Laporkan Masalah

ANALISIS RISIKO KEKERINGAN PERTANIAN KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

LULU MARI FITRIA, Prof. Dr.H.A. Sudibyakto, M.S.

2014 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan

Kecamatan Purworejo merupakan salah satu kawasan yang terdampak bencana kekeringan, terutama bagi sembilan desa yakni Desa Ganggeng, Pacekelan, Plipir, Brenggong, Cangkrepkidul, Sidorejo, Sidomulyo, Donorati, dan Wonotulus. Kerugian terhadap sektor pertanian melanda desa-desa tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko kekeringan pertanian melalui analisis Soil Moisture Deficit Index (SMDI) dan penilaian kerentanan dari faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Analisis SMDI dilakukan selama kurun waktu 2007-2012 dimana pada tahun 2009 terjadi El Nino (skenario I) dan pada tahun 2012 (skenario II) terjadi bencana kekeringan. Analisis SMDI dilakukan dengan menggunakan dua asumsi dimana SMDI asumsi I, tanpa Water Holding Capacity (WHC) sesuai digunakan untuk indikator kekeringan jangka panjang dan kekeringan hidrologi, dan SMDI asumsi II (WHC) sesuai untuk indikator kekeringan jangka menengah dan soil moisture. Analisis bahaya kekeringan dinilai berdasarkan rataan dari SMDI asumsi I dan II. Pada analisis kerentanan, faktor kerentanan fisik tinggi terdapat pada desa Sidorejo, Sidomulyo, Wonotulus dan Donorati, faktor sosial dan ekonomi lebih berpengaruh terhadap Desa Ganggeng, Cangkrepkidul, Brenggong, Plipir, dan Pacekelan, faktor lingkungan berpengaruh pada Desa Pacekelan dan Sidomulyo. Risiko kekeringan pada skenario I sebesar 77,43% desa di kawasan penelitian memiliki tingkat risiko tinggi, sedangkan pada skenario II diketahui 59,47% kawasan penelitian memiliki risiko tinggi dan 40,3% memiliki risiko sedang. Kawasan penelitian yang merupakan bagian DAS Bogowonto menjadikan pengelolaan DAS terpadu menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam upaya mitigasi bencana kekeringan pertanian di kawasan penelitian.

Purworejo sub-district is a region where drought disaster frequently occurs. Ganggeng, Pacekelan, Plipir, Brenggong, Cangkrepkidul, Sidomulyo, Donorati, and Wonotulus are the drought prone villages. Drought disaster causes various loses in agricultural sector in these areas. The objectives of this research are to assess agricultural drought risk by calculating Soil Moisture Deficit Index (SMDI) and to make the drought vulnerability assessment based on physical, social, economy, and environment factors. SMDI analysis was done by using data during 2007-2012 where in 2009, El Nino occurred (further is called by scenario I) and in 2012 the agricultural drought occurred in the study area (scenario II). SMDI analysis has done along with two assumptions. The assumptions are the SMDI assumptions I, a calculation without Water Holding Capacity variable (WHC) and the SMDI assumption II calculation with WHC variable. The SMDI assumption I can be used as long term agricultural drought indicator as well as hydrology drought indicator of while SMDI assumption II can be used as medium term agricultural drought indicator. Drought hazard indicator was calculated by using the average value of SMDI assumption I and assumption II together. For vulnerability assessment, in Sidorejo, Sidomulyo, Wonotulus, and Donorati Villages, it was found that physical factor influences the drought vulnerability, in Ganggeng, Cangkrepkidul, Brenggong, Plipir and Pacekelan Villages, the influencing factor is social and economic, while in Pacekelan and Sidomulyo Villages, the environment factor is major influence. The final result shows 77.43% of study area has high risk agricultural drought for scenario I and for scenario II, the assessed agricultural drought risk are 59,47% study area of high risk and 40,3% study area of moderate risk area. Therefore, the study area which is part of Bogowonto Watershed need integrated watershed management as agricultural drought mitigation program.

Kata Kunci : Kekeringan pertanian, SMDI, Kerentanan Kekeringan, Risiko Kekeringan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.