Studi kasus mengenai penggunaan kode tutur oleh guru di Sekolah Taman Kanak-kanak di Kelurahan Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta
WASIYATI, Kristina, Prof.Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
2001 | Tesis | S2 LinguistikTesis ini merupakan studi mengenai penggunaan kode tutur oleh guru ketika mengajar di sekolah taman kanak-kanak di kelurahan Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini haksudkan untuk menjawab tiga permasalahan yakni 1) wujud kode tutur yang dipakan guru ketika mengajar, 2) arah ahh kode guru ketika mengajar di kelas, dan 3) faktor-faktor yang menyebabkan guru beralih kode ketika mengajar di kelas. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyadap tuturan guru yang mengajar di tiga sekolah taman kanak-kanak di kelurahan Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Ketiga sekolah taman kanak-kanak tersebut adalah TK Among Yoga, TK Mardi Siwi, dan TK Tunas Pandawa. Selain karena alasan praktis yakni daya jangkau lokasi tersebut, pengambilan lokasi tersebut sebagai sampel penelitian adalah karena peneliti ingin mengetahui penggunaan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam pengajaran di sekolah taman kanak-kanak di wilayah ini. Ketika menyadap tuturan guru, diterapkan teknik observer's paradox dan teknik-teknik lainnya. Setelah data tersedia, data tersebut kemudian dikiasifikasikan. Selanj utnya dilakukan analisis dengan mengguuakan konsep komponen tutur menurut Hymes (1972) dan Poedjosoedarmo (1975). Beberapa temuan dalm penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1) wujud kode tutur yang digunakan guru ketika mengajar adalah bahasa, tingkat tutur, dialek, dan ragam. Bahasa yang digunakan guru adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Tingkat tutur yang muncul dalam tuturan dapat dibagi menjadi tiga yakni tingkat ngoko, mua'yu, dan krumu. Dialek yang dominan dipakai adalah dialek bahasa Jawa standard tetapi ditemukan juga adanya dialek bahasa non-standard. Selain itu ditemukan juga adanya dialek usia (umur). Akhirnya, ragam yang digunakan mencakup ragam ringkas dan ragam lengkap. 2) alih kode yang terjadi ketlka guru mengajar terjadi tidak memiliki arah yang tetap, artinya arah alih kode yang terjadi tidak memiliki arah tertentu bahkan dalam tuturan ditemukan banyak arah allh kode. 3) Faktor-faktor yang menyebabkan guru beralih kode antara lain: a) berubah atau bergantinya lawan tutur, b) hadirnya orang ketiga, c) maksud tertentu dari penutur, yang mencakup c.1) menyindir murid yang selalu minta bantuan orang lain untuk mengerjakan tugas, c.2) komentar atas hasil pekerjaan murid, c.3) menyuruh murid untuk melakukan sesuatu, c. 4) memperjelas keterangan, c.5) memuji karena murid mampu mengcrjakan tugas, c.6) merayu atau membujuk agar murid mau melakukan sesuatu, c.7) mengajari karena murid belum bisa, c.8) mempertegas dengan mengulang, c.9) menegur karena murid melakukan kesalahan, c. 10) menasehati, c.11) membuat malu (ngisin-isin) agar murid berani, c. 12) mengancam bila melakukan sesuatu, c. 13) ngece, c. 14) memberi semangat (mbombong), c. 1 5) memberi aba-aba utuk melakukan sesuatu, c. 16) melarang murid untuk melakukan sesuatu, c. 17) mendidik lawan tutur supaya akhirnya menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang halus, c. 18) bersandiwara dan menirukan idiolek, c. 19) berbicara secara tidak langsung (ngunandika), c.20) menyesuaikan kode dengan kode lawan tutur, c.21) pengaruh kalimat yang mendahului, c.22) menirukan kalimat lain, dan c.23) basa basi, d.)kendornya emosi penutur e) pengaruh materi percakapan
This research focuses on the code used by teachers in the learning and teachng process in kindergarten. It aims at answering the problems namely the forms of code used, the direction of code switching, and the factors influencing the code switching of the teachers during the teaching and learning process. The data of this study are collected by recording the speech of the teachers teaching in three kindergartens in Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Those three landergartens are Among Yoga, Madi Siwi, and Tunas Pandawa kindergantens. Besides, the ob~er~erp’asr adox and other techniques are also employed. After the data are coliected and classified, they are analysed contextually by relating them to the concept of speech components proposed by Hymes (1972) and Poedjosoedarmo ( 1975). The research findings show that 1) the forms of code used by teachers are language, speech level, dialect, and style. The languages used are Indonesian and Javanese. The speech levels include ngoko, mdya, and krama. The dialects used are Javanese standard dialect and Javanese non-standard one. The styles applied are restricted and elaborated styles. 2) the direction of the code switching is multidirectional although it is known that there are code switching between the two languages, and among the speech levels. 3) Factors influencing the code switching are a) the change of interlocutor, b) the arrival of the third person, c) specific purpose of the teacher, including c.1) teasing pupil who always asks for others’ help in doing the task, c.2) commenting on the pupil’s work, c.3) asking pupil to do something c. 4) clarifing the explanation, c.5) complying pupil’s ability, c.6) persuading pupil to do something, c.7) teaching by explaining pupils who have not understood yet, c.8) emphasising by repeating, c.9) admonishing pupil makmg mistakes, c. 10) advising pupils, c. 11) teasing pupils who are shy, c. 12) threatening pupils doing something wrong, c. 13) mocking the pupil, c. 14) encouraging pupils, c. 15) giving command, c. 16) prohibiting pupils, c. 17) teaching pupils to master the language (Javanese and Indonesian), c. 18) talking indirectly (mumbling), c. 19) pretending and imitating someone’s utterance, c.20) adapting to the interlocutor’s code, c.21) adjusting to the previous utterance, c.21) giving example of good utterance, c.22) being courteous, d) loss of control, e) the influence of topic discussed.
Kata Kunci : Bahasa,Komunikasi,Kode Tutur,Guru TK