Laporkan Masalah

INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat

Saidin Ernas, Prof. Dr. Heru Nugroho

2014 | Disertasi | S3 Agama dan Lintas Budaya

Selama ini studi tentang Papua lebih banyak menyuguhkan fakta dan data tentang konflik, dimana Papua dikonstruksi sebagai negeri penuh konflik dan masyarakatnya sangat sulit diajak berdamai. Masyarakat Papua ditempatkan sebagai objek yang diam dan miskin inisiatif, sehingga memerlukan intervensi dari luar, khususnya melalui kebijakan negara. Penelitian ini bermaksud menjelaskan bahwa dinamika sosial kemasyarakatan di Papua ternyata tidak selalu menghadirkan cerita tentang konflik dan disintegrasi, tetapi juga tentang harmoni dan perdamaian yang menyokong integrasi sosial sebagaimana yang dapat diamati pada masyarakat Fakfak di Prop. Papua Barat. Secara lebih rinci ada tiga hal yang hendak diungkap melalui penelitian ini; 1) mengidentifikasi factor-faktor spesifik yang memperkuat integrasi sosial, 2). menganalisis pembentukan nilai dan proses integrasi sosial dalam masyarakat, dan 3) menjelaskan berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat Fakfak dalam mempertahankan integrasi sosial di tengah perubahan sosial yang terus terjadi di Paua. Secara umum teori utama yang dipilih untuk menjelaskan fenomena yang menjadi locus dalam penelitian ini adalah teori integrasi sosial dengan memanfaatkan beberapa konsep kunci dari Biku Parekh (2008) tentang nilai-nilai bersama (moral contract) dan Asutosh Varsney (2011) tentang civic engagement. Konseptualisasi dari dua konsep penting tersebut adalah sebuah pendekatan baru dalam integrasi sosial yang lebih demokratis. Untuk mendukung teori integrasi sosial, penulis juga memanfaatkan teori konflik dan konsensus dari Ralph Dahdrenrof (Ritzer, 2009) yang menyebutkan bahwa setiap masyarakat sebetulnya memiliki potensi konflik, namun kemampuan menemukan konsensus adalah jalan untuk menciptakan keseimbangan sosial. Sementara teori kontruksi dari Petter L. Berger dan Thomas Luckman (1990) serta teori reproduksi sosial dari Pierre Bourdeou dengan konsep kunci habitus dan ranah, digunakan untuk menganalisis pemahaman dan pemaknaan serta kontestasi-kontestasi yang terjadi dalam proses integrasi sosial di Fakfak. Secara metodologis, penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode fenomenologi dan pendekatan kualitatif, sehingga deskripsi terhadap fenomena yang tampak di Fakfak dapat diiterpretasi dan dimaknai secara lebih baik. Penelitian ini berhasil mengungkap fenomena integrasi sosial dalam masyarakat Fakfak yang ternyata dibentuk dan dipengaruhi oleh dua struktur utama, yakni adat dan agama. Kontestasi, negosiasi dan akultuasi antara adat dan agama melahirkan sejumlah norma dan kearifan lokal. Salah satu yang terpenting dan melembaga adalah satu tungku tiga batu, yang merupakan gambaran kultural tentang persaudaraan, harmoni dan perdamaian dalam masyarakat Fakfak. Kearifan lokal tersebut juga mempengaruhi ranah politik dan ekonomi sehingga menciptakan keseimbangan sosial dalam dinamika sosial di Fakfak. Aktor-aktor politik lokal dan kekuatan civil society yang direpresentasikan oleh lembaga adat (kerajaan dan dewan adat), organisasi keagamaan dan para pemimpin etnis pendatang, saling mengisi untuk menciptakan sebuah struktur perdamaian yang kuat, dimana masing-masing agen saling berinteraksi dengan tetap menjadikan nilai-nilai satu tungku tiga batu; seperti toleransi, harmoni dan perdamaian sebagai moral contarct yang mengikat masyarakat dalam keseimbangan. Sementara itu, penelitian ini juga mencatat bahwa integrasi sosial di Fakfak masih menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah. Baik yang berasal dari dalam sebagai akibat dari modernisasi yang melanda berbagai sudut kehidupan lokal, maupun guncangan isu-isu sensistif seperti separatisme, kemiskinan hinga radikalisme agama yang belakangan ini semakin marak melanda kehidupan masyarakat Papua. Bila tidak ditangani dengan hati-hati beberapa tantangan tersebut bisa berpotensi merusak integrasi sosial yang selama ini telah terjalin dengan baik. Kata Kunci; Integrasi Sosial, Papua, Adat, Agama, Perdamaian.

During this time, the study of peace in Papua is still present facts and data more about the conflict, which is described as a land of full conflict and its people so hard to reconcile. Papuan society is often placed as a stationary object and poor initiative, thus requiring outside intervention, particularly through state policy. This study intends to explain that the social dynamics in Papua was not always present the story of conflict and disintegration, but also about the harmony and peace that promote social integration as can be observed in Fakfak, West Papua Province. In more detail, there are three things to be revealed through this study; 1) identify the specific factors that strengthen social integration, 2). analyze the institutionalization of values and processes of social integration in the community, and 3) explain the various challenges facing the Fakfak community in maintaining social integration in the middle of the social changes that continue to occur in the Papua. In general, the chosen theory to explain the phenomenon that became the locus in this study is the theory of social integration by exploiting some of the key concepts of shared values (moral contract) which is introduced by Biku Parekh (2008) and the concept of civic engagement of Asutosh Varsney (2011). Conceptualization of these two important concepts is an approach in a more democratic social integration. To support the theory of social integration, authors also utilize conflict and consensus theories of Ralph Dahdrenrof (Ritzer, 2009) which states that every community actually has the potential conflict, but the ability to find consensus is the way to create a social balance. While the theory of social contruction from Petter L. Berger and Thomas Luckman (1990) and the theory of social reproduction with the concept of habitus and ranah keys are used to analyze the social processes that occur in social integration in Fakfak. This research is a field study using phenomenology and qualitative approaches. Through the phenomenological method of description of the phenomenon that is expected to appear in the consortium can be interpreted and better understood. This research has covered phenomenon social integration in a Fakfak society that was formed and influenced by two main structures, which are the customs and religion. Contestation, negotiation and acculturation between customary and religious norms and spawned a number of local wisdom. One of the most important and institutionalized is a \\"One Brazier Three Stones\\", which is a cultural overview of brotherhood, harmony and peace in Fakfak society. Local knowledge also affects to the political and economic sphere, creating a social balance in the social dynamics in Fakfak. Political actors and the strength of civil society represented by the traditional institutions (Pertuanan and tribal councils), religious organizations and ethnic leaders’ elicitation, complement each other to create a strong peace structure, where each agent interacting with a fixed-value makes value of The One Brazier Three Stones; such as tolerance, harmony and peace as morally binding contract society in balance. Meanwhile, the study also noted that social integration in Fakfak still faces many challenges that are not easy. Whether originating comes from within as a result of the modernization that hit various corners of local life, as well as shocks sensitive issues such as separatism, religious radicalism, and poverty that increasingly prevalent overwhelmed the people of Papua in recent. If not handled with care some of these challenges can be potentially damaging to the social integration that has been well maintained. Keywords; Social Integration, Papua, Custom, Religion, Peace

Kata Kunci : Integrasi Sosial, Papua, Adat, Agama, Perdamaian


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.