Laporkan Masalah

PERTIWI DI PESISIR SELATAN YOGYAKARTA: Perempuan dan Tambang Pasir Besi

ARGOPOSO C NUGROHO, Dr. Anna Marie Wattie, M.A.

2014 | Tesis | S2 Antropologi

Sebuah rencana eksploitasi alam sedang dilangsungkan di pesisir pantai Kulon Progo, Yogyakarta. Rencana praktik eksploitasi alam hadir dalam bentuk tambang pasir besi milik PT. Jogja Magasa Iron (JMI). Secara detail, lokasi penambangan berada di wilayah Desa Karangsewu, Bugel, Pleret, dan juga Garongan. Saya menyebut desa-desa tersebut dengan istilah Empat Desa, sebagai sebuah kesatuan wilayah dengan berdasarkan lokasi yang berdiri berdampingan, membentang dari timur ke barat dan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Segala bentuk kehidupan yang ada di dalam Empat Desa terancam dengan kehadiran rencana tambang tersebut. Perempuan menjadi fokus saya dalam tesis, karena rentanya posisi mereka berkaitan dengan kehadiran tambang pasir besi. Mengenai posisi perempuan petani sebagai subyek utama dalam tesis ini, ada empat orang perempuan yang saya munculkan dari masing-masing desa di Empat Desa Kulon Progo. Mereka adalah Suratinem dari Karangsewu, Isyanti dari Bugel, Sainem dari Pleret, dan Nur Kandiyah dari Garongan. Dari pengamatan juga wawancara, serta pengalaman yang berbeda dari masing-masing perempuan petani dan detail perjuangan yang berbeda pula mengantarkan saya pada pertanyaan, mengapa perempuan petani melakukan proses refleksi dan penempatan diri sebagai bagian dari alam lingkungan Empat Desa? Secara detail, bagaimana bentuk praktik kerja keseharian perempuan petani Empat Desa? bagaimana peran perempuan petani dalam sistem pertanian lahan pasir? dan pertanyaan pamungkas, bagaimana keterkaitan antara proses refleksi diri dan praktik kerja harian perempuan petani dengan tindakan perlawanan atas rencana kehadiran tambang pasir besi? Melalui tesis ini, ada tiga wilayah yang menjadi arena perjuangan petani perempuan Empat Desa untuk menolak serta melawan rencana tambang pasir besi, yaitu tegalan, rumah, serta desa. Perempuan petani Empat Desa Kulon Progo mengidentifikasi ketiga wilayah tersebut sebagai ruang hidup yang erat kaitannya dengan persoalan materialisme serta esensialisme. Secara sederhana, perempuan petani Empat Desa melakukan perjuangan penolakan kehadiran tambang pasir besi melalui kegiatan harian mereka dalam bertani, mengurus rumah tangga, serta berkehidupan sosial di desa. Pemaknaa filosofis perempuan petani sebagai bagian dari alam lingkungan Empat Desa menjadi ruh perjuangan mereka. Kata kunci: Perempuan Petani, Empat Desa, Tambang Pasir Besi, Alam

An exploitation program has being held at Kulon Progo coast, Yogyakarta. The exploitation practice program will be present in the form of iron sand mining of PT Jogja Magasa Iron (JMI). The mining location were at Karangsewu, Bugel, Pleret, and also Garongan. I called those area with Empat Desa. As a regional unity that standing side by side from the east to the west and directly adjacent with Indonesia ocean. Every activity in those Empat Desa region were threatened by the mining presence program. Women is the main focus of my thesis, because of their vulnerable position and also their direct related with the iron sand mining program plan. Regarding the woman position as a peasant of the main subject in these thesis, I will come up with four women from each village and area at Kulon Progo. They were; Suratinem from Karangsewu, Isyanti from Bugel, Sainem from Pleret, and Nur Kandiyah from Garongan. Based on my observation and interview experience from each women peasants, their respective struggle leads me to the question, why they involved with the self-reflection and placement as a part of Empat Desa environment? How their role as a women peasants in sand and farming system? And the ultimate question, what is the relationship between their self-reflection process with daily practice activity if women peasants with their act of resistance to the sand iron mining practice program? Through this thesis, there were three areas that became the arena of Empat Desa women peasants struggle to resist and fight to the iron sand mining plan, the moor, homes, and villages. Women peasants of Empat Desa Kulon Progo identify three regions as a living space that is closely related to the issue of materialism and essentialism. The simply things, women peasants struggle Empat Desa rejection presence of iron sand mining through their daily activities in farming, taking care of the household, as well as their social life in the village. The meaning of philosophical women peasants as part of the natural environment into the spirit of the Village Four of their struggle. Keyword: Women Peasants, Empat Desa, Iron Sand Mining, Nature, Environment

Kata Kunci : Perempuan Petani, Empat Desa, Tambang Pasir Besi, Alam; Women Peasants, Empat Desa, Iron Sand Mining, Nature, Environment


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.