MURAL SEBAGAI BAGIAN ADVOKASI KEBIJAKAN DI KOTA YOGYAKARTA

ANGGITYA EKI ADISTA, Dr. Ambar Widaningrum

2014 | Skripsi | ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)

Mural merupakan salah satu bentuk dari aksi komunitas sebagai praktek advokasi di masyarakat, khususnya oleh para seniman. Seni mural dapat menjadi media komunikasi visual yang bisa mengadvokasi masyarakat maupun Pemerintah, karena mural memiliki banyak manfaat jika dikelola secara positif. Di Yogyakarta terdapat kekuatan sosial budaya yang tidak ditangkap sebagai kekuatan, tetapi justru malah dianggap sebagai gangguan. Derajad juga mengatakan bahwa sudah seharusnya kekuatan ini dimaknai Pemerintah kota secara positif. Mural sebagai sebuah bentuk media advokasi dapat mengakomodasikan aspirasi komunitasnya atau bahkan dalam perencanaannya dapat juga melibatkan warga masyarakat dan Pemerintah. Mural telah menciptakan ruang dialog antarwarga dari berbagai level, baik secara langsung maupun tidak langsung. Yaitu komunikasi antara berbagai pihak dari seniman, masyarakat dan Pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui seberapa jauh peran Seniman, pandangan Masyarakat dan respon Pemerintah terhadap mural sebagai bagian dari advokasi untuk kebijakan publik di Kota Yogyakarta serta mengetahui seni lukis dinding mural seperti apa yang dapat menjadi sebuah media advokasi yang baik bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan agar peneliti mampu mendalami mural sebagai bagian dari advokasi kebijakan publik di Kota Yogyakarta. Mural telah mampu menjadi bagian advokasi masyarakat Kota Yogyakarta. Hal tersebut tidak terlepas dari peran seniman yang pada awalnya ingin menjadikan ruang publik sebagai tempat menyuarakan masalah-masalah yang jauh dari perhatian Pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Peran seniman sebagai fasilitator untuk masyarakat dapat terbilang cukup berhasil. Banyak masyarakat yang turut serta membuat mural diperkampungan mereka atau bahkan ruang publik yang diluar lingkungan mereka. Namun Pemerintah lebih menerima apabila mural dijadikan sebagai salah satu cara memperindah kota daripada mengungkapkan aspirasi, kritik bahkan perlawanan kepada Pemerintah.

Mural is one form of community action as advocacy practice in the society, especially by the artist. Mural art can be a medium of visual communication that can advocate for the people and the government , because the mural has many benefits if managed positively. In Yogyakarta there is a sociocultural force that is not seen as a strength, but it was instead regarded as a nuisance. Derajad also said that this power should be interpreted positively by the city government. Murals as a form of advocacy media can accommodate the aspirations of the community or even in the planning of mural can also involve citizens and government. The mural has created a space for dialogue between people of different levels, either directly or indirectly. That is communication between the various artists , citizen and the government. The purpose of this research was to know how far the role of artists , people views and the government's response to the mural as part of the advocacy for public policy in the city of Yogyakarta as well as to know what kind of mural wall painting art that can be a good advocate for the people and the Yogyakarta city goverment. The research method used was a qualitative research method. Qualitative research methods were used so the researchers were able to explore murals as part of a public policy advocacy in the city of Yogyakarta. The mural has been able to become part of Yogyakarta society advocacy. It is not separated from the role of the artist who originally wanted to make the public space as a place to voice their problems that far away from the attention of the Government and the community itself. The role of the artist as a facilitator for the community can be said quite successful. A lot of people participate to crate a mural in their kampong or even in a public space outside their neighborhood. But the government more receiving murals as a way to beautify the city rather than expression of aspirations, criticism and even resistance to the government.

Kata Kunci : Advocation, Mural, Policy