ANALISIS KEKUATAN DAN LENDUTAN JANGKA PANJANG BETON PRATEGANG TIPE PCI GIRDER : STUDI KASUS JEMBATAN PRINGGOLAYAN, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA
MALIK MUSHTHOFA, Dr. Ir. H. Muslikh, M.Sc, M.Phil.
2014 | Skripsi | TEKNIK SIPILTransportasi merupakan kegiatan vital untuk kehidupan manusia. Salah satu prasarana penunjang transportasi adalah jembatan. Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kegiatan transportasi, jembatan sebagai prasarana yang penting harus memenuhi aspek keamanan dan kenyamanan ketika dioperasikan. Sebuah jembatan yang dibangun direncanakan untuk bisa dipakai dalam waktu kurang lebih 50 tahun untuk kategori jembatan biasa. Jembatan yang menjadi studi kasus dalam penulisan tugas akhir ini adalah Jembatan Pringgolayan, Yogyakarta yang merupakan jembatan dengan tipe jembatan biasa dan baru selesai dibangun pada bulan Desember 2012. Analisis lendutan jangka panjang dimaksudkan untuk mengetahui kinerja jembatan kaitannya dengan kemampuan layan jembatan untuk jangka waktu yang lama setelah selesai masa konstruksi. Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis ini meliputi analisis pembebanan, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan kapasitas momen dan setelah itu dilanjutkan dengan analisis lendutan seketika, selain menghitung lendutan akibat beban, lendutan ke atas (camber) akibat gaya prategang tendon juga turut diperhitungkan. Lendutan jangka panjang dihitung mengacu pada ACI 209 dan CEB 1990 dengan memperhatikan faktor creep (rangkak) dan shrinkage (susut) serta pengaruhnya terhadap gaya prategang tendon. Kehilangan prategang juga turut diperhitungkan dengan berdasarkan pada AASHTO-LRFD untuk melengkapi penghitungan lendutan jangka panjang jembatan ini. Kesimpulan yang didapat dari analisis ini antara lain, kapasitas momen penampang balok gelagar yang terpasang sebesar 15857,196 kNm memenuhi syarat karena lebih besar dari momen ultimit sebesar 14543,49 kNm. Selain itu, lendutan seketika gelagar jembatan akibat beban mati dan beban hidup sebesar 0,026983 m juga memenuhi syarat karena lebih kecil dari persyaratan lendutan maksimum yang diberikan oleh RSNI T-12-2004 yaitu L/250 atau 0,16 m. Adapun nilai lendutan akibat beban tetap sebesar 0,01585 m masih kurang dari L / 300 (0,136 m) dan nilai yang dihasilkan lendutan akibat beban hidup termasuk beban kejut sebesar 0,042832 juga masih kurang dari L / 800 (0,051 m). Kehilangan prategang paling tinggi pada tendon didapatkan sebesar 22,20 %. Lendutan jangka panjang ditinjau berdasarkan ACI dan CEB-FIP, menurut ACI lendutan ketika umur bangunan mencapai 50 tahun sebesar 0,07760 m masih memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu kurang dari L / 240 atau 0,167 m. Adapun menurut CEB-FIP, lendutan ketika umur bangunan 50 tahun sebesar 0,10936 m juga masih memenuhi persyaratan yang ditentukan karena nilainya kurang dari L / 250 atau 0,16 m.
Transportation is a vital activity for human life. One of the supporting transport infrastructure is a bridge. As time went on and increased transport activity, the bridge as an important infrastructure must meet safety and comfort when operated. A bridge built planned to be used in less than 50 years for a regular bridge category. The bridge that became a case study in this thesis is Pringgolayan Bridge, Yogyakarta which is the usual type of bridge, and newly completed in 2012, December. Analysis of long-term deflection, is intended to determine the bridge service's ability to the long periods, after the completion of construction period. The steps used in this analysis include load analysis, followed by calculation of the moment capacity and after that followed by instantaneous deflection analysis, in addition to calculating the deflection caused by the load, upward deflection (camber) due to prestressing force tendon is also taken into account. Long-term deflection is calculated based on ACI 209 and CEB-FIP 1990 by taking into account creep and shrinkage and its influence on the force of prestressing tendons. Prestressed loss is also calculated based on AASHTO-LRFD. The conclusion of this analysis, among others, the moment capacity of the beam section at 15857,196 kNm is eligible because of greater than ultimate moment due to the load of 14543.49 kNm. In addition, the immediately deflection of the bridge girder because of the dead load and live load at 0.026983 m are also eligible for less than the maximum deflection requirements given by the RSNI T-12-2004, L / 250 or 0.16 m. The value of deflection due to dead load at 0.01585 m is less than L / 300 (0.136 m) and the value of the resulting deflection due to live load including shock loads of 0.042832 is still less than L / 800 (0,051 m). The maximum value of prestressed loss is 22,20 %. Long-term deflections are reviewed based on ACI and CEB-FIP, according to ACI when the building reaches 50 years of age, the deflection at 0.07760 m still meet the specified requirements is less than L / 240 or 0.167 m. As according to CEB-FIP, deflection when the life of the building 50 years at 0.10936 m still meet the requirements specified at less than L / 250 or 0.16 m.
Kata Kunci : prategang, defleksi jangka panjang, rangkak, susut