Laporkan Masalah

ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAGELANG 1972-1992

MUHAMAD ROBY YAHYA, Julianto Ibrahim, S.S., M.Hum.

2014 | Skripsi | ILMU SEJARAH

Hingga tahun 1985 jumlah angkutan umum yang ada di Kota Magelang 70 persennya adalah angkutan umum dari luar kota yang bebas menaikturunkan penumpang di dalam kota. Sedangkan pertumbuhan kota Magelang cenderung tumbuh secara linear dari Utara ke Selatan searah dengan jalan protokol. Sebagai kota kecil dengan luas 18,12 KM dan beberapa pusat ekonomi di dalamnya telah membuat aktivitas perjalanan masyarakat dari luar ke dalam kota ataupun sebaliknya menjadi meningkat sehingga muncul masalah baru berupa kemacetan dan persaingan antara angkutan kota dengan angkutan luar kota. Persoalan kemacetan lalu lintas di kota Magelang tidak terlepas dari tata ruang wilayah kota Magelang itu sendiri. Pada tahun 1972 kota Magelang dikenalkan dengan angkutan umum daihatsu untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan kendaraan umum yang semakin meningkat. Sampai pada tahun 1979 kendaraan luar kota mulai dirasakan sebagai pesaing angkutan kota. Sehingga tahun 1985 pemerintah membatasi angkutan luar kota dengan melarang masuk. Selain itu banyak dilakukan relokasi dan pembangunan untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas. Semua usaha tersebut menemui banyak hambatan baik dari dalam maupun dari luar karena mengancam mata pencaharian sebagian masyarakat. Maka dari itu, tulisan ini berusaha mengkaji angkutan umum dan dampaknya pada tata ruang kota Magelang.

Until the year of 1985, a total of 70% of Magelang public transport came from outer places, freely to pick and drop passengers inside town. At the time, Magelang developed linearly from North till South in the same direction as the same direction as the main protocol way. A small 18.12 KM town with growth of few economic centers increased community travel from in or out of the city which causes traffic jams and transport rivalry among the armada itself. In 1972 Daihatsu was introduced to Magelang to fulfill the need of mounting mass public transport. Until 1979 mass transport from outer town are seen as rival so in 1985 the Government delimitate outer vehicles by disallowing them to enter the town. Moreover, was the act of relocation and supportive transport development to support traffic gesture. All action were inhibited due to threaten local livelihood. Traffic congestion in Magelang happened due to the city planning. As so this writing is to review public transport and its effects to Magelang urban planning.

Kata Kunci : Transportasi, Ekonomi, Tata Ruang, Kota


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.