Laporkan Masalah

IDENTIFIKASI LUKA ALAT-ALAT SERPIH DI SEKTOR DAYU, SANGIRAN (KAJIAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN LUKA DAN POLA LUKA)

AGUSTINA DYAH PRAMUDIKA, Drs. J. Susetyo Edy Yuwono, M.Sc.

2014 | Skripsi | ARKEOLOGI

Situs Sangiran merupakan salah satu situs prasejarah yang ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Letak koordinat situs ini adalah 110º48�36�-110º53�24� BT dan 7º24�34�-7º30�08� LS, di sebelah utara Kota Surakarta. Peninggalan prasejarah di situs tersebut sangat bervariasi, mulai dari fosil fauna, fosil flora, fosil manusia, hingga artefak batu. Penelitian di Situs Manusia Purba Sangiran sudah dilakukan sejak lama, oleh peneliti dalam negeri maupun peneliti dari luar negeri. Wilayah Situs Sangiran sendiri terbagi menjadi empat bagian yakni Sektor Ngebung, Sektor Bukuran, Sektor Dayu, dan Sektor Krikilan. Formasi tanah pembentuk Situs Manusia Purba Sangiran terdiri dari empat lapisan yakni Formasi Kalibeng sebagai lapisan paling tua, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, dan Formasi Notopuro sebagai lapisan paling muda. Penelitian yang dilakukan berdasarkan ketertarikan penulis untuk mengidentifikasikan luka-luka pada alat serpih Situs Sangiran, khususnya temuan dari Sektor Dayu. Selain itu, penelitian ini mencoba mencaritahu faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan luka dan bagaimana pola luka yang terbentuk. Seperti telah diketahui berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan bahwa artefak batu, khususnya serpih di Sektor Dayu, sangat banyak jumlahnya dan memiliki keberagaman dari sisi bahan baku ataupun ukuran. Temuan alat serpih yang digunakan sebagai data penelitian berjumlah 63 buah alat batu berasal dari penelitian tahun 2004 dan 2012 pada Formasi Pucangan Atas di Sektor Dayu. Penelitian ini menggunakan metode penalaran deduktif dan tipe penelitian deskriptip analisis. Langkah-langkah penelitian adalah mengumpulkan hipotesis-hipotesis dan sumber-sumber tentang jenis-jenis luka pada alat serpih masa paleolitik, sebagai hipotesisi dasar dalam identifikasi luka. Selanjutnya mengidentifikasi alat serpih berdasarkan jenis bahan baku batuan dan ukuran alat. Mikroskop yang digunakan untuk analisis adalah mikroskop stereo. Hasil perbesaran sisi alat yang mempunyai luka kemudian didokumentasikan untuk diukur panjang dan lebar luka. Tahapan terakhir adalah mengidentifikasi alat serpih berdasarkan hipotesis-hipotesis jenis-jenis luk, untuk mencari tahu faktor-faktor pembentukan luka dan pola luka yang terjadi. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan luka pada alat serpih di Situs Dayu adalah faktor pemakaian, faktor penyerpihan dan gabungan dari kedua faktor tersebut. Sedangkan pola luka yang sebagian besar tampak pada luka-luka tersebut adalah pola luka dengan bentuk luka oval dan ukuran luka kecil hingga sedang. Faktor �faktor pembentukan luka dan pola luka yang terjadi menunjukkan bahwa pemanfaatan alat serpih oleh manusia pada waktu itu cukup tinggi. Selain itu, pemanfaatan yang tinggi tersebut dipicu oleh kebutuhan manusia akan alat-alat kecil, yang dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan, seperti menguliti binatang, menusuk daging, memotong tanaman, atau berburu hewan-hewan kecil.

Sangiran Sites is one of prehistoric sites in Indonesia, especially in Java. Coordinates of this site are 110º48'36 "-110º53'24" BT and 7º24'34 "-7º30'08" LS, north of Surakarta. Prehistoric remains at the site are very varied, ranging from the fossil fauna, flora fossils, fossil man, until the stone artifacts. Research in Sangiran Early Man Site been done long ago, by researchers in the country and researchers from abroad. Sangiran region divided into four sections are Ngebung District, Bukuran District, Dayu District, and Krikilan District. Formation of soil in Sangiran consists of four layers such as Kalibeng Formation as the oldest layer, Pucangan Formation, Kabuh Formation and Notopuro Formation as the youngest layer. Research conducted by the interests from the authors to identify the fracture of flakes from Sangiran Site, especially flakes from Dayu District. In addition, this research tries to find out the factors that affecting the formation of the fracture and how the fracture patterns are. As already known based on research, that stone artifacts, especially flakes from Dayu District, have been very numerous and diverse, in terms of raw material or size. Flakes used as research object were 63 pieces from the research in 2004 and 2012, on the top formation of Pucangan, in Dayu District. This study uses deductive reasoning and descriptive type. Research have been doing with some of step, such as search some hypotheses of fracture in paleolithic flakes, to be a basic in the fracture identification. Furthermore, the identifies based by type of raw material and the size of the tool. Microscope was used for the analysis is stereo microscope. Results magnification the fractureof the flakes were documented, to have measured the length and width of the fracture. The final step is identify the flakes based from the hypotheses, to find out the factors of the fracture formations and the fracture patterns. The results of the analysis showed that the factors of the fracture formations in flakes from Dayu District because usewear, flakiness, and a combination of both. While the pattern of the fracture are fracture with oval shapes and small to medium sizes. The factors of the fracture formation and the fracture patterns indicates that the flakes were exploited by human. In addition, the high utilization of that flakes causes by the human need some small tools, which can be used for various activities, such as skinnied the animal, piercing the meats, cut some plants, or hunting some small animals.

Kata Kunci : Situs Sangiran, Sektor Dayu, Alat-alat serpih, identifikasi luka/Sangiran Site, Dayu District, flakes, the fracture identification.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.