Laporkan Masalah

Dari SJS (Semarang-Joana Stoomtrammaatschappij) Sampai Kereta Api Daerah Inspeksi VII Semarang, 1942-1990.

ARIES DWI SISWANTO, Dr. Arif Akhyat, M.A

2014 | Skripsi | ILMU SEJARAH

Skripsi berjudul "Dari SJS (Semarang-Joana Stoomtrammaatschappij) Sampai Kereta Api Daerah Inspeksi VII Semarang,1942-1990" ini membahas perkembangan kereta api jalur Semarang-Rembang sejak tahun 1942 hingga 1990. Perkembangan kereta api di jalur Semarang-Rembang dimulai pada jaman Hindia Belanda dengan nama SJS (Seamarang-Joana Stoomtramaatschappij) di bawah perusahaan SS (Staatsspoorwegen) milik pemerintah Belanda. Pada masa ini kereta api menjadi alat transportasi utama karena keterbatasan jumlah impor kendaraan jalan raya. Keberadaan SJS bisa merubah sifat orang jawa yang cenderung statis menjadi dinamis. Pada tahun 1942 Jepang mengambil alih kereta api setelah menaklukkan Belanda. Jepang membagi 3 wilayah eksploitasi. Setiap wilayah eksploitasi membawahi daerah inspeksi. Jalur Semarang-Rembang berada di wilayah Eksploitasi Tengah Daerah Inspeksi VII Semarang. Kereta api jalur ini pada masa Jepang diutamakan sebagai transportasi militer, sehingga menyebabkan banyaknya sarana dan prasarana kereta api yang rusak. Pada masa kemerdekaan terjadi penggabungan antara SS dengan DKA (Djawatan Kereta Api) menjadi DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia). Jalur kereta api mulai diperbaiki, tetapi hanya diperuntukkan bagi jalur lintas raya, sementara Jalur Inspeksi VII merupakan jalur lintas cabang. Hal ini menyebabkan Jalur Inspeksi VII mengalami kemunduran. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan jalan raya dan melonggarkan impor kendaraan bermotor juga membuat kereta api jalur ini terpinggirkan. Penumpang mulai beralih menggunakan kendaraan jalan raya. Pada akhirnya, di tahun 1988 kereta api jalur Inspeksi VII sudah tidak beroperasi dan pada tahun 1990 jalur Inspeksi VII dengan jalur Inspeksi V dilebur menjadi satu menjadi DAOP IV (Daerah Operasi IV) Semarang.

The study entitled "From SJS (Semarang-Joana Stoomtrammaatschappij) to the Regional Railway Inspection VII Semarang, 1942-1990" examines the railway development in Semarang - Rembang lines. The development of railway in this line began in the Nederlands East Indies era. The first railway which was called SJS (Seamarang-Joana Stoomtrammaatschappij) was managed by Dutch company called SS (Staatsspoorwegen). At that time, railway became the main transportation as the limiation of highway vihicle import. Interestingly, the existence of the SJS could change the personality of Javanese people from static to dynamic characteristic. In 1942, the Japanese took over the railways after conquering the Netherlands. During the Japanese occupation, the Exploitation territoties were devided into 3 areas. Each Exploitation territory supervised an Inspection area. Semarang-Rembang line was included in the Central Exploitation Territory of Inspection VII of Semarang Area. In the Japanese occupation era, railways in this line were mostly used for military transportation. Hence, a lot of railway infrastructures were damaged. At the time of independence, the SS was united with DKA (Djawatan Railways) which then emerged a new name, i.e. DKARI (Djawatan Railways of the Republic of Indonesia). The railways were started getting improvement. However, the renewal was prioritized for the infrastructure in the main railway lines. As the result, infrastructure in the Area of Inspection VII, which was considered as a branch railway line, was abandoned. Moreover, the government began to develop highways. The import of the vehicle was facillitated as well. So, the passengers began to switch to using highway vehicles. Finally, in 1988, the railways in the line of Inspection VII were not operated anymore. In 1990, the line in Inspection VII and Inspection V were merged into DAOP IV ( Operation Zone IV ) of Semarang .

Kata Kunci : Kereta Api, Transportasi, Semarang, Rembang


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.