STRATIFIKASI SOSIAL PENGHUNI BENTENG SOMBA OPU ABAD XVI-XVII BERDASARKAN TEMUAN ARTEFAK PECAH BELAH
CAKRA LUDRA, Prof. Sumijati Atmosudiro
2014 | Skripsi | ARKEOLOGIMerekonstruksi kehidupan masa lalu merupakan salah satu paradigma dalam ilmu arkeologi. Salah satu hal menarik dalam kehidupan masa lalu adalah kehidupan dan tatanan sosial. Benteng Somba Opu merupakan sebuah Kota-Kerajaan yang ramai dalam perniagaan pada masa Kerajaan Gowa-Tallo abad XVI-XVII. Penelitian ini mencoba menginterpretasi temuan artefak pecah belah untuk mengungkapkan kehidupan dan tatanan sosial di Benteng Somba Opu pada masa lalu. Tujuannya adalah untuk memberikan sebuah perspektif baru dalam memandang masa lalu Kerajaan Gowa-Tallo. Penelitian ini bersifat teoritis-interpretatif dengan menerapkan teori baru pada data-data arkeologi yang telah ditemukan sebelumnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hermeneutis. Dalam penelitian ini artefak pecah belah dipandang sebagai sebuah simbol yang untuk menafsirkannya diperlukan pengetahuan yang lebih luas sebagai konteks untuk memahaminya. Pengetahuan yang digunakan dalam penafsiran penelitian ini adalah data etnografi, sejarah, dan temuan arkeologi lainnya. Penelitian ini memperkuat sumber-sumber sejarah dan etnografis yang mengatakan bahwa masyarakat Kerajaan Gowa-Tallo dibagi dalam tiga kelas sosial : anak karaeng (bangsawan), maradeka (rakyat jelata), dan ata (hamba sahaya). Berdasarkan sebaran keramik dan gerabah dapat diperkirakan bahwa penghuni dalam Benteng Somba Opu adalah karaeng dan ata. Kedua kelas tersebut tidak nampak memiliki pembagian ruang yang tegas. Sementara maradeka yang merupakan mayoritas penduduk tinggal di pemukiman pendukung di luar dinding benteng.
Study about social stratification of people in XVI-XVII centuries Benteng Somba Opu, Gowa Regency, South Sulawesi based on interpretation of archaeological findings, especially ceramics and earthenware. Proposition : Reconstruction of past-life is one of the archaeological paradigms. One of the most interesting past-lifes aspects to reconstruct is social order. Benteng Somba Opu was a big city-state of Gowa-Tallo Kingdom in XVI-XVII centuries. This research is try to reconstruct social order of people in Benteng Somba Opu based on interpretation of fragile artifacts. The goal is to give new perspective in reading Gowa-Tallos history. This research is theoritic-interpretative and apply hermeneutics approach. New theory and view used in interpretating archaeological data. In this research, fragile artifacts viewed as symbols that need to be interpretated by connecting it with bigger context. This research also using ethnograpical, historical, and other archaeological data to help interpretate the past. This researchs conclusion confirming ethnograpical and historical sources that people in Kingdom of Gowa-Tallo was separated in three social classes: anak karaeng (nobleman), maradeka (commoners), and ata (slave). Based on ceramics and earthenwares distribution, people within the walls was karaeng and ata without explicit spatial boundaries between them. Maradeka, the majority of people, lived in settlements outside of the fort wall.
Kata Kunci : hermeneutika, benteng somba opu, stratifikasi sosial