POLA SEBARAN INDUSTRI KREATIF DAN SISTEM KERUANGAN DESTINASI PARIWISATA KASUS SENTRA INDUSTRI KREATIF DAN KAWASAN WISATA DI KOTA BANDUNG

IR. TANTIE KOESTANTIA MSC, Prof.Ir.Wiendu Nuryanti M.Arch., Ph.D.

2014 | Disertasi | S3 Teknik Arsitektur

Berdasarkan Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2011, kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang utama bersumber dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Usaha pariwisata dan industri kreatif berada pada ketiga sektor tersebut. Oleh karena itu hubungan antara kedua industri tersebut merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih dalam. Pola sebaran industri kreatif dalam penelitian ini dimaknai sebagai susunan dan karakteristik sebaran industri kreatif yang terkait dengan faktor lokasi, fungsi kegiatan, dan jalur pergerakan manusia dan barang. Sistim keruangan destinasi pariwisata dijelaskan sebagai suatu sistim yang menunjukkan interaksi atau hubungan antar berbagai komponen destinasi pariwisata. Dalam penelitian ini, industri kreatif dikaji sebagai satu kesatuan dengan industri pariwisata. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan pola-pola sebaran industri kreatif pada sebuah destinasi pariwisata dan membangun konsep sebarannya yang terkait dengan sistem keruangan destinasi pariwisata Penelitian menggunakan Metode Studi Kasus dengan desain multikasus yang meliputi 3 kawasan wisata dan 2 sentra industri kreatif di kota Bandung sebagai kawasan amatan. Analisis dilakukan secara 2 tahap yaitu: 1) analisis pola sebaran industri kreatif yang menonjol di setiap kawasan dan keterkaitannya dengan sistim keruangan kawasan setempat; 2) analisis lintas kasus yang menghasilkan temuan penelitian. Penelitian pada 5 kasus terpilih menemukan bahwa pola sebaran penjualan industri fesyen cenderung linier pada jalur-jalur utama karena dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas, jarak pasar, ekonomi dan pola perjalanan wisatawan. Industri kuliner cenderung berkelompok di lapisan dalam karena pertimbangan ekonomi dan daya tarik bangunan arsitektur kuno. Industri kreatif yang menempati bangunan arsitektur menunjukkan adanya sinerji yang kuat antar subsektor-subsektor industri kreatif sebagai fasilitas pelayanan wisata dan dipengaruhi oleh adanya peningkatan demand wisatawan. Sementara lokasi produksi industri fesyen cenderung membentuk pola berkelompok karena dipengaruhi oleh faktor sejarah, budaya, toleransi, kekerabatan dan proses produksi. Pada kawasan Dago dan Riau terjadi konsentrasi industri kreatif yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Interaksi dinamik antara kedua industri tersebut dipengaruhi oleh adanya kebijakan penataan ruang kota Bandung dan dapat mengakibatkan pergeseran penggunaan lahan di kawasan tersebut . Berdasarkan temuan tersebut dapat dibangun konsep sebaran industri kreatif pada destinasi pariwisata. Pertama, pertumbuhan industri kreatif membentuk beragam pola sebaran karena dipengaruhi oleh karakteristik dan fungsi kegiatan industri kreatif, budaya, proses produksi, kebijakan dan sistem keruangan destinasi. Kedua, interaksi dinamik antara industri kreatif dengan industri pariwisata dapat mengakibatkan perubahan penggunaan lahan karena adanya peningkatan kegiatan dan arus kunjungan wisatawan. Kata Kunci : Pola Sebaran, Industri Kreatif, Sistim Keruangan, Destinasi Pariwisata

Based on the Bank Indonesia’s annual report for the year of 2011, tourism and creative industry are within the three main source of the country economy’s growth : processing industry; trade, hotel and restaurant, and transportation and communication. Creative industries intertwine with tourism industry as several tourist destinations use the product from the creative industries as tourism products. In this study the distribution pattern could be determine as the pattern array and characteristics of the creative industries related to the location and activities within. The spatial system can be explained as a system that shows interaction or relationship among various components of a tourism destination. This research views these two concepts as an integrated unit. This research aims to describe the distribution pattern of creative industries at a tourism destination and establish a new concept of the relationship between the distribution patterns with the spatial system of a tourism destination The research uses multiple case studies that include three tourist areas and two creative industry centers in the city of Bandung as the observation areas. The analysis has been carried out in two stages. First stage is to analyze the distribution patterns of prominent creative industry in every observation area and its link to the area spatial system. Second, to review cross cases analyzes and to conclude the research findings. Investigation on 5 selected observation areas found that the location of fashion business in tourist areas show a linear distribution pattern along the main road due to some factors: accessibility, market distance, economy, topography and tourist movement in Bandung. Creative business in Dago and Riau tends to place in architecture buildings. It shows that there is a strong synergy between creative industries as tourism facilities that affected by an increased tourism demand. Meanwhile, in two other creative production centers, clustering pattern is shown due to economy, history, infrastructure, culture, tolerance, family relationship and production process factor (Cibaduyut and Suci areas). At the meantime, concentration of creative industries business and tourism activities occur in Dago and Riau areas, due to the dynamic interaction between those two industries which are affected by the government policy in spatial planning of Bandung city. The concentration of two economic activities could lead to the shift of land use in tourist area. Based on these findings, it could be established the new concept of distribution pattern of creative industries in the tourism destinations. First, the growth of the creative industries in tourist destination form various distribution patterns which are influenced by the characteristics and activity function of creative industries, culture, production process, policy and tourist destination spatial system. Second, the dynamic interaction between creative industries and tourism industry could lead to the shift of land use due to the increase of activities and tourist travel movement. Keywords: creative industries, tourist destination, spatial system, distribution pattern

Kata Kunci : Pola Sebaran, Industri Kreatif, Sistim Keruangan, Destinasi Pariwisata