok nelayan pengembara ini kemudian mendapatkan permasalahan baru setiap kali harus datang ke daerah rantauan baru. Membawa kultur dari tempat asalnya yang kemudian bertabrakan dengan kultur setempat memaksa mereka harus beradaptasi kembali, selain itu persainganpun semakin ketat karena mereka dihadapkan oleh masyarakat lokal yang masih sama berprofesi sebagai nelayan. Sisi dinding bersebelahan, para nelayan ini juga harus membuat koneksi baru dengan jaringan-jaringan setempat agar bisa membantu mereka saat melakukan penangkapan dengan alasan tanpa adanya penyedian fasilitas penunjang kapal (layaknya perbekalan kapal) membuat kapal tidak bisa melakukan penangkapan. Saat kondisi seperti ini kemudian dibutuhkannya sosok pemimpin kelompok yang bisa menakomodasi semua masalah yang ditanggung oleh nelayan boro/pengembara. Pemimpin kelompok ini sering dikenal sebagai kapten, jurumudi, atau tekong. Dalam kelompok nelayan kapten dijadikan ketua unit kerja dan sekaligus bertanggung jawab atas krunya. Saat ditanah perantauan para kapten kapal memiliki peran lebih dalam mengurusi anak buahnya, oleh karena itu studi dalam tulisan ini mencoba melihat peran lebih tersebut melalui fungsinya masing-masing tanpa menghilangkan unsur politisasi yang dilakukan oleh pemimpinnya. Penilitian dalam tulisan ini dilakukan di Batang jawa tengah dengan fokus terhadap kapten kapal (biasa disebut tekong oleh warga sekitar) nelayan boro/pengembara asal Tuban jawa timur, mereka sudah menetap lama didaerah tersebut dan sudah membangung jaringannya sendiri. Kasus yang akan dibuka pada tulisan ini terletak pada strategi peran kapten/tekong dalam mengatasi permasalahan nelayan pengembara saat ditanah rantau tanpa mengabaikan keuntungan yang ingin dicapainya secara pribadi.

Fishermen are -and will a- always prowling for new workplaces, regarding the nature of their occupation. This is especially the case for nomad fishermen who spend most of their time at the sea to survive and subsist. The people call them boro or pengembara, which is the Indonesian word for explorers. It's because they have to leave their homes for indefinite amounts of time to stay at new ports and harbors. New places mean new problems. The home culture which they bring oftentimes clash with the locals, thus forcing them to adapt to the new customs. Tightening competition between them and local fishermen is also inevitable. That way, these nomad fishermen have to build good relation with the locals to provide them with necessary logistics needed to set sail. In the light of these matters, they feel the need of leaders to accommodate the nomad fishermen. The leader of the group is called captain, skipper, or tekong. They are the leaders of their work group. Therefore, they're responsible of their crew. The captains also have other roles to cater to their crew's need in the foreign land where they harbor. This writing focuses on the study of their further roles regarding their functions without turning a blind side to the political intentions of said captains. The study was conducted in Batang, Central Java, with focus on captains (whom are called tekong by the locals) of the boro fishermen from Tuban, East Java. They have been there for a long time, hence their established relations with the locals. The case study is about the captain's strategies in coping with nomad fishermen's problem on foreign ports while still amassing their own fortune.

Kata Kunci : kapten, nelayan pengembara,perantauan, peran


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.