Makna Tradisi Ritual Dhammong : Sebuah Tinjauan Makna Berdasarkan Konsep Semiotika Umberto Eco
Dewi Nurhasanah, Dr. Novi Siti Kusuji Indrastuti, M.Hum
2015 | Tesis | S2 SastraPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena masyarakat yang kini mulai abai terhadap tradisi lokal (tradisi ritual dhmmong) di daerah Sumenep yang salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan masyarakat atas makna-makna yang terkandung di dalamnya. Tujuan penelitian ini mengemukakan bentuk tradisi ritual dhammong di daerah Sumenep, mulai dari eksistensinya yang meliputi pengertian sejarah dan posisinya di dalam masyarakat.Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengetahui makna ritual dhammong dari segi teks doa-doa yang ditembangkan, sesajen dan juga gerakan-gerakan yang terdapat dalam ritual. Pemaknaan tersebut dilakukan dengan analisis semiotika Umberto Eco. Penelitian ini menggunakan teori sastra lisan dan semiotika. Teori sastra lisan digunakan untuk melihat dan mengemukakan aspek-aspek kelisanan dalam tradisi ritual dhammong. Sementara itu, teori semiotika digunakan untuk mengungkapkan makna teks yang terdapat dalam ritual dhammong yang dikaitkan dengan keadaan kontekstual masyarakat pelaku ritual tersebut yaitu masyarakat daerah Sumenep. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi ritual dhammong merupakan sebuah varian tradisi lisan yang ada dan masih dilesatarikan di daerah Suemenep. Ritual tersebut masih hidup di tengah-tengah masyarakat dengan latar sosial yang masih tradisional. Berdasarkan pada penjelasan masyarakat para pelaku dhammong tentang waktu dan waktu dan proses pelaksanaan ritual tersebut, menunjukkan bahwa ritual tersebut diyakini sebagai salagh satu ekspresi dalam berdoa kepada Tuhan. Berdasarkan pada analisis semiotis, diketahui bahwa makna tradisi ritual dhammong dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu teks doa, sesajen dan gerakangerakan yang ada di dalam ritual. Makna ritual tersebut secara kesulurahan menunjukkan serangkaian doa yang diciptakan oleh nenek moyang masyarakat Sumenep yang anonim dan makna yang terdapat di dalamnya hanya dapat dipahami berdasarkan pada konteks pemaknaan masyarakat pelaku dhammong sendiri.
This research is motivated by the phenomenon of people who are now beginning to neglect the local traditions (ritual ttaditions of Dhammong) in Sumenep that is caused by ignorance of the public on the meanings contained therein. The aim of this study suggests the form of the ritual tradition of dhammong in the Sumenep, ranging from the existence which involves understanding the history and position in the in the society. In addition, this study also aims to determine the meaning of the ritual of dhammong, in terms of text sung prayers, offerings and also the movements contained in the ritual. The meaning of semiotic analysis conducted by Umberto Eco. This study uses the theory of oral literature and semiotics. The theory of oral literature is used to view and analyze aspects of orality in dhammong ritual tradition. Meanwhile, semiotic theory are used to analyze the meaning of the text contained in dhammong rituals associated with contextual Sumenep society as the actor of ritual. The results of the analysis in this study shows that the tradition of ritual dhammong is a variant of the oral tradition that still exist and maintained in the district Sumenep. The ritual is still alive in the midst of society with social background still traditional. Based on the explanation actors of dhammong, about time and the ritual execution process, indicating that the ritual is believed as one of an expression in praying to God Based on a semiotic analysis, it is known that the meaning of the ritual tradition dhammong can be seen from the three aspects; text of prayer, offerings and movements in the ritual. Overall, the meaning of the ritual prayer shows a prayer series created by the ancestors of Sumenep that anonymous and meanings contained in them can only be understood base on the meaning context in the society.
Kata Kunci : Makna, Semiotik, Dhammong,Umberto Eco