PEMETAAN POTENSI PENYEBAB BANJIR DI DAS OPAK MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
HANUNG MAWASTA, Dr.Sigit Heru Murti BS S.Si., M.Si.
2014 | Tugas Akhir | D3 PENGINDERAAN JAUH DAN SIGBanjir seringkali terjadi di beberapa sungai yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, banjir tersebut dapat merendam berbagai fasilitas dan merugikan serta menganggu aktivitas masyarakat daerah banjir. Bencana Gunung Merapi membuat sistem hidrologi di wilayah DAS Opak menjadi terganggu, material akibat letusan pada tahun 2010 yang dihasilkan Gunung Merapi akan terbawa air hujan yang mengalir dan menumpuk di sungai - sungai yang dilaluinya, sehingga mengakibatkan pendangkalan sungai dan menjadikan berkurangnya kapasitas tampung sungai. Banjir terjadi karena debit yang dihasilkan melebihi kapasitas sungai terutama ketika musim hujan. Tujuan penelitian yaitu untuk menyusun peta penyebab potensi banjir di das opak dan menentukan atau estimasi besarnya debit puncak (Qp) dengan menggunakan metode rasional. Penelitian ini menggunakan Metode Rasional untuk menghitung debit maksimum dengan rumus Q maks = C.I.A/360 m3/detik. Citra Landsat 8 diolah menjadi klasifikasi penggunaanlahan dan selanjutnya diubah sebagai data vektor. Peta RBI diolah dan diekstraksi menjadi peta kemiringan lereng. Sistem Informasi Geografis diterapkan untuk menumpang susun (overlay), keempat data vektor (penggunaanlahan, tekstur tanah, kerapatan aliran dan kemiringan lereng), untuk mendapatkan harga koefisien limpasan (C). Menggunakan distribusi Gumbel dan rumus Mononobe, data curah hujan dari 31 stasiun pengamat hujan selama 10 tahun (2004-2013) di Daerah Aliran Sungai Opak diolah untuk mendapatkan nilai intensitas maksimum (I). Daerah penelitian dibagi menjadi beberapa sub DAS yaitu yaitu Sub DAS Winongo Kecil, Sub DAS Winongo, Sub DAS Bulus, Sub DAS Mruwe, Sub DAS Kuning, Sub DAS Code, Sub DAS Gajahwong, Sub DAS Wareng, Sub DAS Tepus, dan Sub DAS Opak Kecil Hasil penelitian menunjukkan Sub DAS yang memiliki kelebihan debit dan yang berpotensi banjir ada 4 yaitu, Sub DAS Code dengan kelebihan debit sebesar 15,33 m3/detik, Sub DAS Kuning sebesar 13,00 m3/detik, Sub DAS Winongo sebesar 23,92 m3/detik dan Sub DAS Bulus sebesar 13,98 m3/detik.
Flooding often occurs in several rivers in the Yogyakarta Special Region, flooding can soak a variety of facilities and activities detrimental to the community as well as disturb the flooded area. Disaster of Mount Merapi create basin hydrological system Opak be disturbed, the material in 2010 by the eruption of Mount Merapi produced will carry the rain water flowing and accumulate in rivers, the resulted in the silting of the river and make the river reduced capacities. Flooding occurs because the resulting discharge exceeds the capacity of the river, especially during the rainy season. The purpose of this study was to develop a map of the potential causes of flooding in opak watershed and determine or estimate the magnitude of peak discharge (Qp) using the rational method. This study uses the Rational Method to calculate the maximum flow by the formula Q = CIA / 360 m3/s. Landsat 8 is processed into landuse classification and further amended as vector data. Map RBI processed and extracted into a slope map. Geographic Information Systems applied to board stacking (overlay) the fourth vector data (land use, soil texture, density flow and slope) to get the price of run off coefficient (C). Using the Gumbel distribution and formula Mononobe, rainfall data from 31 rain monitoring stations for 10 years (2004-2013) at the Opak Watershed processed to obtain the maximum intensity value (I). Study area is divided into several sub watershed, namely the Winongo Kecil sub watershed, Winongo sub watershed, Bulus sub watershed, Mruwe sub watershed, Kuning sub watershed, Code sub watershed, Gajahwong sub watershed, Wareng sub watershed, Tepus sub watershed and Opak Kecil sub watershed. The results showed sub watersheds that have excess flood discharge and that potentially there are, Code sub watershed with excess discharge is 15.33 m3/s, Kuning sub watershed is 13,00 m3/s, Winongo sub watershed is 23.92 m3/s and Bulus sub watershed is 13.98 m3/s.
Kata Kunci : Debit maksimum, Penginderaan Jauh dan Sisitem Informasi Geografi, Metode Rasional, Distribusi Gumbel, Rumus Mononobe.