Repertoire dalam Sri Sumarah :: Analisis respons estetik menurut Wolfgang Iser

MARWATA, Heru, Dr. Faruk

2001 | Tesis | S2 Sastra

Dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia modern banyak karya yang menunjukkan hubungan erat dengan fakta (realitas) sosiologis, historis, dan kultural tertentu. Hubungan itu kadang-kadang begitu nyata dan mudah ditengarai keberadaannya, misalnya karena kesamaan latar, kemiripan masalah, kesamaan nama tokoh, atau kemiripan-kemiripan lainnya. Namun, kadangkadang hubungan itu hanya samar-samar sehingga diperlukan penelusuran yang cermat untuk mengungkapnya. Di antara karya sastra Indonesia yang menunjukkan adanya hubungan antara fakta sosilogs-historis-kultural sebagai suatu realitas di dunia nyata dengan fiksi sebagai sebuah dunia imajiner rekaan pengarang adalah cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam. Untuk mengungkap korelasi antara fakta dan fiksi itulah penelitian ini dilakukan. Teori yang dipandang tepat untuk mendukung penelitian ini adalah teori respons estetik Wolfgang Iser. Penelitian ini akan mengungkapkan repertoire cerpen Sri Sumarah yang telah diolah oleh kepiawaian Umar Kayam menjadi sebuah karya sastra. Keberhasilan pelacakan repertoire ini akan memberikan andil dalam perkembangan ilmu sastra. Di samping menyingkap hubungan nyata antara fakta dan fiksi, hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi semacam model pendekatan pemahaman terhadap karya sastra, khususnya karya yang memanfaatkan fakta sosiologis-historis-kultural sebagai repertoire. Setelah diadakan pelacakan data dan + dilakukan analisis ternyata repertoire Sri Sumarah sebagai suatu fiksi dapat dikenali. Repertoire adalah keseluruhan lingkup yang dapat dikenali dalam teks, bisa berupa referensi-refernsi terhadap karya-karya terdahulu, norma-norma sosial dan historis, atau keseluruhan kultur tempat kemunculan teks. Karya terdahulu yang dijadikan referensi, misalnya, adalah epos Mahabharata atau dunia pewayangan Jawa, terutama dalam ha1 pola tingkah laku dan perwatakan tokoh. Norma sosial yang tampak dalam Srz Sumarah adalah norma sosial priyayi Jawa. Fakta historis yang menjadi latar cerpen adalah peristiwa seputar pemberontakan G 30 S tahun 1965-an. Sementara itu, kultur yang banyak terekspresi dalam Sri Sumarah adalah kultur masyarakat Jawa lengkap dengan berbagai ha1 yang ada di dalamnya

In the history of the modern Indonesian literature there are many literary works that have close relationship tyith sociological, historical, and cultural facts (realities). Sometimes those relations are very clear and they are easy to detect, because of its similarities of setting, of problem, of the actor's/person's name, or others. But, sometimes those relations are unclear, so we need a thorough examination to expose them if we want to know them. One of the Indonesian literary works which showes a close relationship between sociological, historical, and cultural facts as a reality in the real world and the fiction as an imagmary world created by the author is the short story entitled Sri Sumarah by Umar Kayam. To reveal the relationship between fact and fiction is the main reason why ths research was done. The appropriate theory for ths research is the theory of the aesthetic response proposed by Wolfgang Iser. This research will try to examine the repertoire of the short story which had been moulded into a literary work by Umar Kayam. The success of this research will give a contribution to the development of literary knowledge. Beside exposing the relationship between fact and fiction, the result of this research can also be used as a kind of approach model to understand a literary work, especially those using sociological, historical, and cultural facts as repertoire. After collecting data and analysing them, it turned out that the repertoire of Srz Sumarah could be formulated. The repertoire consists of all the familiar territory within the text. This may be in the form of references to earlier works, or to social and historical norms, or to the whole culture from which the text has emerged. The previous work which became a reference of the short story is the Mahabharata epic or the world of Javanese wayang, mainly in the behaviour and characters of wayung's characters. The social norm underlying the short story is the Javanese przyayz (a kind of bourgeois). The hstorical facts presented in the story was the event around of 30 September coup de 'etat by Communist Party in 1965. The cultural value embodying the story was Javanese value.

Kata Kunci : Sastra Indonesia,Cerpen Umar Kayam,Sri Sumarah